Puncta 27.12.19 Pesta St. Yohanes Rasul dan Pengarang Injil Yohanes 20:2-8 / Dikasihi lalu Percaya

 

ADA yang mengatakan bahwa sekarang ini nilai kepedulian kepada sesama yang menderita mulai luntur.

Kalau ada suatu kecelakaan, orang tidak cepat-cepat menolong, tetapi malah sibuk mengambil gambar, entah itu memfoto atau merekam dengan HPnya, lalu cepat-cepat memviralkan ke media sosial.

Sesudah itu dia hanya melihat orang lain menolong dan merasa sudah selesai dengan mengambil gambar. Kepekaan seseorang itu berbeda-beda. Ada yang langsung turun tangan menolong. Ada yang hanya menjadi penonton.

Ada yang sibuk mencari bantuan. Ada yang lewat begitu saja tanpa menghiraukan orang yang sakit. Sebuah peristiwa bisa dipersepsi dan disikapi berbeda-beda oleh setiap orang.

Dalam bacaan Injjil hari ini, Maria Magdalena mengabarkan bahwa makamYesus kosong. Ia mempersepsikan bahwa jenazah Yesus dicuri orang.

Para murid yang mendengar berita itu, Simon dan murid yang dikasihi Yesus, berangkat ke makam. Mereka berangkat bersama.

Tetapi karena murid yang lain lebih cepat, ia sampai di makam lebih dahulu. Namun ia menghargai orang yang “dituakan” yakni Simon. Maka dia hanya menjenguk, dan tidak masuk ke makam.

Lalu datanglah Simon dan masuk ke dalam kubur. Ia melihat, meneliti, mengamati. Murid yang dikasihi itu ikut masuk. Ia melihat danpercaya.

Beda-beda cara pandang murid-murid itu. Maria Magdalena melihat makam kosong lalu menyimpulkan jenasahNya diambil orang. Dia terburu-buru membuat kesimpulan.

Akibatnya bisa salah fatal. Simon dan Murid yang dikasihi Yesus juga beda cara pandang dan sikapnya. Simon hanya melihat hal-hal apa yang ada di situ. Murid yang dikasihi Yesus itu melihat dan percaya. Apa yang dipercaya?

Murid itu percaya tentang apa yang sudah dikatakan Yesus sebelumnya, bahwa Dia akan menderita sengsara, diserahkan oleh pemuka Yahudi dan disalibkan dan pada hari ketiga akan bangkit.

Murid yang dikasihi Yesus ini adalah Yohanes sendiri. Maka apa yang dipercayai dia tuliskan dan diwartakan kepada kita semua. Bahwa Yesuslah Mesias, Juruselamat yang dikurbankan untuk menebus manusia.

Kasih itu menimbulkan sikap percaya. Kasih Yesus membuat murid itu menjadi percaya. Apakah kita merasa dikasihi Tuhan? Apakah kita juga percaya kepadaNya?

Angin ribut menumbangkan dahan-dahan
Kita tutup pintu dan jendela
Syukur karena dikasihi Tuhan
Kita menjadi hidup karena percaya

Cawas, Desember nan ceria
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 26.12.19 PW. St.Stefanus Martir Pertama Matius 10:17-22 / Martir Pertama

 

KALAU kita memasuki Kota tua Yerusalem, kita akan melewati salah satu gerbang yakni Gerbang Stefanus. Orang percaya bahwa di luar gerbang itulah Santo Stefanus dirajam menjadi martir.

Menjadi kebiasaan bahwa orang yang dihukum tidak boleh dieksekusi di dalam kota. Seperti Yesus dibawa ke Bukit Golgota, di luar kota Yerusalem.

Demikian pun Stefanus diarak keluar dari sidang Sanhedrin, Majelis Tertinggi kaum Yahudi, melewati salah satu pintu gerbang Yerusalem.

Stefanus adalah salah satu dari tujuh diakon yang tersohor. Mereka bertugas untuk melayani pembagian jatah untuk janda-janda miskin.

Stefanus juga berkotbah mewartakan imannya tentang Yesus Almasih. Karena kuasa Roh Kudus,ia pandai beradu gagasan dengan kelompok Libertini.

Mereka ini adalah Jemaat Yahudi dari “luar kota” yakni Kirene, Aleksandria (Mesir), Kilikia dan Asia. Mereka malu dan sakit hati karena kalah berdebat tentang keyahudian.

Maka mereka memutarbalikkan fakta dengan menuduh Stefanus menghina Bait Suci, Hukum Taurat dan menghojat Musa dan Allah.

Stefanus makin dikuasai Roh Kudus dan bernyala-nyala dengan kesaksiannya. Dalam sidang ia berteriak, “Sungguh, aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”

Makin marahlah mereka mendengar itu karena mereka tidak percaya kepada kebangkitan badan. Mereka menyeret Stefanus ke luar kota dan melemparinya dengan batu.

Mereka meletakkan jubah luar mereka di depan kaki seorang muda bernama Saulus, yang kelak akan menjadi Rasul Paulus.

Meletakkan jubah luar itu tanda bahwa mereka sangat marah dan supaya lebih leluasa melempari Stefanus dengan batu, mereka melepaskan jubahnya.

Tetapi Stefanus justru mendoakan mereka. “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka.’ Ia berdoa kepada Tuhan Yesus, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”

Inilah kesaksian iman martir pertama. Kematiannya meniru cara kematian Yesus di kayu salib. Yesus mendoakan orang-orang yang menyalibkanNya dan menyerahkan nyawaNya kepada Allah.

Dalam Injil Yesus berkata, “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu, tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya, akan selamat.”

Stefanus bertahan sampai akhir mempertahankan imannya. Ia mengalami kemuliaan bersama Yesus yang berdiri di sisi kanan Bapa.

Kita bersyukur karena darah para martir meneguhkan iman kita. kita dipanggil menjadi martir-martir baru di zaman kita ini. Tidak harus dengan darah tetapi dengan kesaksian hidup kita sebagai murid Kristus.

Naik delman ke Cokrotulung
Menyusul teman ke Kartasura
Santo Stefanus adalah martir ulung
Doakan kami yang masih mengembara.

Cawas, menanti dan menunggu
Rm. A.Joko Purwanto Pr

Puncta 25.12.19 Natal Pagi Lukas 2:15-20 / Damai di Bumi. Damai di Hati.

 

SETELAH memimpin misa malam natal, saya langsung menuju GKJ Cawas untuk mengikuti perayaan Natal bersama. Hadir tokoh-tokoh lintas agama dari FKUB dan PKUB.

Sangat terasa sekali semangat kebersamaan dan persaudaraan. Ditampilkan juga tarian lintas iman. Para penari berasal dari berbagai agama, Islam, Kristen, Katolik dan Hindu.

Sutradaranya adalah Mas Jimbling Supriyadi, seorang muslim yang menjunjung kebhinekaan, yang kemarin juga menggarap Creaversity di Gereja Maria Assumpta.

Ketika saya pulang, di luar gereja dan di jalan-jalan dijaga oleh teman-teman dari Banser, Senkom dan LDII. Mereka bergotong royong mengamankan agar perayaan Natal ini berjalan aman dan khidmat.

Sungguh luar biasa persaudaraan yang dibangun di tengah masyarakat. Inilah Indonesia yang senyatanya. Guyub rukun, tentram, damai saling menghargai dan menghormati.

Kita memiliki modal bangsa yang besar untuk maju dan berdaulat. Jangan mau dipecah belah oleh orang-orang yang tidak ingin Indonesia maju.

Gambaran komunitas yang rukun damai guyub hidup bersama itu dapat dilihat dari para gembala dalam bacaan Injil Natal pagi.

Mereka hidup dengan tentram dan damai, tanpa ada sekat yang membeda-bedakan. Mereka bekerjasama saling mendukung dan menyemangati.

Para gembala itu bergegas dengan cepat pergi ke Betlehem. “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Lalu mereka cepat-cepat berangkat ke Betlehem.

Sampai di Betlehem, mereka tidak hanya melihat, tetapi memberitahukan apa yang telah diberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang anak itu.

Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat; semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Para gembala itu mengalami sukacita. Suasana itu dibawa dan diwartakan kepada semua orang. Sukacita membawa mereka mampu memuji dan memuliakan Allah.

Hati yang gembira adalah pintu masuk orang bisa memuji dan memuliakan Allah. Kegembiraan ini harus kita wartakan kepada semua orang.

Suasana Natal di Cawas yang damai dan tentram, banyak kelompok dengan sukarela menolong, menjaga keamanan, hadir dalam suasana pesta kelahiran Tuhan, adalah hikmah Natal yang luar biasa.

Kami di daerah pedesaan ini mengalami hidup sebagai sahabat bagi semua orang. Damai Natal sungguh dapat dirasakan. Semoga selalu damai di hati dan damai di bumi.

Pakai sandal, memetik bayem.
selamat Natal, Berkah Dalem.

Cawas, Natal yang damai
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 24.12.19 Perayaan Malam Natal Lukas 2:1-14 / Selamat Natal Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang

 

TEMA Natal bersama KWI dan PGI tahun ini adalah, “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang.” Tema ini kiranya cocok sekali dengan peristiwa kelahiran Tuhan yang kita rayakan pada Pesta Natal ini. Allah yang jauh, Allah yang mahabesar itu hadir menjadi sahabat bagi semua manusia. Yesus berasal dari Allah. Ia ingin menunjukkan bahwa Allah itu begitu dekat. Allah itu sangat baik dan ingin bersahabat dengan semua orang.

Allah yang lahir dalam diri Yesus itu, ingin menyapa dan mengalami penderitaan manusia. Allah sangat peduli dengan kemiskinan dan penderitaan. Ia lahir di kandang hewan beralaskan jerami ditunggu oleh orang-orang sederhana yakni para gembala. Yesus tidak hanya ingin menjadi sahabat, tetapi saudara bagi kita semua. Saudara berasal dari kata satu dan udara. Kita ini adalah saudara karena sama-sama menghirup satu udara yang sama, anugerah Tuhan yang mahaesa.

Menjadi sahabat berarti saling mengembangkan sikap peduli, toleransi, saling menghargai dan sikap rukun menjalin kebersamaan dalam keberagaman. Kendati kita berbeda tetapi kita saling menghargai. Perbedaan itu adalah keniscayaan. Sahabat yang baik akan bersukacita melihat saudaranya berhasil, berbahagia, dan ia akan mengalami keprihatinan jika sahabatnya alami kesusahan, sakit, tertimpa bencana dan lain-lain. Menjadi sahabat berarti menjalani hidup dengan empati.

Kelahiran Yesus adalah wujud nyata empati Allah kepada manusia. Imanuel yakni Allah menyertai manusia. Allah tinggal bersama dengan manusia. Sebagaimana Yesus menjadi sahabat bagi semua orang; orang lumpuh, orang bisu, orang berdosa, pemungut cukai, perempuan berdosa, dan lainnya, demikian juga kita diajak mau bersahabat dengan mereka yang dikucilkan dari tengah masyarakat. Ada banyak orang mengalami dikucilkan. Mereka yang kena ODHA, korban narkoba, korban KDRT, orang-orang yang kesepian karena ditinggal sanak saudara.

Malam Natal menjadi kesempatan kita merenungkan keberpihakan Tuhan bagi manusia lemah dan miskin. Beranikah kita menjadi sahabat bagi semua orang, khususnya mereka yang miskin, menderita, tersingkir dan kesepian?

Membeli bantal berwarna biru
Selamat Natal dan Tahun Baru

Cawas, Natal penuh kenangan
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 24.12.19 Lukas 1:67-79 / Kidung Sukacita Zakaria

 

KETIKA terdengar tangisan seorang bayi yang baru lahir, hati seorang ibu akan sangat bahagia. Penderitaan dan kesakitan selama melahirkan terbayar sudah.

Tidak ada kebahagiaan yang lebih, selain melihat anaknya lahir dengan selamat. Mengapa bayi yang lahir itu justru menangis, padahal orang-orang dis sekitarnya tertawa bahagia melihat kelahirannya?

Tapi kalau bayi lahir langsung tertawa, mungkin malah menakutkan bagi dokter, perawat, bidan dan sang ibu sendiri. Bayi menangis setelah lahir karena dia dipisahkan dari rahim ibu yang memberinya rasa aman dan damai.

Dunia baru itu sangat menakutkan bagi sang bayi. Rahim ibunya telah memberi rasa aman dan damai selama di kandungan. Kita dia harus menghadapi dunia baru yang serba asing.

Tetapi sebaliknya orang-orang di sekitarnya justru sangat bahagia karena kelahirannya. Itulah yang dirasakan suami-istri yang memiliki bayi yang baru lahir.

Dalam bacaan Injil hari ini digambarkan bagaimana Zakaria sangat bersukacita saat Elisabet melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Yohanes.

Zakaria penuh dengan kuasa Roh Kudus. Ia memuliakan Allah yang setia pada janjiNya. Bagi Allah segalanya bisa terjadi.

Zakaria yang hampir tiada harapan, karena usia mereka sudah tua, ternyata diberi anak laki-laki. Noda dan cela yang tertanam dalam diri mereka kini terhapus karena kebaikan Allah.

Zakaria menyatakan kepada kita semua bahwa Allah itu sungguh baik. Allah itu setia. Allah itu murah hati kepada mereka yang selalu berharap kepadaNya.

Allah tidak menghendaki umatNya merana. Allah ingin menyelamatkan semua manusia dari belenggu dosanya. Maka Allah bertindak melalui Zakaria, Elisabet dan Yohanes. Mereka dipanggil oleh Allah untuk ikut terlibat dalam karya penyelamatanNya.

Itulah kidung Zakaria. Dia bersukacita karena karya agung Allah. Pasti kita juga punya pengalaman dicintai Allah. Kita merasa bersukacita karena Allah bertindak tepat pada waktunya.

Sukacita kita itu meluap sehingga kita mengajak orang lain untuk ikut merasakan sukacita itu. Marilah kita bersukacita karena Yesus lahir menjadi manusia.

Dudu wangi anggrek sing dak sawang neng mripatku
Nanging kowe lali nglarani wong kaya aku
Yesus lahir di dunia bukan karena jasaku
Melulu karena cintaNya agar kita pun bersatu

Cawas, ada burung bertengger di bunga anggrek
Rm. A. Joko Purwanto Pr