Pesan Bapa Uskup dalam Perayaan Ekaristi Kamis Putih

Semarang (09/04/2020), Pada hari tersebut seluruh umat Khatolik memperingati Perayaan Kamis putih atau biasa disebut dengan Malam Perjamuan Terakhir Tuhan dalam rangkain perayaan Pekan Suci dan dimalam ini juga kita diingatkan kembali bagaimana Yesus membasuh kaki para rasul dan mengundang orang-orang beriman untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain. Misa Kamis Putih ini dipimpin oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko selaku Uskup Keuskupan Agung Semarang dan disiarkan secara langsung melalui Platform Youtube Komsos KAS.

Dalam homilinya, monsinyur sempat menyinggung kenapa kita tekun dan setia mengikuti misa secara Online. Sejak Gereja memutuskan untuk meniadakan seluruh kegiatan liturgis maupun non liturgis pada tanggal 21 Maret yang lalu Bapa Uskup telah mengamati para umat yang sangat rajin mengikuti misa online ini. Tidak hanya misa mingguan saja, namum para umat juga rajin mengikuti misa harian juga. Melihat perilaku umat yang begitu aktif dalam mengikuti misa online ini beliau ingin mengetahui apakah motivasi mendasar, mengapa kita sebagai umatnya begitu tekun mengikuti misa. Setelah mencari tahu melalui berbagai sharing yang ada, Bapa Uskup menemukan jawaban yang menarik. Ternyata alasan mereka bukanlah karena gabut ataupun bosan dengan rutinitas yang saat ini banyak dilakukan dirumah saja, melainkan karena perasaan mendasar yang dirasakan ada jauh didalam lubuk hati kita. Apakah perasaan itu ? Jawabannya adalah kerinduan,  kita rindu untuk berjumpa dengan Tuhan, untuk mengalami kehadiran-Nya, dan untuk menerima berkat kasih-Nya.

Salah satu sharing dari umat yang begitu menyentuh adalah bahwa karena adanya misa Online, dia bisa merasakan kehadiran Yesus di sekitar mereka. Maka dari itu Yesus pernah bersabda, dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Kehadiran Yesus begitu dirasakan di dalam rumah-rumah yang hening di masa pandemi Covid-19 ini.

Pada saat homili ini, beliau juga bertanya mengenai perayaan Ekaristi, “Sejak kapan toh perayaan ekaristi diadakan?” kata Bapa Uskup kepada para umatnya. Pertanyaan ini membuat kita berpikir kembali kapan sebenarnya Ekaristi mulai diadakan. Dan jawabannya adalah sejak Yesus melakukan perjamuan terakhir bersama-sama dengan murid-Nya. Karena pada saat itu pula, Ia memberikan diri-Nya sebagai anak domba yang harus dikorbankan. Dimana pada saat itu Ia menebus dosa-dosa dunia dengan mengurbankan diri-Nya dikayu salib demi kita.

Dari peristiwa itu, Yesus telah memberikan teladan kasih dan pengorbanan demi keselamatan kita. Kita bisa merenungkan bahwa karena pengorbanan diri-Nya kita selaku manusia berdosa mau bertobat dan tetap mau berdoa kepada-Nya. Dan sebagai umat-Nya, kita diundang untuk meneladani kasih Yesus dengan saling melayani dan berani berkorban demi kebahagiaan orang lain.

Pada kesempatan ini, Bapa Uskup juga berpesan agar kita juga harus menjaga diri kita masing-masing dengan cara melakukan segala aktivitas dirumah guna meminimalisir penularan Virus COVID-19, mengingat saat ini pandemi ini telah masuk ke Indonesia. Kalaupun keluar rumah dikarenakan bekerja ataupun membeli bahan makanan, kita harus menjaga diri dengan tetap menggunakan masker selama keluar dan setelah balik ke rumah jangan lupa untuk mencuci tangan. Momen ini juga membuat kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga dikampung halaman. Saat pandemi belum menyerang, kita sangat jarang meluangkan waktu kita untuk balik ke rumah dikarenakan tanggung jawab yang diemban diluar kampung halaman. Oleh sebab itu pada saat sulit seperti ini waktunya kita membuka kembung kemurahan hati lumbung kepedulian dan tabungan cinta kasih kita agar bisa berbagi satu sama lain dan saling memberikan kasih sayang satu sama lain.

Demikianlah pesan-pesan yang disampaikan oleh Bapa Uskup pada saat Misa Perayaan Ekaristi Kamis Putih tahun 2020. Semoga pesan ini dapat kita renungkan dan kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari kita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Written by Kristo

Edited by Gisella

BAHAYA COVID-19 DAN SIKAP ORANG MUDA KATOLIK BABARSARI DALAM MENGHADAPI EPIDEMI

Saat ini masyarakat dunia sedang dibuat panik dengan maraknya penyebaran sebuah virus yang bernama corona (COVID-19). Tercatat hingga tanggal 14 April 2020 terdapat 1,924,635 kasus infeksi yang tersebar di 210 negara di seluruh dunia. Jumlah kasus infeksi terbesar tercatat terjadi di Amerika Serikat yaitu sebanyak 587,173 kasus, kemudian di susul oleh Spanyol dengan jumlah total kasus infeksi sebanyak 170,099 kasus, lalu posisi yang ketiga ditempati oleh Italia dengan jumlah total kasus infkesi sebanyak 159,516 kasus. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah kasus infeksi meningkat dengan pesat, yang awalnya hanya terjadi 2 kasus, meningkat menjadi 96 kasus, kemudian 172 kasus, hingga yang terbaru total 4,557 kasus. (sumber: worldometers.info, 14/04/2020)

Penyebaran virus COVID-19 diduga berasal dari China, yaitu dari sebuah pasar hewan sebagai akibat dari mengkonsumsi daging (kelelawar, ular, dan hewan eksotis lainnya) yang tidak diolah dengan baik. Gejalanya yang mirip dengan penyakit flu biasa dan penyebaran yang begitu cepat membuat infeksi virus ini meningkat dengan pesat. Banyaknya korban yang berjatuhan di berbagai negara akhirnya mendorong WHO (World Health Organization) untuk mengkategorikan virus corona (COVID-19) sebagai epidemi global. WHO berharap dengan ditetapkannya COVID-19 sebagai epidemi global, semua negara menjadi lebih serius dalam menangani kasus penyebaran dan infeksi virus ini. Sebelumnya WHO sangat prihatin dengan sikap dari beberapa negara yang terkesan terlalu lamban dalam menangani kasus infeksi COVID-19. Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom dalam sebuah konferensi pers di Jenewa (11/03) mengatakan dengan tegas bahwa serangan virus COVID-19 bukan hanya krisis kesehatan masyarakat, tetapi juga krisis yang memberikan dampak kepada setiap sektor dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu ia mendesak setiap individu dalam masyarakat untuk terlibat aktif membantu pemerintahan negaranya memerangi penyebaran dan infeksi virus COVID-19.

Penyebaran COVID-19 di Indonesia

Pada awalnya Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara yang belum terkena infeksi COVID-19. Sampai dengan tanggal 1 Maret 2020 kasus infeksi virus COVID-19 di Indonesia belum terdeteksi. WHO dan beberapa negara lainnya sempat meragukan hal ini, mereka mengatakan bahwa infeksi virus COVID-19 sudah masuk ke dalam wilayah Indonesia, hanya saja pemerintah tidak mempunyai peralatan yang cukup untuk mendeteksi penyebaran dan infeksi virus ini. Menanggapi keraguan dari pihak luar, Terawan Agus Putranto selaku Menteri Kesehatan bahkan sempat menantang para ahli dari Harvard untuk meninjau langsung alat serta laboratorium pendeteksi virus COVID-19 yang ada di Indonesia. Terawan mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan pemeriksaan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku dan hasilnya adalah Indonesia bebas dari wabah virus ini. Sampai dengan tanggal 1 Maret 2020 Indonesia masih bebas dari infeksi COVID-19 dan masyarakat masih melakukan aktivitasnya dengan normal.

Namun semuanya berubah setelah pada tanggal 2 Maret terdeteksi ada 2 orang Indonesia yang positif terjankit virus COVID-19. Dua orang ini merupakan seorang ibu (64 tahun) dan anak (31 tahun) yang berasal dari Depok, Jawa Barat. Kedua orang ini tertular setelah salah satu diantara mereka melakukan kontak dengan seorang WNA asal Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret jumlah korban yang terinfeksi bertambah menjadi 4 orang, meningkat menjadi 6 orang di tanggal 9 Maret, meningkat lagi menjadi 19 orang pada tanggal 10 Maret, dan terus mengalami peningkatan hingga jumlah korban terinfeksi virus menyentuh angka 4,557 orang pada tanggal 14 April. 4,557 orang terinfeksi dan 399 orang meninggal merupakan sesuatu yang buruk bagi pemerintah, lebih khususnya lagi masyarakat Indonesia. Menanggapi hal ini Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menghimbau agar masyarakat Indonesia mengurangi segala aktivitas diluar ruangan dan lebih memperhatikan kebersihan tubuh.

Menyikapi penyebaran dan infeksi virus COVID-19 yang sudah memasuki tahap menghawatirkan, beberapa Universitas mulai meliburkan siswanya serta mengganti sistem pendidikannya menjadi berbasis online. Berbeda dengan lembaga pemerintahan dan lembaga pendidikan seperti universitas, masyarakat awam memiliki respon yang beragam dalam menanggapi situasi ini. Sebagian masyarakat mulai panik, sebagai akibatnya beberapa alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer mulai sulit didapat, jika ada harganya pun sudah menjadi mahal. Sebagiannya lagi meremehkan, menganggap penyebaran dan infeksi virus COVID-19 sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, sehingga sikap mereka cenderung santai dan tidak mendengarkan himbauan dari pemerintah. Tentunya sikap masyarakat yang sebagiannya panik dan sebagiannya lagi santai merupakan sesuatu yang buruk. Pencegahan penyebaran dan infeksi COVID-19 akan menjadi susah lantaran sebagian besar alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer menjadi langkah serta mahal. Masyarakat yang bersikap santai, lalu bebas berkeliaran tanpa memperhatikan himbauan terkait standar kesehatan juga semakin mempermudah penyebaran virus antara satu individu kepada individu lainnya. Sikap masyarakat yang seperti ini semakin mempersulit pemerintah dalam memerangi penyebaran virus COVID-19.

Sikap Orang Muda Katolik Babarsari

Pada tanggal 15 Maret 2020 diumumkan satu pasien positif terinfeksi virus COVID-19 di wilayah kota Yogyakarta. Pasien ini merupakan seorang anak laki-laki berumur 3 tahun, dirawat di RSUP Dr. Sardjito. Sedangkan kedua orang tua pasien masuk ke dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP), diisolasi bersama dengan anaknya di dalam sebuah ruangan. Setelah diselidiki ternyata pasien dan kedua orang tua pasien sebelumnya memiliki riwayat pernah berada di Depok, Jawa Barat.

Segera setelah berita tersebut beredar, pengurus paguyuban OMK Paroki Babarsari langsung mengadakan pertemuan. Pertemuan tersebut membahas beberapa hal, yaitu penundaan dan penonaktifan beberapa program kerja OMK, pengurangan dan pembatasan aktivitas orang muda Katolik di area gereja, serta langkah pencegahan penyebaran virus yang dilakukan oleh OMK. Hasil dari pertemuan tersebut tertuang dalam beberapa point kesepakatan yaitu, penundaan dan penonaktifan beberapa program kerja OMK, himbauan kepada seluruh orang muda Katolik untuk membatasi aktivitas di area gereja, melakukan doa bersama untuk memohon keselamatan, serta kesepakatan untuk melengkapi ruang OMK dengan hand sanitizer. Keputusan yang diambil tersebut sangatlah penting untuk menjaga kesehatan serta keselamatan seluruh Orang Muda Katolik Babarsari.

Orang Muda Katolik Babarsari menyikapi situasi epidemi virus COVID-19 dengan tenang. Sebagai bagian dari Orang Muda Katolik Babarsari saya terus memperhatikan dinamika dari teman-teman OMK. Sejak pertama kali terdengar kabar virus COVID-19 memasuki area jogja, respon yang ditunjukan oleh teman-teman OMK begitu tenang, mereka tetap beraktivitas namun intensitas aktivitas dikurangi serta melengkapi diri mereka dengan masker dan hand sanitizer. Teman-teman OMK tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan, mereka terus memantau perkembangan informasi yang ada dan dengan sabar menunggu himbauan-himbauan, baik itu dari pihak pemerintahan, universitas, maupun dari pihak gereja. Media sosial benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh para muda-mudi dalam menyebarkan informasi yang bermanfaat terkait himbauan, prosedur pengamanan diri, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan perkembangan penanganan virus COVID-19. Selain sebagai sarana untuk berbagi informasi, media sosial juga digunakan untuk saling menguatkan. Doa-doa, canda-tawa dan kata semangat sering terlihat di dalam ruang chat mereka. Tidak jarang juga terjadi diskusi diantara mereka, mulai dari topik sederhana sampai dengan topik yang agak berat diperbincangkan bersama. Terdapat dua hal menarik yang saya tangkap dari diskusi yang terjadi baru-baru ini. Hal menarik yang pertama adalah para muda-mudi ini sepakat epidemi virus COVID-19 telah menyadarkan mereka bahwa sesungguhnya Tuhan bukan hanya berada pada saat misa mingguan di gereja saja, tapi Tuhan itu berada di dalam diri setiap orang yang beriman. Tuhan dapat ditemukan dalam keheningan dan kesendirian. Hal menarik yang kedua adalah para muda-mudi ini sadar bahwa epidemi virus COVID-19 merupakan sebuah cobaan bagi keimanan mereka kepada Yesus Kristus. Walaupun gerak menjadi terbatas dan ancaman penyebaran virus berada dimana-mana, para muda-mudi ini tetap kuat berpegang pada doa.

Berdoa Bersama Memohon Kesembuhan dan Keselamatan

Penyebaran dan infeksi virus COVID-19 telah memasuki fase yang mengkhawatirkan. Terdapat 197.496 kasus infeksi yang terjadi diseluruh dunia, dengan total korban jiwa mencapai 7.905 orang. Menanggapi hal ini maka tim divisi liturgi OMK Don Bosco Babarsari mengajak semua umat untuk bersama-sama mendoakan kesembuhan dan keselamatan semua pasien virus COVID-19. Rumusan doa tersebut telah disusun lengkap dengan jadwalnya. Doa-doanya adalah sebagai beriku:

Doa setiap jam 15.00

  1. Doa Kerahiman

Ya Yesus, engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O sumber kehidupan, kerahiman ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah dirimu pada kami.

  1. Doa memohon pertolongan dan perlindungan dari Bunda Maria

O Maria, engkau terus bersinar sepanjang perjalanan kami sebagai tanda keselamatan dan harapan. Kami mempercayakan diri kami kepadamu sebagai Kesehatan Orang Sakit, yang di Kayu Salib dekat dengan rasa sakit Yesus, menjaga imanmu tetap teguh.

Engkau keselamatan orang-orang Romawi, tahu apa yang kami butuhkan, dan kami percaya bahwa Anda akan memenuhi kebutuhan itu sehingga, seperti di Kana, di Galilea, sukacita dan perayaan dapat kembali setelah masa pencobaan ini.

Tolong kami, Bunda Cinta Ilahi, untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Bapa dan untuk melakukan apa yang Yesus katakan kepada kami.

Dia yang menanggung penderitaan kita atas diri-Nya sendiri, dan memikul kesengsaraan kami untuk membawa kami, melalui Salib, menuju sukacita tentang Kebangkitan.

Kami mencari perlindungan di bawah perlindunganmu, O Bunda Suci Allah. Jangan meremehkan permohonan kami, kami yang diuji dan bebaskan kami dari setiap bahaya, hai Perawan yang mulia dan diberkati. Amin.

PENUTUP

Diakhir tulisan ini saya ingin menyampaikan kepada teman-teman semua untuk tidak panik menghadapi situasi ini, namun selalu waspada. Kurangi aktivitas di luar rumah, jaga selalu kebersihan tubuh, konsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan jangan lupa berdoa memohon perlindungan dari Tuhan. Jadilah pahlawan untuk diri sendiri dan sesama dengan mematuhi himbauan yang berlaku, jika merasa sakit segera beristirahat. Lihat perkembangannya, jika sampai beberapa hari sakit berlanjut dengan gejala demam 38 derajat celcius, batuk/pilek, disertai dengan kesulitan bernapas maka segeralah berobat ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Urungkan dulu niat untuk pulang ke kampong halaman, jagalah mereka dari kemungkinan terpapar virus yang kita bawa selama perjalan pulang. Salam sejahtera untuk kita semua, Berkah Dalem

 

 

Artikel by : Rio OMK

Editor : Gisella

Pesan Natal Pagi 2019

Ada yang sedikit menarik dan berbeda pada misa natal pagi yang diselenggarakan di Gereja Santa Maria Assumpta Babarsari Yogyakarta, Rabu (25/12/2019). Misa yang dimulai pukul 07.30 ini, diwarnai dengan keceriaan koor anak-anak dari komunitas PIA & PIRA. Lagu pembuka yang mereka bawakan  berjudul Hai mari berhimpun dengan penuh keceriaan dan sukacita. Tidak hanya koor, lektor dan pemazmur pun juga dibawakan oleh anak-anak. Bacaan pertama yang dibacakan oleh Markho Darmawan, pemazmur Marcellinus Janenino, dan bacaan kedua dibacakan oleh Theresia Afrianti.

Pada perayaan natal kali ini, umat katolik diajak untuk hidup sebagai sahabat bagi semua orang yang sekaligus menjadi tema natal kita pada tahun ini. Ada sedikit pernyataan yang disampaikan oleh Romo Yohanes Iswahyudi Pr. dalam kotbahnya. “Apabila kamu tidak seperti anak-anak, Kamu tidak bisa masuk Surga”. Pernyataan itu pun dengan mengaitkan tema natal kita pada tahun ini, yakni apabila kita memiliki persoalan dengan orang lain, janganlah berlarut-larut, jadilah sahabat bagi orang lain seperti anak kecil yang polos dan tidak memiliki dendam.

Setelah itu romo  bertanya kepada anak-anak, “Apa yang tidak boleh dilakukan pada sahabatmu?” Dengan iming-iming hadiah kemudian anak-anak menjawab dari panti koor. “Berantem!” “Tidak boleh mukul!” “Tidak boleh menendang!”. Dengan berbagai jawaban polos dari anak-anak, membuat suasana misa lebih santai dan penuh gelak tawa dari umat.

Di akhir kotbahnya, romo kemudian memberikan beberapa kesimpulan tentang bagaimana Tuhan Yesus bersahabat dengan manusia. Yang pertama sebagai sahabat, kita harus saling mendukung sebagaimana Tuhan Yesus yang selalu mendukung kita di dalam situasi yang tidak mudah. Kemudian yang kedua di dalam persahabatan, kita harus saling memberi dan menerima karena, kita akan terhindar perpecahan sebagai penyebab runtuhnya persahabatan. Lalu yang ketiga, didalam persahabatan harus ada kebebabasan. Bersahabat kalau selalu ada paksaan atau selalu memaksakan kehendak kepada sahabat maka persahabatan tersebut dapat retak.

Lalu dalam poin ke empat romo menyampaikan bahwa dalam persahabatan, terdapat keunikan sehingga keunikan tersebut harus dihargai. Bahkan lewat keunikan itu, kita menjadi kaya sehingga bisa saling melengkapi dalam sebuah persahabatan. Lalu poin terakhir yang disampaikan oleh romo adalah, dalam sebuah persahabatan harus terdapat keterbukaan, disertai dengan sikap bisa dipercaya, agar dapat menciptakan persahabatan yang sehat.

Setelah romo selesai memberikan khotbahnya, umat kemudian melanjutkan perayaan ekaristi. Kemudian, misa ditutup dengan lagu Feliz Navidad dengan sangat meriah dan ceria oleh komunitas PIA dan PIRA. Selain itu, komunitas PIA dan PIRA juga membagikan bingkisan kecil kepada anak-anak yang mengikuti ekaristi di pintu keluar utama gereja.

 

Liputan : Yobel

Editor : Klara Ega

Pesan Malam Natal 2019

Selasa (24/12/2019)  Gereja Katolik Santa Maria Asumpta Babarsari melaksanakan perayaaan malam natal yang digelar dalam dua kali misa, yaitu pada pukul 17.30 WIB dan 21.00 WIB. Misa malam natal pertama sangat ramai, terdapat sekitar  3000-an umat yang memadati bagian dalam gereja, kanopi hingga halaman gereja.  Misa malam natal yang dimulai pukul 17.30 WIB dipimpin oleh Romo Yohanes Iswahyudi Pr, diikuti oleh para petugas litugi dan diisi dengan drama singkat dari komunitas PIA PIRA.

 

Pelaksanan  ibadah malam natal tahun ini mengusung tema Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang. Dalam kotbahnya Romo Iswahyudi mengatakan Sahabat sejati dikenal dalam situasi yang tidak pasti. Ketika ada kesulitan, dia tetap bertahan dan tidak meninggalkan. Itulah yesus yang datang saat manusia jatuh dalam dosa melainkan tidak ditinggalkan dan dibebaskan olehnya.

 

Selain itu, hal yang menarik dari kotbah Romo Iswahyudi adalah saat romo menceritakan percakapan singkatnya  dengan seorang katekumen bernama Egi yang masih kelas dua SD. Romo bertanya “Apa arti sahabat menurut Egi ?” Egi dengan polosnya menjawab “Samudra akan hancur kalau aku dan kamu berpisah”. Umat pun tertawa kecil mendengar jawaban egi.  Romo kemudian  mengaitkan jawaban Egi dengan sebuah relasi, “Buruknya relasi membuat kehancuran bahkan bisa membuat kehancuran semesta. Dunia ini pun bisa hancur karena buruknya relasi manusia dgn Allah” kata Romo Iswahyudi.

 

Romo melanjutkan, bahwa seluruh umat harus bersyukur atas kehadiran Yesus sebagai sahabat. Dengan munculnya Yesus sebagai penyelamat maka dunia tidak hancur.  Apa yang dulu dipisahkan oleh dosa akan disambung kembali oleh yesus yang adalah sahabat kita. Yesus memulihkan hubungan kita dengan Allah maka  kita pun diajak untuk memulihkan hubungan kita dengan sahabat dan alam semesta. Misa malam natal berjalan dengan aman dan punuh khidmat..

 

 

Liputan : Chika

Editor : Klara Ega

Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam

Hari Minggu, 24 November 2019, umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Dalam kalender Liturgi Gereja, hari minggu ini merupakan minggu terakhir dalam tahun liturgi. Minggu depan, 01 Desember 2019 kita akan memasuki tahun baru liturgi yang akan dibuka dengan Minggu Adven I. Gereja pasti punya maksud tertentu merayakan hari raya ini. Gereja hendak menunjukan keyakinannya bahwa Yesus Sang Allah Putra adalah Raja atas semesta alam. Dialah penguasa jagad raya ini. Karenanya, patutlah orang Kristen berbangga hati; Tuhannya adalah Penguasa segalanya. Dialah yang mengatur segala sesuatu. Keyakinan kita bahwa Yesus adalah Raja lewat Injil hari minggu ini semakin diteguhkan. Kita diajak untuk melihat perspektif lain dimensi Raja Yesus. Injil pada hari minggu inimenampaka figur Yesus yang tersalib sebagai seorang Raja. Gambaran ini tntu sangat berbeda dengan gambaran pemimpin atau raja pada zaman kita ini. Pemimpin atau raja pada zaman kita tidak tergantung di salib. Mereka tidak menderita seperti Kristus, tidak tersentuh bahkan terkontaminasi oleh hujat dan caci maki dari rakyatnya. Raja Kristus adalah Raja yang menderita, Raja yang mau mengorbankan darah-Nya demi menebus rakyat-Nya yang penuh dengan dosa.

itulah kebesaran Raja Kristus. Kebesaran yang ditampakkan dalam kumpulan paradoks. Ia adalah Raja, Penguasa segala sesuatu tapi wafat di kayu salib; Ia bermartabat tetapi direndahkan bahkan dihujat. Inilah kebesaran Raja orang-orang Kristen. Kebesaran yang terselubung, kekuasaan dalam diam serta kemuliaan dalam kerendahan hati.

Menghayati Ekaristi

Umat Kristen merasa solider dengan orang lain. Usahanya ialah meningkatkan dunia pada cita-cita persaudaraan, keadilan dan cinta kasih.Tetapi usaha-usaha itu terhambat oleh kesalahpahaman intern, rintangan-rintangan dari pihak lain, godaan uang, kenikmatan dan lain-lain. Keterbukaan akan kebebasan yang dicanangkan oleh Konsili Vatikan II ingin memberikan kebijaksanaan bertanggung jawab dalam bidang moral. Selain itu pengaruh mentalitas teknik dan ilmiah benar-benar merupakan hambatan bagi pertumbuhan dan perkembangan iman. Dalam menanti kedatangan kembali Penebus kita, hendaknya kita waspada terhadap dua godaan: jangan sampai menyerah secara pasif kepada Tuhan, tetapi sebaliknya juga jangan mencurahkan diri pada aktivisme tak sabar yang terlalu mengandalkan kekuatan sendiri dan mudah putus asa karena kegagalan-kegagalan. Konsili Vatikan II telah pula memperingatkan: orang Kristen harus hadir di dunia dengan usaha-usaha dan perjuangannya. Dengan demikian ia menjadi saksi Kristus yang akan datang dan akan meminta kerja sama yang loyal. Dengan doa dan Ekaristi iang mengangkat nilai-nilai manusiawi dan memberinya nilai-nilai kekal di dalam kerajaan-Nya.

RIbuan tahun diperlukan sebelum keperluan setiap hati manusia diakui dan dipenuhi dalam hukum dan adat. Pengakuan martabat manusia pun masih harus diperjuangkan. Kita teringat akan masa perbudakan, yang baru berkahir seabad yang lalu; akan masa diskriminasi warna kulit; akan masa kolonialisme, dan sebagainya. Kapan ‘kapan pernyataan hak-hak azasi manusia dipraktekan ? Hati manusia menjerit cemas minta pembebasan. Orang yang punya persoalan demikian banyak mengenal penderitaan dan perpecahan, tidak menemukan pemecahan untuk keluar dari lembah kesulitan itu. Maka Kristus datang. Ia menerima orang-orang dalam kerajaan-Nya, kerajaan cinta kasih, terang, damai, dan kebenaran. Dengan rahmat-Nya mereka diberi kuasa untuk meningkatkan diri dan diajak ikut serta berkarya. Umat-Nya itu bertugas menyebarluaskan dan menjelaskan kesatuan kerajaanyang didirikan Kristus itu.