Jangan Tidak Percaya.
ADIPATI Karna dibujuk oleh Kresna supaya kembali ke Pandawa. Bahkan Kunti sendiri sebagai ibunya memohon supaya dia kembali ke pangkuan Para Pandawa.
Kresna memberitahu bahwa Karna adalah darah daging para Pandawa. Ia dilahirkan dari satu ibu dengan adik-adiknya Pandawa,
Namun demikian, Karna tetap keukeh dengan pendiriannya, bahwa ia akan tetap berpihak kepada para Kurawa. Dia tidak akan berpaling dan bersedia mati demi Kurawa. Keteguhan pendiriannya ibarat “wesi gligen” besi baja yang tidak bisa dibengkokkan. Kendati dibujuk rayu seperti apa, ia tidak mau percaya.
Begitu juga dengan Tomas, dia tidak mau percaya walau sudah diberitahukan oleh-teman-temannya bahwa Yesus hidup.
Ia telah menampakkan diri kepada murid-murid lain. Tetapi Tomas keukeh tidak mau percaya kalau tidak membuktikan sendiri. Tidak mudah memang memahami kebangkitan.
Kendati Yesus beberapa kali menampakkan diri kepada para murid. Namun mereka belum juga memahami apa artinya kebangkitan.
Mereka sulit memahami apa artinya hidup setelah mati. Yesus membimbing mereka tahap demi tahap.
Masih ada hambatan-hambatan yang merintangi pikiran mereka sehingga mereka belum sampai mempercayai kebangkitan.
Makam kosong tidak otomatis menyimpulkan pada kebangkitan. Mereka berpikir jenasah-Nya dicuri orang.
Warta malaikatlah yang menjadi penjelasan bahwa makam kosong itu sebuah tanda bahwa Yesus hidup.
Namun hal ini pun tidak serta merta mudah dipahami. Para murid butuh proses yang panjang.
Sebagaimana yang dialami oleh Tomas, itu juga pengalaman kita semua. Banyak dari antara kita yang membutuhkan bukti agar kita percaya.
Kendati teman-teman Tomas sudah mengalami penampakan, namun Tomas masih belum bisa percaya kalau tidak mengalaminya sendiri.
Ia tidak percaya pada cerita-cerita teman-temannya. Ia membutuhkan bukti nyata, pengalaman kongkrit.
Positifnya, Tomas adalah pribadi yang konsisten pada pendiriannya. Ia tidak “ela-elu” pada cerita-cerita atau pendapat orang.
Ia tegar dengan pendiriannya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Sering kita menilai Tomas sebagai orang yang kurang percaya. Tetapi sebetulnya dia adalah pribadi yang tegar, kuat pendirian dan tidak suka “membebek” pada cerita-cerita orang. Ia punya prinsip sendiri.
Tomas menempuh jalannya sendiri. Yesus menanggapi pendirian Tomas ini dengan menunjukkan sendiri apa yang dimintanya.
Yesus datang khusus kepada Tomas. “Taruhlah jarimu disini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Dengan itu Tomas merumuskan imannya, “Ya Tuhanku dan Allahku.”
Setelah ia berjumpa dengan Yesus, barulah Tomas percaya.
Pertanyaan reflektif; Apakah kita sering menuntut tanda bukti agar kita percaya pada penyelenggaraan Tuhan?
Apakah kita sering menantang Tuhan untuk menunjukkan bukti kemahakuasaan-Nya?
Berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya.
Berjalan menuju padang-padang savana,
Mendaki Puncak Mongkrang yang mempesona.
Jika kita percaya seutuhnya kepada-Nya,
Kita tidak akan memaksakan kehendak kita.
Cawas, jangan tidak percaya
Rm. A. Joko Purwanto, Pr