Puncta 10.07.20 Matius 10:16-23 Cerdik Bagai Ular, Tulus Seperti Merpati

NIAT baik tidak selalu diterima dengan baik. Kadang dicurigai, ditentang dan dilawan. Axel Foley, seorang detektif polisi dari Detroit tahu temannya, Mike Tandino dibunuh oleh sebuah sindikat di depan mata kepalanya sendiri. Ia ingin mengusut kasus ini, tetapi atasannya menyerahkan kasus ini kepada orang lain. Foley dengan caranya sendiri menyelidiki. Ia mengejar sindikat ini sampai di Beverly. Ia berhadapan dengan penjahat kelas kakap, Victor Maitland. Institusi kepolisian di Beverly menghalangi niatnya untuk membuka kasus ini karena Maitland adalah pebisnis besar dan punya duit banyak. Foley masuk lebih dalam. Ia tahu Maitland menyelundupkan narkoba dan pemalsuan obligasi. Walaupun harus menghadapi teman-teman dan isntitusinya sendiri, Foley berhasil membongkar kejahatan narkoba berkedok galeri seni itu.

Yesus sudah memberitahu kepada murid-murid-Nya. Mereka itu seperti domba masuk ke tengah-tengah serigala. Para murid harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Harus pandai-pandai bagaimana mensiasati keadaan. Para murid diutus bukan untuk senang-senang atau enak-enak, tetapi mereka harus pergi dan mewartakan keadilan dan kebenaran. Hal itu tidak mudah.

Mereka diingatkan akan bahaya yang mengancam. Mereka akan diserahkan ke majelis agama. Mereka akan disesah di rumah-rumah ibadat. Mereka akan digiring ke muka penguasa. Akan terjadi pertentagan dalam keluarga. Mereka akan dibenci semua orang karena Nama-Nya. Mereka akan dikejar dan dianiaya karena tugas perutusannya.

Tetapi Tuhan akan tetap menjaga mereka. “Janganlah kalian kawatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kalian katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.” Lagi Tuhan menjamin mereka, “Barangsiapa bertahan sampai kesudahannya, akan selamat.”

Seperti Foley, ia polisi Detroit menyelidiki kasus di Beverly yang bukan wilayahnya. Di tempatnya sendiri dia tidak direstui atasan. Di tempat lain, ia harus berhadapan dengan gembong penjahat sekaligus institusi dimana ia mengabdi. Kita kadang juga mengalami hal yang sama. Kadang kita tidak dipercaya hanya dengan niat baik saja. Kadang ditentang oleh teman sendiri. Serigala ada dimana-mana, juga di institusi dimana kita bekerja. Maka ada istilah “serigala berbulu domba.” Pola cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati harus dipakai. Kita tunjukkan niat baik kita sampai pada kesudahannya, maka kita akan selamat. Tetap berjuang kendati banyak hambatan.

Di tengah syuting ada adegan kejutan.
Sang sutradara memainkan perannya.
Jangan mundur hanya karena kesulitan.
Berjuang terus sampai pada akhirnya.

Cawas, ABA luar biazaaa…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 01.12.19 Minggu Advent I Matius 24:37-44 / Berjaga-jaga

Pada umumnya orang baru memasang CCTV ketika sudah kemalingan. Kadang orang tidak peduli dengan keamanan rumahnya. Baru sadar membuat kunci yang aman kalau ada kejadian pencurian. Warga menggalakkan jaga ronda kampung kalau sudah terjadi pencurian. Pada saat itu pencuri pasti tidak akan datang. Mereka akan beraksi ketika warga terlena. Mereka menunggu waktu yang tepat saat warga tidak berjaga-jaga.

Nasehat Yesus pada Minggu advent pertama ini adalah, “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini, jika tuan rumah tahu pada waktu mana pencuri datang waktu malam, pastilah ia berjaga-jaga, dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”

Nabi Nuh adalah contoh orang yang siap siaga dan berjaga-jaga. Pertama, dia peka mendengarkan perintah Tuhan. Dia disuruh membuat bahtera untuk seluruh anggota keluarga dan semua jenis ternak di bumi. Peka mendengarkan sabda itu penting supaya kita mengetahui, sehati seperasaan dengan Tuhan. Peka berarti mampu memahami kehendak dan rencana Tuhan. Selain menjalani hidup yang normal, berjaga-jaga berarti memberi waktu ekstra kepada Tuhan.

Berjaga-jaga berarti juga taat kepada Tuhan. Nuh mentaati perintahNya kendati bagi banyak orang itu sesuatu yang aneh bahkan di luar akal. Untuk apa membuat bahtera wong tidak ada hujan atau banjir? Berjaga-jaga berarti melihat jauh ke depan yang orang lain tidak sempat memikirkan. Orang yang berjaga-jaga adalah orang yang mempunyai visi.

Masa Advent ini adalah masa untuk berjaga-jaga menanti kedatangan Tuhan. Menanti kedatangan Tuhan yang akan kita kenangkan dalam pesta Natal. Tetapi juga menanti kedatangan Kristus yang kedua pada akhir zaman. Pesan Yesus jelas bagi kita, marilah kita berjaga-jaga agar hidup kita tidak terlena oleh kesenangan dunia yang memabukkan. Berjaga itu tidak pasif sehingga membosankan, tetapi aktif menggairahkan. Sambil berjaga-jaga kita berbuat sesuatu yang berguna bagi kebaikan sesama. “Mumpung masih ada kesempatan buat kita, mengumpulkan bekal perjalanan abadi” kata Ebiet.

Sore pasang tenda
Malamnya hujan pun reda
Advent sudah tiba
Marilah kita berjaga-jaga

Cawas, berjaga-jaga sambil cukur
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam

Hari Minggu, 24 November 2019, umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Dalam kalender Liturgi Gereja, hari minggu ini merupakan minggu terakhir dalam tahun liturgi. Minggu depan, 01 Desember 2019 kita akan memasuki tahun baru liturgi yang akan dibuka dengan Minggu Adven I. Gereja pasti punya maksud tertentu merayakan hari raya ini. Gereja hendak menunjukan keyakinannya bahwa Yesus Sang Allah Putra adalah Raja atas semesta alam. Dialah penguasa jagad raya ini. Karenanya, patutlah orang Kristen berbangga hati; Tuhannya adalah Penguasa segalanya. Dialah yang mengatur segala sesuatu. Keyakinan kita bahwa Yesus adalah Raja lewat Injil hari minggu ini semakin diteguhkan. Kita diajak untuk melihat perspektif lain dimensi Raja Yesus. Injil pada hari minggu inimenampaka figur Yesus yang tersalib sebagai seorang Raja. Gambaran ini tntu sangat berbeda dengan gambaran pemimpin atau raja pada zaman kita ini. Pemimpin atau raja pada zaman kita tidak tergantung di salib. Mereka tidak menderita seperti Kristus, tidak tersentuh bahkan terkontaminasi oleh hujat dan caci maki dari rakyatnya. Raja Kristus adalah Raja yang menderita, Raja yang mau mengorbankan darah-Nya demi menebus rakyat-Nya yang penuh dengan dosa.

itulah kebesaran Raja Kristus. Kebesaran yang ditampakkan dalam kumpulan paradoks. Ia adalah Raja, Penguasa segala sesuatu tapi wafat di kayu salib; Ia bermartabat tetapi direndahkan bahkan dihujat. Inilah kebesaran Raja orang-orang Kristen. Kebesaran yang terselubung, kekuasaan dalam diam serta kemuliaan dalam kerendahan hati.

Menghayati Ekaristi

Umat Kristen merasa solider dengan orang lain. Usahanya ialah meningkatkan dunia pada cita-cita persaudaraan, keadilan dan cinta kasih.Tetapi usaha-usaha itu terhambat oleh kesalahpahaman intern, rintangan-rintangan dari pihak lain, godaan uang, kenikmatan dan lain-lain. Keterbukaan akan kebebasan yang dicanangkan oleh Konsili Vatikan II ingin memberikan kebijaksanaan bertanggung jawab dalam bidang moral. Selain itu pengaruh mentalitas teknik dan ilmiah benar-benar merupakan hambatan bagi pertumbuhan dan perkembangan iman. Dalam menanti kedatangan kembali Penebus kita, hendaknya kita waspada terhadap dua godaan: jangan sampai menyerah secara pasif kepada Tuhan, tetapi sebaliknya juga jangan mencurahkan diri pada aktivisme tak sabar yang terlalu mengandalkan kekuatan sendiri dan mudah putus asa karena kegagalan-kegagalan. Konsili Vatikan II telah pula memperingatkan: orang Kristen harus hadir di dunia dengan usaha-usaha dan perjuangannya. Dengan demikian ia menjadi saksi Kristus yang akan datang dan akan meminta kerja sama yang loyal. Dengan doa dan Ekaristi iang mengangkat nilai-nilai manusiawi dan memberinya nilai-nilai kekal di dalam kerajaan-Nya.

RIbuan tahun diperlukan sebelum keperluan setiap hati manusia diakui dan dipenuhi dalam hukum dan adat. Pengakuan martabat manusia pun masih harus diperjuangkan. Kita teringat akan masa perbudakan, yang baru berkahir seabad yang lalu; akan masa diskriminasi warna kulit; akan masa kolonialisme, dan sebagainya. Kapan ‘kapan pernyataan hak-hak azasi manusia dipraktekan ? Hati manusia menjerit cemas minta pembebasan. Orang yang punya persoalan demikian banyak mengenal penderitaan dan perpecahan, tidak menemukan pemecahan untuk keluar dari lembah kesulitan itu. Maka Kristus datang. Ia menerima orang-orang dalam kerajaan-Nya, kerajaan cinta kasih, terang, damai, dan kebenaran. Dengan rahmat-Nya mereka diberi kuasa untuk meningkatkan diri dan diajak ikut serta berkarya. Umat-Nya itu bertugas menyebarluaskan dan menjelaskan kesatuan kerajaanyang didirikan Kristus itu.

Puncta 27.03.19 Matius 5:17-19 Ganti Romo Ganti Aturan

“ITU kan kebijakan romo yang lama, romo baru punya kebijakan sendiri” keluhan seorang umat yang kaget ketika romo pengganti menghapus kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan rutin. Bahkan ada paroki ditinggal dengan buku kas nol. ada juga yang punya hutang.  Aneh ya?

Kalau romo yang baru tidak suka anjing, maka anjing-anjing peninggalan romo lama dibuang semua. Kalau jadwal-jadwal yang sudah teratur mengganggu hobbynya, maka misa dibuat sesuai dengan waktu luangnya. Yang penting hobby jangan diganggu.

Ini pastoral berdasarkan hobby, bukan berdasarkan data. Sering juga kita mendengar keluan, “ganti pejabat ganti kebijakan”. Para guru sekolah sering mengalami hal itu. Ganti menteri ganti kebijakan.

Kecenderungannya, aturan yang baru akan menghapus aturan lama yang sudah berlangsung. Maka muncullah kekacauan dan kebingungan.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa kedatanganNya tidak untuk meniadakan hukum  atau aturan yang ada. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.

Yesus menunjukkan kreativitas sekaligus kontinuitas pelayanan. Apa yang lama dilanjutkan sekaligus disempurnakan, tidak dihilangkan. Hukum kasih yang dibawa Yesus bukan menghilangkan hukum Taurat tetapi menyempurnakannya. Apa yang kurang dalam Taurat digenapi dengan hukum Kasih itu.

Bahwa Yesus sering mengecam dan berbeda pandangan dengan ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi karena penafsiran yang berbeda terhadap hukum. Hukum Taurat itu baik, tetapi perilaku mereka yang tidak sesuai dengan Taurat itulah yang dikritik Yesus. Yesus ingin mengembalikan roh hukum Taurat yakni kasih.

Kasih itu mengatasi kewajiban-kewajiban melakukan aturan hukum. Yesus datang membawa kasih dan damai sejahtera.

Ke Zelandia Baru membeli burung kiwi

Ke Papua menikmati Cendrawasih

Janganlah kita mementingkan diri sendiri

Lebih baik melayani dengan kasih

 

Berkah Dalem,

Rm. A. Joko Purwanto Pr