Nicodemus, Minoritas yang Bersuara.
BEBERAPA waktu lalu orang ribut-ribut menanggapi viralnya mbak Rara sang pawang hujang di Mandalika.
Ada pemimpin agama yang menuduh ritual seperti itu berlawanan dengan ajaran agama.
Mereka menganggap tindakan itu sebagai musrik, menyembah setan, percaya dukun klenik, paranormal, menyimpang ajaran agama dan lain-lain.
Lalu ada lagi peristiwa yang menimpa dr. Terawan Agus Putranto. Ada perseteruan antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dengan mantan menteri kesehatan itu karena praktek kedokterannya dinilai tidak mengikuti prosedur yang diterapkan IDI.
Terawan dianggap menyimpang dari etika kedokteran. Metode yang dipakai Terawan tidak lazim dipraktekkan di sini.
Orang-orang yang membawa nilai atau cara hidup baru biasanya akan mendapat sorotan dari masyarakat. Ada yang pro, tetapi ada pula yang kontra.
Perbedaan itu adalah keniscayaan. Berbeda pendapat itu normal-normal saja.
Tetapi hendaknya kita harus saling menghormati. Tidak boleh kita memaksakan ajaran agama kita kepada orang lain.
Tidak mungkin kita menyalahkan agama orang lain dengan kacamata agama kita. Masing-masing punya cara dan ritualnya sendiri.
Kita sering terjebak pada kesombongan rohani, menganggap ajaran agama kita yang paling benar, lalu mudah menyalahkan dan menghakimi orang lain.
Agama tidak membawa damai, malah menimbulkan permusuhan. Atas nama ,agama orang menindas sesamanya.
Kehadiran Yesus di tengah masyarakat Yahudi juga membawa nilai baru. Ada yang menerima, tetapi tidak sedikit yang menolak dan menentang-Nya.
Mereka yang menerima berkata, “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang percaya kepada-Nya bersaksi, “Ia ini Mesias.”
Namun para Parisi dan imam-imam kepala tidak mempercayai-Nya. Mereka berpegang pada kitab sucinya bahwa tidak ada nabi datang dari Galilea. Mesias datang dari keturunan Daud.
Justru kaum agamislah yang menuduh Yesus merusak hukum Taurat, menentang hukum sabat dan tentu saja melawan hegemoni mereka.
Ada banyak orang yang percaya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias, Utusan Allah. Kaum kecil, tersingkir, para pendosa, pemungut cukai.
Ada juga para penjaga (prajurit) dan ahli kitab seperti Nicodemus. Mereka membela Yesus.
Pewarta kebenaran sering dilawan oleh mereka yang punya kuasa, pemegang statusquo.
Beranikah kita membela kebenaran seperti Nicodemus?
Kendati dilawan oleh mayoritas kelompok imam-imam kepala, tetapi Nicodemus berani bersuara. Dia adalah pelita yang mencerahkan.
Hari Minggu hari ibadat,
Jangan lupa pergi ke gereja.
Kebenaran banyak disumbat,
Ia sendiri yang temukan jalannya.
Cawas, mari saling menghormati…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr