Puncta 11.01.21 / Markus 1:14-20 / Romo Paryono; Menemukan Kebahagiaannya

 

“ADA sesuatu yang terus mengusik hatiku, ada kegelisahan dalam diriku, aku ingin menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya,” demikian suatu kali Frater Paryono – panggilan akrab Fr. A. Suparyono – membuka sharing imannya di kapel Seminari Tahun Rohani Jangli waktu kami sama-sama di Tahun Rohani. Di kapel itu juga kami pernah disidang oleh Romo Rektor (Rm. Natasusila) karena ketahuan nonton TV sampai melebihi batas waktu rekreasi. Waktu itu Paryono sampai menangis. Kami hanya tunduk diam menunggu nasib.

Di Tahun Rohani dia paling senior diantara kami. Sebelum masuk TOR Jangli, dia pernah bekerja sebagai PNS di Wonosobo. Bekerja dengan gaji besar dan mapan. Tetapi tetap saja ada yang menggelisahkan dirinya. Dia tinggalkan pekerjaan dan masuk KPA Seminari Mertoyudan.

Dia mencoba masuk di Novisiat MSC, namun tidak lama. Lalu membantu pelayanan karya di Paroki Ignasius Magelang. Dari sana dia memutuskan masuk ke Projo KAS.

Ia sangat menikmati pelayanannya menjadi imam. Ia menemukan kebahagiaannya mengikuti Yesus dalam panggilan menjadi imam. Dia disukai oleh umat dimana pun dia bertugas. Di Pugeran, Ganjuran, Sukoharjo, Solo Baru, tempat terakhir dia berkarya. Dia sangat “gemati” dengan umat, begitu pula umat sangat mengasihi dia.

“Piye Yok, isih seneng dadi romo toh?” (Gimana Yok – dia memanggil saya tidak Joko, tetapi Yoke – masih senang jadi romo toh?) sapanya ketika saya dolan ke Pastoran Solo Baru, setelah saya kembali dari tugas di Ketapang. “Awake dewe dherek Gusti kuwi wis paling beja banget” (Kita ikut panggilan Tuhan itu sudah yang paling membahagiakan). Itulah kebahagiaan sejati yang dia temukan.

Simon dan Andreas sudah punya pekerjaan baik sebagai penjala ikan. Demikian pula Yakobus dan Yohanes punya perahu dan jala. Pekerjaan mereka sudah mapan. Tetapi ketika Yesus memanggil mereka, segera mereka meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus.

Mereka mendapat tugas baru tetapi juga lama. Sama-sama menjadi penjala. Tetapi yang baru adalah menjala manusia. Menyelamatkan jiwa-jiwa manusia.

Mengikuti Yesus adalah jalan kebahagiaan baru bagi mereka. Mereka berani meninggalkan segalanya demi memperoleh kebahagiaan yang sejati. Apakah kita berani menanggapi panggilan Yesus untuk mengikuti-Nya?

Ke Pasar Minggu membeli buah.
Buah yang masak banyak ulatnya.
Mengikuti Tuhan tidak mudah.
Berani meninggalkan segala-galanya.

Cawas, pengin klengkeng….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 10.01.21 / Pesta Pembaptisan Tuhan / Markus 1:7-11

 

“Pendadaran Siswa Sokalima”

PANDITA Drona adalah guru para Kurawa dan Pandawa. Ia ingin melihat dan menguji kemampuan para muridnya selama menimba ilmu kanoragan.

Patih Sengkuni yang licik mengusulkan agar dibuat pertandingan olah senjata perang. Siapa yang menang, dia yang akan mewarisi tahta Hastinapura.

Sengkuni sangat senang ketika dia ditunjuk menjadi ketua panitya. Dia sudah membuat tipu muslihat agar Suyudana yang memenangkan pertandingan.

Drona membuat peraturan pertandingan; siapa yang bertahan lama di gelanggang, dia yang menang. Tidak boleh melukai lawan sampai mengeluarkan darah, lawan yang menyerah dianggap kalah.

Tegal Kurusetra dipilih sebagai ajang pertandingan. Sengkuni memperlawankan Bima berhadapan dengan anak-anak Kurawa. Dia berharap Bima kehabisan tenaga, agar nanti dengan mudah dikalahkan oleh Suyudana. Karena Bima selalu menang, Sengkuni menasehati Suyudana untuk menghina Bima agar dia marah.

Suyudana bilang kepada Bima, “Bima, kamu anak haram, hasil perselingkuhan ibumu dengan para dewa.” Dikatakan begitu, Bima marah dan memukul mulut Suyudana sampai berdarah. Bima didiskualifikasi.

Akhirnya tinggal Arjuna dan Suyudana yang tersisa. Arjuna adalah murid terpandai dalam peperangan. Dia bisa memukul mundur Suyudana dari gelanggang. Drona menobatkan Arjuna sebagai pemenang pertandingan. “Inilah muridku yang terkasih, yang telah lulus dan memenangkan pendadaran siswa Padepokan Sokalima.”

Pembaptisan itu seperti masa pendadaran. Setelah sekian lama mendapat pengajaran (katekese), orang dilantik atau dibaptis dan diterima sebagai warga gereja. Dengan pembaptisan, orang dinyatakan lulus dan diterima menjadi anak-anak Allah.

Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Setelah keluar dari air, Dia dinyatakan sebagai Putera Allah. “Terdengar suara dari surga, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Dengan pembaptisan, kita digabungkan dengan Yesus menjadi anak-anak Allah. Apakah kita sudah menyesuaikan hidup kita dengan hidup Yesus supaya kita pantas disebut anak-anak Allah?

Di meja ada banyak buah;
Pisang, mangga dan rambutan.
Puji Syukur kepada Allah.
Dengan baptis kita jadi anak Tuhan.

Cawas, pisang di kulkas…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 09.01.21 / Yohanes 3:22-30 / Rivalitas Antar Kelompok

 

SHAOLIN adalah vihara yang terkenal dengan pelajaran beladirinya. Shaolin dibagi menjadi dua; Shaolin Utara dan Shaolin selatan. Sungai Yang Tse Kiang membelah dua wilayah utara dan selatan. Kedua perguruan ini saling bersaing menunjukkan hegemoninya. Masing-masing punya karakternya sendiri. Shaolin utara lebih menonjolkan tendangan dan salto. Sedangkan shaolin selatan lebih fokus pada kekuatan pukulan tangan dan kecepatannya.

Di Nusantara ini juga ada banyak perguruan beladiri. Tidak jarang persaingan antar perguruan itu mengakibatkan munculnya konflik. Kadang sebuah perguruan ingin menunjukkan eksistensinya. Mereka mengadakan pamer kekuatan, “show of force” supaya diakui di tengah masyarakat. Kadang mereka mengadakan ujian kenaikan tingkat, acara massal tahunan, pawai keliling kota, yang membuat bentrok dengan kelompok lain. Tidak bisa dihindari acara itu menimbulkan konflik antar kelompok.

Rivalitas antar kelompok yang selalu dikenang dengan romantisme tragisnya adalah kisah cinta Romeo dan Juliet. Romeo berasal dari klan Montague, yang adalah musuh bebuyutan Klan Capulet dimana Juliet berasal. Tetapi karena kematian mereka, dua klan ini akhirnya sepakat menghentikan permusuhan.

Apakah harus jatuh korban dulu, baru permusuhan atau rivalitas itu berhenti?

Yohanes Pembaptis menjawab persoalan itu dengan bijaksana. Ada dua kubu yang saling bersaing. Pengikut Yohanes Pembaptis dan murid-murid Yesus. Yohanes membaptis di Ainon dekat Salim. Yesus juga membaptis. Timbullah perselisihan dan persaingan di antara mereka.

“Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang Sungai Yordan, dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga, dan semua orang pergi kepada-Nya.”

Jawaban Yohanes menyejukkan dan membawa damai. “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”

Kerendahan hati Yohanes justru menunjukkan kebesaran jiwanya. Ia sadar bahwa tugasnya adalah mempersiapkan jalan bagi Yesus. Apakah kita berani mengambil sikap seperti Yohanes ketika menghadapi konflik?

Maunya makan di restorant cepat saji.
Lebih nikmat makan di tengah pasar.
Tirulah Yohanes yang rendah hati.
Aku makin kecil, Dia harus makin besar.

Cawas, sabar menanti….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 08.01.21 / Lukas 5:12-16 / Bangsal Puspita

 

KETIKA masih menjadi frater di tingkat awal, kami diminta oleh Romo Pembimbing tingkat mengunjungi orang-orang sakit. Kami tidak boleh bezoek di ruang VIP atau ruangan berkelas. Tetapi hanya boleh berkunjung ke pasien-pasien yang ada di Bangsal Puspita.

Bangsal ini adalah ruangan terbuka untuk menampung banyak pasien dengan berbagai macam penyakit. Kelas mereka jelas berbeda dengan yang di ruang VIP. Bangsal ini adalah tempat untuk menampung mereka yang kesulitan ekonomi namun membutuhkan penyembuhan; orang miskin, tukang becak, gelandangan, dan sebagainya.

Kadang tidak ada keluarga yang menunggui pasien karena mereka harus mencari nafkah. Kami diminta untuk menemani mereka ini. Dengan kegiatan ini kami diajari untuk peduli khususnya bagi mereka yang sakit, dan lebih khusus lagi mereka yang tidak dipedulikan. Mereka yang berada di kelas bawah.

Berkunjung di kelas VIP pasti lebih nyaman daripada di bangsal ini. Ada berbagai fasilitas; ruang AC, TV, telpon, kamar mandi privat. Layaknya kamar hotel berbintang. Sangat beda dengan Bangsal Puspita. Tetapi justru itulah yang mau diajarkan; punya empati dan kepedulian bagi mereka yang disingkirkan.

Bangsal Puspita sekarang sudah tidak ada lagi. Katanya sudah menyatu dengan ruang berkelas lainnya dan tidak disendirikan lagi.

Hari ini Yesus didatangi oleh seorang yang sakit kusta. Kusta adalah penyakit yang mengerikan. Mereka disingkiri dan diasingkan dari kampung. Orang kusta tidak boleh bergaul dengan masyarakat umum. Ada stigma ”dosa” bagi mereka.

Orang kusta itu pun tahu diri. Ia tersungkur memohon,”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Yesus langsung mengulurkan tangan dan menyembuhkan si kusta. Yesus datang, berempati, peduli, menolong mereka yang disingkirkan.

Dalam kondisi sesulit apa pun, jika kita mau datang kepada Yesus, Ia akan mengulurkan tangan dan membantu kita. Apakah kita mau tersungkur datang kepada-Nya? Meneladan Yesus, maukah kita peduli dan punya hati untuk mereka yang disingkirkan?

Hujan deras di sepanjang jalan.
Iringi langkah menuju rumah.
Sujudlah kepada Yesus dengan iman.
Pasti kita akan mendapat berkah.

Cawas, dingin menusuk tulang…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 07.01.21 / Lukas 4:14-22a / Color Me A Rainbow

 

UNTUK menghilangkan kebosanan selama dirawat di rumah sakit, Ella Tryon, 7 tahun menggambar di kertas dengan krayon. Sesudah sembuh ia punya ide untuk mengirim krayon dan kertas gambar kepada pasien anak-anak di rumah sakit. Ia ingin agar anak-anak tetap kreatif dan tidak bosan selama dalam proses penyembuhan.

Dengan bantuan ibunya, ia membuat proyek yang disebut “Color Me A Rainbow.” Pada bulan Oktober 2016 ia mengumpulkan 13.132 kotak krayon dan 254 buku mewarnai yang disumbangkan ke rumah sakit di seluruh negeri. Ella punya mimpi dan cita-cita bisa menyumbangkan 1.000 kotak krayon ke rumah sakit anak. Dan 5.000 kotak khusus di rumah sakit St. Jude Children di Memphis,Tenneesse.

“Saya ingin membantu sebanyak mungkin anak dan sesering mungkin” kata Ella kecil, “Dan aku tidak akan berhenti.” Sambungnya dengan mata berbinar-binar.

Yesus datang di Nasaret dan pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat. Ia membaca Kitab Nabi Yesaya, “Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Visi adalah tujuan, masa depan, cita-cita, hal yang ingin dilakukan.Visi adalah gambaran besar atau gambaran secara keseluruhan apa yang diinginkan. Misi adalah Penjabaran apa yang akan dilakukan untuk mencapai atau mewujudkan visi. Visi lebih bersifat jangka panjang sebagai cita-cita yang ingin dicapai.

Visi Yesus adalah melaksanakan kehendak Bapa. Cita-cita itu diwujudkan dengan menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, pembebasan bagi para tawanan, membebaskan orang-orang tertindas, memelekkan orang buta dan memberitahukan bahwa tahun rahmat Tuhan sudah datang.

Ella punya visi membuat anak-anak bahagia. Ia menyumbangkan krayon bagi mereka. Apa visi anda dalam hidup ini, dan bagaimana agar visi itu dapat tercapai?

Sarapan pakai pisang dan lontong.
Penginnya makan sepiring satai.
Jangan biarkan hidup anda kosong.
Tanpa visi misi yang mau dicapai.

Cawas, rindu kopi hitam….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr