Puncta 27.04.22 || Rabu Paskah II ~ Yohanes 3: 16-21
Batman; Manusia Kegelapan
MENONTON Film Batman tidak ada bosannya. Kisah manusia superhero ini penuh ketegangan dan balas dendam.
Ada banyak nilai yang dapat dipetik dari manusia kelelawar berjubah hitam ini.
Sifat dan karakter kelelawar dapat dilihat dari cara hidupnya yang terbalik dengan makhluk normal.
Kelelawar beraktivitas di malam gelap. Ia bekerja dan mencari makan pada saat yang lain sedang tidur.
Ia tidur dalam posisi terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas. Bahkan melahirkan bayinya pun dalam posisi terbalik.
Kelelawar adalah binatang nokturnal artinya makhluk yang hidupnya di malam hari. Ia tidur sepanjang siang yang terang benderang.
Ia menghindari cahaya yang menyilaukan. Makanya dia tinggal di dalam gua gelap, atau tempat-tempat terpencil yang sulit dijangkau.
Dalam Film Batman, manusia kelelawar, juga digambarkan superhero ini membasmi kejahatan dalam kegelapan. Ia bekerja dalam senyap untuk melakukan balas dendam.
Batman punya masa lalu yang kelam dan dendam membara karena kematian orangtuanya. Dendam itulah dunia gelap yang dihidupi Batman.
Batman adalah yatim piatu yang kaya raya namun kesepian. Luka batin yang dialami seperti jeruji penjara yang menjeratnya.
Ia terkungkung dalam kegelapan selama belum bisa membalaskan dendamnya. Ia seperti terhukum oleh perasaan dendam dan luka batinnya sendiri.
Pada endingnya dia sadar bahwa balas dendam tidak akan mengubah masa lalu. Dunia gelap harus ditinggalkan untuk menatap masa depan.
Ketika ia menemukan kasih yang selama ini hilang, Bruce Wayne hidup dalam damai dan ketenangan.
Yesus menegaskan bahwa Allah mengasihi manusia sampai Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Orang yang tidak percaya seperti hidup dalam hukuman. Seperti Bruce Wayne, walaupun dia jadi “pahlawan superhero” hidup dalam kemewahan namun hati dan jiwanya ada dalam kegelapan.
Ia terkungkung oleh gelapnya dendam dan luka batin yang dalam.
Kehidupan Batman dapat menjadi contoh akan sabda Yesus; “Terang telah datang ke dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab, siapa saja yang berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak.”
Ketika jubah hitam kelelawar dilepaskan dan si Bruce Wayne menjadi manusia yang penuh kasih, pengampunan dan penerimaan diri, ia hidup dalam terang.
“Siapa saja melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Pertanyaan reflektif: Apakah kita lebih memilih perbuatan-perbuatan terang atau malah perbuatan kegelapan?
Sadarkah anda telah ditebus oleh darah Putera-Nya yang tunggal. Mari hidup dalam terang Tuhan.
Memancing dapat ikan patin,
Digoreng garing di atas wajan.
Apa guna nyimpan luka batin,
Lebih baik berilah pengampunan.
Cawas, jadilah anak-anak terang…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 26.04.22 || Selasa Paskah II • Yohanes 3: 7-15
Lahir Kembali
DALAM beberapa agama diajarkan tentang lahir kembali atau reinkarnasi. Misalnya dalam agama Hindu ada paham reinkarnasi.
Ada kepercayaan bahwa orang akan mati dan dilahirkan kembali dalam kehidupan lain. Yang dilahirkan kembali itu bukan wujud fisik seperti kehidupan sebelumnya, tetapi jiwa orang tersebut yang mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil perbuatan sebelumnya.
Kisah reinkarnasi atau dalam Bahasa Jawa “Nitis” dapat dijumpai dalam lakon pewayangan ”Rama Nitis.”
Prabu Ramawijaya setelah mengalahkan raja angkara murka Dasamuka kemudian bertapa menjadi Begawan.
Ia mati dan nitis kembali dalam diri Prabu Kresna. Sedangkan Laksmana juga mati dan nitis kembali dalam diri Arjuna.
Berbeda dalam ajaran Hindu, kelahiran kembali juga diajarkan oleh Yesus. Namun kelahiran kembali yang dimaksudkan adalah kelahiran dalam roh.
Lahir dalam roh berarti memulai hidup baru dalam semangat atau spirit yang baru karena Roh Kudus.
Kelahiran kembali dalam roh dapat kita alami selagi kita masih hidup. Tidak menunggu saat kematian.
Dalam pembaptisan kita dilahirkan kembali dalam air dan Roh Kudus. Dengan pembaptisan itu kita diangkat atau lahir kembali sebagai anak-anak Allah.
Lahir kembali berarti punya semangat baru dalam roh kebaikan.
Yesus menjelaskan kelahiran kembali itu dalam pembicaraan dengan Nikodemus.
“Janganlah engkau heran karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang dan kemana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari roh.”
Dalam Kitab Suci kelahiran kembali sering disebut dengan Lahir dari Roh, Lahir dari atas, pertobatan, pembaharuan budi, permandian, hidup dalam Kristus.
Kelahiran kembali adalah karunia Allah, sedangkan pertobatan atau pembaharuan hidup adalah tindakan manusia yang diterangi oleh roh.
Kelahiran kembali ditandai dengan semangat baru dalam roh. Orang yang lahir kembali nampak dalam semangat dan tindakan yang lebih baik; lebih mengasihi, lebih rela berkorban, lebih rendah hati, lebih menyerupai Kristus.
Orang yang lahir kembali memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah.
Bagi kita yang sudah dibaptis, kita telah dilahirkan kembali dari air dan Roh. Semestinya kita hidup dikuasai oleh Roh Allah dan semakin memiliki kedekatan dengan Allah.
Hidup kita dibimbing oleh Allah, karena kita adalah anak-anak Allah.
Pertanyaan Reflektif: apakah anda menyadari bahwa dengan baptis, anda telah dilahirkan kembali?
Dengan begitu, kita membawa hidup baru sebagai anak-anak Allah. Apakah kita sudah mewujudkan diri sebagai anak-anak seperti yang dikehendaki Allah?
Bulan merah muncul di perbatasan,
Warnanya menyala menyeramkan.
Kita dilahirkan dalam pembaptisan,
Menjadi anak Allah yang diselamatkan.
Cawas, hidup baru sebagai anak Allah.
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 25.04.22 || Senin Paskah II • Markus 16: 15-20
Pergilah Ke Seluruh Dunia.
KISAH perjalanan misi di luar Jawa sungguh menarik. Ada beberapa imam diosesan ditugaskan bermisi ke luar Keuskupan Agung Semarang.
Ada yang di Ketapang, Banjarmasin, Tanjung Karang, Medan, Sorong Manokwari dan di tempat lain.
Perjalanan berpuluh-puluh kilometer menembus medan yang sulit adalah makanan setiap hari.
Jalan berlumpur dan berdebu adalah bagian salah satu menu yang disajikan.
Naik turun bukit, menembus hutan, menyusuri sungai dengan riam-riam berbahaya adalah musik merdu pengiring perjalanan.
Teman-teman saya seperti Romo Budi “Wihong” di Mandam, Banjarmasin, Romo Budi “Buset” di Ketapang atau Romo Agus “Gondel” di Medan selalu punya cerita-cerita segar dan penuh warna dalam pelayanan misi di luar Jawa.
Pengalamannya sendiri pasti lebih seru daripada apa yang dikisahkan.
Ada kisah “Ayam bertelur di meja altar.” Lalu kemarin Paskah, ada pengalaman “Ayam persembahan di dalam jaket.” “Debok pisang jadi kandelar.”
Dan ada banyak kisah-kisah menarik yang bisa dibuat menjadi buku perjalanan misi, baik oleh mereka yang masih berkarya atau pun mereka yang telah “balik kandang.”
Ada banyak kisah perjumpaan dengan umat yang sederhana tetapi hatinya begitu murah. Kebaikan umat dapat dijumpai dan dirasakan ada dimana-mana.
Kisah-kisah Paskah adalah kisah sukacita perutusan. Kisah-kisah sederhana tetapi menjadi luar biasa. Kisah hidup sehari-hari tetapi dilihat dari perspektif ilahi. Itulah yang membawa sukacita.
Seperti dalam Injil, Markus berkisah tentang perutusan. Yesus yang bangkit mengutus mereka untuk menyebarkan kabar sukacita.
“Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Injil adalah kabar sukacita. Mengabarkan Injil berarti membawa sukacita kepada siapapun. Kedatangan pewarta Injil mesti membawa kegembiraan dan semangat hidup bagi si penerima.
Wajah sukacita yang mampu menghadirkan harapan bagi umat itulah yang harus ditampilkan. Bukan pewarta yang justru menambah beban dan masalah bagi umat. Pewarta yang hanya muram dan cemberut.
Pewarta yang penuh sukacita akan memberi warna bagi kehidupan umat. Sedangkan mereka yang hanya mewartakan diri sendiri justru akan menghancurkan.
Tanda-tanda sukacita itu bisa dilihat bagaimana umat menanggapi kehadiran sang pewarta.
Ada umat yang membuat lelucon. Kalau umat sering menyanyikan lagu “Gembala pergilah cepat-cepat…” Itu tandanya kehadiran sang pewarta sudah tak diinginkan.
Tetapi kalau umat sering menyanyikan lagu “Tinggal Padaku….atau Betapa Kita Tidak Bersyukur…” tandanya umat merasa happy dilayani.
Pertanyaan reflektif: Apakah kehadiran kita sebagai pewarta memberi sukacita dan kegembiraan bagi umat? ataukah kita justru menambahi mereka dengan beban dan persoalan hidup?
Berlibur menikmati Pantai Pangandaran,
Pasir putih angin berhembus menyejukkan.
Datanglah mewartakan dengan senyuman,
Jangan datang membawa muka menakutkan.
Cawas, wartakan dengan senyuman…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 24.04.22 || Minggu Paska II • Yohanes 20: 19-31
Jangan Tidak Percaya.
ADIPATI Karna dibujuk oleh Kresna supaya kembali ke Pandawa. Bahkan Kunti sendiri sebagai ibunya memohon supaya dia kembali ke pangkuan Para Pandawa.
Kresna memberitahu bahwa Karna adalah darah daging para Pandawa. Ia dilahirkan dari satu ibu dengan adik-adiknya Pandawa,
Namun demikian, Karna tetap keukeh dengan pendiriannya, bahwa ia akan tetap berpihak kepada para Kurawa. Dia tidak akan berpaling dan bersedia mati demi Kurawa. Keteguhan pendiriannya ibarat “wesi gligen” besi baja yang tidak bisa dibengkokkan. Kendati dibujuk rayu seperti apa, ia tidak mau percaya.
Begitu juga dengan Tomas, dia tidak mau percaya walau sudah diberitahukan oleh-teman-temannya bahwa Yesus hidup.
Ia telah menampakkan diri kepada murid-murid lain. Tetapi Tomas keukeh tidak mau percaya kalau tidak membuktikan sendiri. Tidak mudah memang memahami kebangkitan.
Kendati Yesus beberapa kali menampakkan diri kepada para murid. Namun mereka belum juga memahami apa artinya kebangkitan.
Mereka sulit memahami apa artinya hidup setelah mati. Yesus membimbing mereka tahap demi tahap.
Masih ada hambatan-hambatan yang merintangi pikiran mereka sehingga mereka belum sampai mempercayai kebangkitan.
Makam kosong tidak otomatis menyimpulkan pada kebangkitan. Mereka berpikir jenasah-Nya dicuri orang.
Warta malaikatlah yang menjadi penjelasan bahwa makam kosong itu sebuah tanda bahwa Yesus hidup.
Namun hal ini pun tidak serta merta mudah dipahami. Para murid butuh proses yang panjang.
Sebagaimana yang dialami oleh Tomas, itu juga pengalaman kita semua. Banyak dari antara kita yang membutuhkan bukti agar kita percaya.
Kendati teman-teman Tomas sudah mengalami penampakan, namun Tomas masih belum bisa percaya kalau tidak mengalaminya sendiri.
Ia tidak percaya pada cerita-cerita teman-temannya. Ia membutuhkan bukti nyata, pengalaman kongkrit.
Positifnya, Tomas adalah pribadi yang konsisten pada pendiriannya. Ia tidak “ela-elu” pada cerita-cerita atau pendapat orang.
Ia tegar dengan pendiriannya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Sering kita menilai Tomas sebagai orang yang kurang percaya. Tetapi sebetulnya dia adalah pribadi yang tegar, kuat pendirian dan tidak suka “membebek” pada cerita-cerita orang. Ia punya prinsip sendiri.
Tomas menempuh jalannya sendiri. Yesus menanggapi pendirian Tomas ini dengan menunjukkan sendiri apa yang dimintanya.
Yesus datang khusus kepada Tomas. “Taruhlah jarimu disini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Dengan itu Tomas merumuskan imannya, “Ya Tuhanku dan Allahku.”
Setelah ia berjumpa dengan Yesus, barulah Tomas percaya.
Pertanyaan reflektif; Apakah kita sering menuntut tanda bukti agar kita percaya pada penyelenggaraan Tuhan?
Apakah kita sering menantang Tuhan untuk menunjukkan bukti kemahakuasaan-Nya?
Berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya.
Berjalan menuju padang-padang savana,
Mendaki Puncak Mongkrang yang mempesona.
Jika kita percaya seutuhnya kepada-Nya,
Kita tidak akan memaksakan kehendak kita.
Cawas, jangan tidak percaya
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
Puncta 23.04.22 || Sabtu Oktaf Paskah || Markus 16: 9-15
Tidak Dipercaya.
SIAPA tidak mengenal Jack Ma? Pada mulanya dia bukan siapa-siapa. Pemuda pengangguran yang tidak dianggap.
Sering dia mengalami ditolak, direndahkan, tidak diperhitungkan, tidak dipercaya.
Ia tiga kali ditolak masuk ke perguruan tinggi. Setelah lulus dia melamar pekerjaan, namun selalu ditolak.
Bahkan sampai 30 kali tidak diterima. Dia hampir putus asa. Dia pernah melamar di KFC. Dari 24 pelamar, hanya dia yang tidak diterima.
Harga dirinya ngedrop karena selalu gagal. Ia merasa tak berharga dan tidak dipercaya.
Namun ia tidak berhenti. Bersama temannya ia mencoba membangun e-commerce bernama Ali Baba. Teman-temannya menganggap usahanya ini suatu kebodohan.
Dia disepelekan. Namun lambat laun dengan kegigihannya, Jack Ma mulai diperhitungkan. Kini dia termasuk orang terkaya di Cina.
Siapa yang tidak suka dengan film-film Harry Potter? J.K Rowling adalah penulis novel Harry Potter.
Perempuan berdarah Skotlandia ini pernah ditolak delapan kali oleh penerbit. Ia diremehkan karena tidak punya pengalaman.
Namun dia terus berjuang agar karyanya diterima dan dapat diterbitkan.
Ia pernah disepelekan dan tidak dipercaya. Namun kini novelnya menembus 450 juta kopi dan diterjemahkan dalam delapan bahasa.
Bahkan film-film Harry Potter menembus rekor penonton terbanyak dan pendapatan tertinggi.
Pengalaman tidak dipercaya, diremehkan dan tidak dianggap juga dialami oleh Maria Magdalena.
Yesus mula-mula menampakkan diri kepadanya. Ia lalu memberitahukan kepada murid-murid Yesus yang sedang berkabung dan menangis. Namun mereka tidak percaya.
Dua orang murid yang pulang ke Emaus juga dijumpai Yesus di tengah jalan. Mereka itu juga menceritakan pengalamannya kepada kesebelas murid. Lagi-lagi mereka tidak percaya.
Perempuan tidak dianggap, tidak punya kedudukan dalam strata sosial Yahudi. Apalagi dengan latar belakang Maria Magdalena yang begitu kelam. Ia pernah dikuasai tujuh setan. Kualitas beritanya dipertanyakan.
Dua murid yang pulang ke Emaus ini nampaknya bukan kelompok inti. Mereka tidak punya otoritas atau wewenang menyatakan sesuatu. Makanya mereka tidak dipercaya.
Yesus lalu menampakkan diri kepada kesebelas murid. Ia mencela ketidak percayaan dan kedegilan hati mereka.
Jangan meremehkan dan merendahkan orang lain. Perempuan, kaum kecil dan lemah justru dipakai oleh Allah untuk menyatakan kehendak-Nya.
Kesombongan membuat orang tidak mudah percaya.
Yesus sendiri kemudian memberi perintah kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Untuk menjadi pewarta, pertama-tama kita harus percaya. Percaya akan apa yang kita wartakan. Isi yang diwartakan itu harus meyakinkan.
Yang kedua, kita harus dapat dipercaya. Agar dapat dipercaya kita mesti punya pengalaman autentik dengan Tuhan yang bangkit.
Pertanyaan reflektifnya: Apakah anda sungguh percaya pada Yesus yang bangkit?
Apakah anda punya pengalaman pribadi yang mendalam dengan Tuhan? Apakah pengalaman anda itu dapat dipercaya?
Pergi ke Tawangmangu melihat senja,
Sambil menikmati kopi pahit di meja.
Jangan berhenti ketika tidak dipercaya,
Itu hanya cambuk untuk membuktikannya.
Cawas, marilah percaya…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
The playlist identified with the request's playlistId
parameter cannot be found.