DI Bukit Zaitun berdiri sebuah gereja bernama Dominus Flevit (Tuhan Menangis). Gereja ini dibangun oleh Antonio Barluzzi yang menggambarkan kesedihan Yesus melihat nasib Yerusalem.

Dari atas Bukit Zaitun ini kita bisa melihat pemandangan indah kota Yerusalem dan di bawahnya ada Lembah Kidron. Indahnya Yerusalem tidak sebagus masa depannya.

Yesus mengetahui itu. Maka dari atas bukit ini, Dia meratapi nasib Yerusalem yang akan hancur.

“Wahai Yerusalem, alangkah baiknya, jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu. Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

Sebab akan datang harinya musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu.”

Nubuat Yesus itu terjadi 40 tahun kemudian. Tentara Romawi mengepung Yerusalem dan setelah bertempur selama enam bulan, mereka menaklukkan Yerusalem dan membakar Bait Allah dan merobohkannya. Yesus menangisi kota itu karena penduduknya “tidak mengetahui saat Allah melawat engkau.”

Allah melawat umatNya mengingatkan kita pada peristiwa Allah melawati umat Israel. Saat Allah menyuruh Musa mengoles darah di pintu rumah mereka, Allah melawati Israel dan menyelamatkan mereka. Saat Allah melawat, Israel selamat.

Bangsa Mesir sekarat karena mata mereka tertutup rapat. Yesus menyesalkan Yerusalem yang tidak melihat Allah yang melawati mereka.

Mereka tidak melihat Allah yang melawati mereka melalui kehadiran dan pewartaan Yesus. Allah mengutus PuteraNya datang ke dunia. Tetapi Yerusalem menolakNya.

Bagi kita, sungguh suatu petaka, jika kita tidak mampu melihat dengan mata iman kita, bahwa Allah telah melawati kita melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit untuk kita.

Jika kita tidak mampu melihat kehadiran Allah di dunia ini, kita adalah salah satu penghuni Yerusalem. Yesus menangisi kita karena kita tidak mampu melihat karya-karya Allah.

Allah itu hadir dalam diri Yesus. Namun manusia tak mampu melihatNya. Makanya Yesus masih menangisi bukan hanya Yerusalem, tetapi seluruh dunia kita.

Pergi ke Solo membeli sepatu
Untuk persiapan perayaan tahun baru
Hati manusia yang keras dan membatu
Membuat Tuhan menangis tersedu

Rm. A. Joko Purwanto Pr