Puncta 02.04.22 || Sabtu Prapaskah IV || Yohanes 7: 40-53
Nicodemus, Minoritas yang Bersuara.
BEBERAPA waktu lalu orang ribut-ribut menanggapi viralnya mbak Rara sang pawang hujang di Mandalika.
Ada pemimpin agama yang menuduh ritual seperti itu berlawanan dengan ajaran agama.
Mereka menganggap tindakan itu sebagai musrik, menyembah setan, percaya dukun klenik, paranormal, menyimpang ajaran agama dan lain-lain.
Lalu ada lagi peristiwa yang menimpa dr. Terawan Agus Putranto. Ada perseteruan antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan mantan menteri kesehatan itu karena praktek kedokterannya dinilai tidak mengikuti prosedur yang diterapkan IDI.
Terawan dianggap menyimpang dari etika kedokteran. Metode yang dipakai Terawan tidak lazim dipraktekkan di sini.
Orang-orang yang membawa nilai atau cara hidup baru biasanya akan mendapat sorotan dari masyarakat. Ada yang pro, tetapi ada pula yang kontra.
Perbedaan itu adalah keniscayaan. Berbeda pendapat itu normal-normal saja.
Tetapi hendaknya kita harus saling menghormati. Tidak boleh kita memaksakan ajaran agama kita kepada orang lain.
Tidak mungkin kita menyalahkan agama orang lain dengan kacamata agama kita. Masing-masing punya cara dan ritualnya sendiri.
Kita sering terjebak pada kesombongan rohani, menganggap ajaran agama kita yang paling benar, lalu mudah menyalahkan dan menghakimi orang lain.
Agama tidak membawa damai, malah menimbulkan permusuhan. Atas nama ,agama orang menindas sesamanya.
Kehadiran Yesus di tengah masyarakat Yahudi juga membawa nilai baru. Ada yang menerima, tetapi tidak sedikit yang menolak dan menentang-Nya.
Mereka yang menerima berkata, “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang percaya kepada-Nya bersaksi, “Ia ini Mesias.”
Namun para Parisi dan imam-imam kepala tidak mempercayai-Nya. Mereka berpegang pada kitab sucinya bahwa tidak ada nabi datang dari Galilea. Mesias datang dari keturunan Daud.
Justru kaum agamislah yang menuduh Yesus merusak hukum Taurat, menentang hukum sabat dan tentu saja melawan hegemoni mereka.
Ada banyak orang yang percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias, Utusan Allah. Kaum kecil, tersingkir, para pendosa, pemungut cukai.
Ada juga para penjaga (prajurit) dan ahli kitab seperti Nicodemus. Mereka membela Yesus.
Pewarta kebenaran sering dilawan oleh mereka yang punya kuasa, pemegang statusquo.
Beranikah kita membela kebenaran seperti Nicodemus?
Kendati dilawan oleh mayoritas kelompok imam-imam kepala, tetapi Nicodemus berani bersuara. Dia adalah pelita yang mencerahkan.
Hari Minggu hari ibadat,
Jangan lupa pergi ke gereja.
Kebenaran banyak disumbat,
Ia sendiri yang temukan jalannya.
Cawas, mari saling menghormati…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 01.04.22 || Jumat Prapaskah IV || Yohanes 7:1-2. 10. 25-30
Semar Membangun Kahyangan
SEMAR adalah hamba yang mengabdi kepada para Pandawa. Semar sejatinya adalah seorang dewa, bernama Batara Ismaya.
Saudaranya bernama Manikmaya atau Batara Guru yang menguasai Kahyangan.
Semar diutus oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia menjadi rakyat jelata.
Semar menjadi punakawan atau abdi bagi para ksatria yang menegakkan kebenaran dan kasih sayang.
Walaupun wajahnya jelek namun hatinya luhur dan mulia. Ia menjadi pembimbing, penasehat, penghibur dan bertugas menuntun para ksatria menapaki jalan kebaikan.
Dalam Lakon “Semar Mbangun Kahyangan,” niat baik Semar disalahartikan oleh para ksatria dan raja.
Mereka hanya melihat sisi luar atau lahiriah saja. Semar dianggap mau menyamai para dewa.
Raja Baladewa dan Kresna marah. Mereka tahu Semar hanya seorang hamba, abdi yang rendah dan hina, tetapi berniat membangun Kahyangan, istana para dewa.
Mereka ingin menangkap dan membunuh Semar, karena dianggap menantang dewa.
Padahal maksud Semar sebenarnya adalah ingin membangun akhlak dan moral para ksatria agar menjadi perlindungan aman bagi seluruh rakyat.
Kahyangan yang dimaksud Semar adalah akhlak dan moral hidup yang baik.
Kahyangan bukan tempat, tetapi cara hidup yang baik untuk menuntun umat manusia menuju kesejahteraan lahir batin.
Disinilah kesalahpahaman terjadi.
Pemimpin Yahudi memusuhi Yesus karena mereka tidak mengakui bahwa Yesus berasal dari Allah.
Sedangkan rakyat jelata percaya bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan.
Para pemimpin tidak suka karena tindakan-tindakan Yesus; menghapus hukum Sabat, merombak Bait Suci dan mau membangun-Nya dalam tiga hari, menyebut Diri-Nya sebagai Anak Allah.
Orang-orang itu hanya melihat penampilan Yesus secara lahiriah saja. Asal-usul-Nya mereka tahu. Keluarga dan sanak saudara-Nya mereka kenal.
Menurut paham mereka, Kristus atau Mesias berasal dari antah berantah yang tidak diketahui. Tokoh ilahi yang akan merubah segalanya dalam waktu yang singkat
Yesus membela Diri-Nya dengan berkata, “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar, yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”
Bagi kaum yang sudah dicekoki dan dimasuki dengan paham tertentu akan sulit untuk melihat kebenaran yang lebih luas.
Seperti kuda yang dipasangi kacamata, dia tidak bisa melihat hal-hal lain kecuali apa yang sudah ditanamkan dalam otaknya.
Mereka tidak mampu menangkap kata-kata Yesus. Mereka menolak dan tidak percaya. Mereka memusuhi dan mau membunuh-Nya. Mereka mencari waktu yang tepat untuk menangkap-Nya.
Untuk menangkap suatu kebenaran dibutuhkan hati yang terbuka seluas samudera. Kebenaran mutlak hanya milik Tuhan. Selama kita hidup di dunia ada banyak kebenaran.
Kita diundang untuk mengkaji, mempelajari dan menimbang-nimbang. Yesus datang membawa kebenaran.
Silahkan menimbang, merenungkan dan merasakan, baru kemudian anda menilainya.
Belum mencicipi kok langsung mengadili. Coba anda mencicipi dulu. Baru tahu rasa yang sesungguhnya.
Naik kuda jatuh di rerumputan,
Kudanya lari masuk ke tengah hutan.
Yesus datang membawa kebenaran,
Sambutlah Dia pasti tidak mengecewakan.
Cawas, kasih yang membahagiakan….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 31.03.22 ~ Kamis Prapaskah IV ~ Yohanes 5: 31-47
Men of Honor
FILM bergenre drama ini berkisah dari pengalaman nyata. Anggota Marinir dari AL Amerika bernama Carl Brashear adalah seorang negro.
Ia sering mengalami diskriminasi karena warna kulit. Carl sering dibully dan dihina secara rasial. Dia hanya mendapat tugas yang rendah seperti koki atau juru parkir di kapal.
Namun Carl tetap gigih ingin menjadi penyelam. Dalam suatu ujian, nyawanya hampir hilang ketika dengan sengaja ada sabotase peralatan selamnya dirusak.
Ia seharusnya mendapat penghargaan karena menyelamatkan temannya. Namun karena kulitnya hitam, penghargaan justru diberikan pada temannya yang lari menyelamatkan diri sendiri.
Ia kehilangan satu kakinya karena bertugas mencari bom atom. Salah satu kakinya harus diamputasi.
Ia hampir putus asa karena harus pensiun dini. Ia punya niat akan terus mengabdi sampai akhir. Ia terinspirasi oleh salah satu penerbang militer AS yang cacat kakinya.
Tantangan dan hambatan datang dari berbagai pihak, terutama pimpinan yang diskriminatif dan rasis.
Keputusan harus dibuat dalam sidang militer AL. Dalam persidangan, Carl harus bisa memakai baju selam yang beratnya 290 pon atau 131 kg lebih. Dia juga harus mampu berjalan 12 langkah dengan baju itu.
Dengan kaki palsunya dia harus bisa membuktikan kemampuannya. Leslie menjadi saksi bahwa Carl tetap mampu bertugas di kesatuan AL kendati cacat kakinya.
Orang Yahudi berusaha menyingkirkan Yesus, namun mereka bingung karena orang banyak percaya bahwa Dia itu nabi.
Mereka makin benci karena Yesus menyebut Diri-Nya Putra Allah. Orang-orang meminta tanda atau bukti atau kesaksian.
Sebenarnya Yohanes sudah memberi kesaksian bahwa Dialah Anak Domba yang diutus Allah. Namun mereka tidak percaya.
Kedegilan hati membuat mereka menutup diri. Mereka tidak percaya pada kesaksian Yohanes.
Mereka mencari jawaban di Kitab Suci. Musa sudah menuliskan tentang Mesias, tetapi mereka tidak mempercayainya. Lalu kesaksian apa lagi?
Yesus menegaskan bukan kesaksian Yohanes atau Musa, tetapi pekerjaan-Nya sendiri adalah bukti nyata bahwa Dia benar Utusan Allah.
“Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu jualah yang sekarang Kukerjakan, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”
Karena angkuh, merasa paling dominan dan berkuasa, para pimpinan militer Amerika meragukan seorang kulit hitam mampu menjadi penyelam AL.
Mereka tidak percaya pada kesaksian Leslie Sunday.
Mereka baru terbuka matanya ketika Carl Brashear dengan kaki palsu bisa melakukan pekerjaan besar melangkah dengan baju selam yang berat.
Orang-orang Yahudi itu juga merasa paling benar dan sok kuasa sehingga meremehkan pekerjaan-pekerjaan Yesus.
Mereka tetap sombong membusungkan dada dan menggertakkan gigi tanda kebencian pada Yesus. Sulit bagi orang yang tertutup hati untuk percaya.
Apakah kita juga menutup diri dan tidak mau percaya?
Beli sabun penghalus pori kulit,
Biar putih seperti Nikita Mirzani.
Percaya pada yang ilahi itu sulit,
Kalau tidak percaya yang insani.
Cawas, berani membuka hati…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 30.03.22 ~ Rabu Prapaskah IV ~ Yohanes 5: 17-30
Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya.
BANYAK bakat dan kemampuan anak diwariskan dari orangtuanya. Anak-anak mengikuti karakter dan talenta orangtuanya.
Misalnya, Timothy Weah mewarisi bakat bapaknya, George Weah sebagai pemain sepak bola handal di Paris Saint Germain.
Ada bayak pemain sepak bola yang mengikuti jejak ayahnya, seperti; Kasper Schmeichel, Inzo Zidane, Daniel Maldini.
Begitu juga di dunia hiburan, ada banyak artis yang mengikuti jejak orangtuanya, seperti Marcella Zalianty, Gading Marten, Naysilla Mirdad dan masih banyak lagi.
Di dunia politik ada sangat banyak nama-nama yang mengikuti jejak karier orangtuanya.
Kehidupan anak tidak akan jauh dari kehidupan orangtuanya. Ada pepatah “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”
Kedekatan relasi antara anak dan orangtua menjadi salah satu faktor mengapa anak mengikuti jejak orangtuanya.
Selain kedekatan relasi, hal yang menentukan juga “pasion,” tekad dan kemampuan dalam diri anak.
Contoh yang gampang kita lihat misalnya dalam Film “Mulan.”
Mulan adalah seorang gadis cantik anak seorang panglima perang. Dia sangat dekat dengan ayahnya.
Ketika ayahnya sudah tidak mampu lagi bertugas, Mulan berniat menjaga nama baik keluarga dengan meneruskan perjuangan ayahnya.
Passion (gairah hidup) mengarahkan Mulan mengembangkan diri menjadi penglima perang kerajaan seperti ayahnya.
Dengan kemampuan dan kegigihannya, ia mengubah dirinya menjadi “laki-laki” yang tangguh di medan perang.
Yesus menjelaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa karya-Nya itu berasal dari Bapa-Nya.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari Diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”
Sebagai Anak, Yesus mengikuti dan melakukan kehendak Bapa-Nya. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
Karena Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah yang disebut Bapa-Nya itulah yang membuat orang-orang Yahudi marah. Yesus menyebut Allah adalah Bapa-Nya.
Dia dituduh menghujat Allah. Orang-orang Yahudi sangat membenci dan berusaha untuk membunuh Dia.
Kita ini melihat pawang hujan melakukan kebaikan demi kelancaran dan kesuksesan suatu kegiatan besar saja sudah mencak-mencak menghujat, apalagi orang-orang Yahudi itu melihat Yesus membangkitkan orang mati dan menyebut Diri-nya sebagai Anak Allah.
Orang hanya melihat ritual yang nampak, peristiwa lahiriahnya saja. Tetapi tidak mampu melihat inti terdalam motif perutusaanya.
Mereka itu menebarkan kebaikan, keselamatan, kegembiraan dan manfaat kehidupan bagi banyak orang.
Yesus datang ke dunia bukan untuk Diri-Nya sendiri. Ia diutus oleh Allah. Kalau kita menerima Dia berarti kita menerima Allah. Kalau kita percaya kepada-Nya, kita juga percaya kepada Yang Mengutus-Nya.
Buah jambu muda berwarna merah,
Jatuh tertiup angin di depan rumah.
Orang yang diutus Allah membawa amanah,
Buah karyanya juga akan menghasilkan berkah.
Cawas, membuka hati untuk percaya….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 29.03.22 ~ Selasa Prapaskah IV ~ Yohanes 5: 1-16
Putus Asa yang Melumpuhkan.
SUATU waktu orang pasti menghadapi suatu masalah dalam hidup. Ada masalah yang berat, ada masalah yang ringan.
Masalah berat dan berkepanjangan sering membuat keputusasaan. Putus asa yang berlarut-larut akan menjadi gangguan mental yang berat.
Bahkan ada orang yang ingin bunuh diri karena putus asa yang tak kunjung henti.
Putus asa adalah sebuah penyakit emosional yang ditandai dengan tidak adanya harapan, optimisme, dan gairah.
Dalam kondisi seperti ini orang tidak punya harapan hidup. Mereka mudah menyerah dan tidak yakin bisa merubah keadaan menjadi lebih baik. Masa depan terasa suram dan gelap. Madesu….
Misalnya, ketika orang merasa putus asa dan berpikir tidak punya masa depan, ia enggan untuk melakukan apapun agar bisa keluar dari kondisinya tersebut dan percaya bahwa tidak ada orang lain yang bisa membantunya.
Ia mudah menyalahkan orang atau situasi di sekitarnya.
Ada beberapa gejala yang menunjukkan orang sedang mengalami putus asa misalnya; merasa tidak berharga, kurangnya motivasi, merasa kurang dicintai dan diperhatikan, kepercayaan diri yang rendah, kurangnya minat dan kepedulian, malas beraktivitas atau merasa kelelahan.
Dalam Injil hari ini, kita melihat gejala-gejala itu ada dalam diri orang yang sakit lumpuh di Kolam Betesda.
Ia sudah sakit selama tigapuluh delapan tahun. Ia sudah putus asa.
Hal itu nampak dalam kata-katanya, “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”
Yesus menawarkan sebuah harapan dengan berkata, “Maukah engkau sembuh?”
Yesus tidak ingin orang itu hanya mengeluh dan menyalahkan keadaan. Ia ingin orang lumpuh itu berusaha dan bangkit.
Ia berkata, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”
Orang tidak boleh diperbudak oleh rasa putus asa. Orang harus mau berusaha dan bangkit dari keterpurukan.
Jika ia mau pasti ada jalan. Tuhan selalu memberi tawaran yang baik. Ketika tawaran itu disambut, maka sembuhlah orang itu.
Masalah tidak selesai. Karena peristiwa itu terjadi pada hari Sabat.
Orang-orang Yahudi menyalahkan si lumpuh karena mengangkat tilam pada hari Sabat.
Sekali lagi si lumpuh itu berusaha menyalahkan orang lain, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dialah yang menyuruh aku mengangkat tilam.”
Gejala ketidak-pedulian nampak ketika dia ditanya siapa yang menyuruh mengangkat tilam. Orang lumpuh yang sudah sembuh itu berkata tidak tahu.
Kalau di Sukorejo, orang bilang, “Mberuh.” Orang Tayap bilang, “Pusam.” Orang Jawa bilang, “Embuh.”
Jawaban seperti itu langsung menutup dialog. Tak mau tahu.
Ketika si lumpuh tahu bahwa Yesuslah yang menyembuhkan, ia malah menceritakan kepada orang-orang Yahudi. Tambah marahlah mereka kepada Yesus karena melakukan penyembuhan pada hari Sabat.
Yesus membawa harapan baru, masa depan yang cerah. Ia berpesan, “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”
Pesan itu juga relevan bagi kita yang sering putus asa. Maukah kita bangkit dari keputusasaan?
Pergi piknik ke Surabaya,
Melewati jalur Pacitan.
Jangan mudah putus asa,
Pada Tuhan selalu ada jalan.
Cawas, jangan mudah putus asa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
The playlist identified with the request's playlistId
parameter cannot be found.