by editor | Dec 22, 2019 | Renungan
KATA-KATA ini diucapkan oleh Romeo kepada Yuliet kekasihnya. Dari novel tersebut, saya jadi tahu kalau kalimat itu merupakan kutipan drama Romeo and Juliet yang ditulis oleh Shakespeare.
Makanya, kalimat tersebut terkenal karena kisah cinta Romeo and Juliet sangat melegenda. Mengenai makna dibalik kalimat tersebut, dapat kita lihat dari kutipan perbincangan antara Romeo dan Juliet,.
“Apalah arti sebuah nama. Sekuntum mawar tetap memiliki keharuman yang sama meskipun disebut dengan nama lain…”
Nama tidak ada artinya jika yang menggunakannya tidak menunjukkan karakter kepribadian yang baik. Nama baik akan cemerlang karena kualitas hidupnya yang terpuji.
Entah siapa pun dia namanya. Mau namanya John Robert atau Ngadilanto, Sugeng atau Lanjar. Yang menentukan bukan namanya tetapi kualitas kepribadiannya.
Bacaan hari ini berbicara tentang sebuah nama yakni Yohanes. Elisabet dan Zakaria mempunyai anak di masa tuanya.
Sudah sejak awal,Zakaria diberitahu malaikan bahwa istrinya akan melahirkan seorang anak laki-laki.
Pesan Malaikat kepada Zakaria agar memberi nama Yohanes kepada anaknya yang akan lahir. Nama ini jelas menyimpang dari kebiasaan.
Setiap anak Yahudi yang lahir diberi nama berdasarkan nama bapaknya. Tetapi anak Elisabet ini bukan bernama Zakaria seperti nama bapaknya. Tetapi namanya Yohanes.
Ini sangat mengherankan bagi semua orang. Mereka bertanya dengan heran, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian. Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab tangan Tuhan menyertai dia.”
Bukan hanya namanya yang menghebohkan tetapi kualitas hidup Yohanes sungguh membuat orang tercengang.
Hidup Yohanes menjadi perwujudan Nabi Elia yang hadir kembali. Ia menyiapkan jalan bagi kedatangan Almasih, Sang Penyelamat.
Bahkan Yesus memuji Yohanes, “Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.” Inilah kualitas dari Yohanes.
Apakah nama kita juga menunjukkan kualitas siapa diri kita ? atau hanya sekedar nama yang tiada arti apa pun? Apalah arti sebuah nama?
Banyak yang sibuk membuat gua
Harganya bisa berjuta-juta
Apalah artinya sebuah nama
Tanda harapan dan cita-cita orangtua
Cawas, menanti dan menanti
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Dec 21, 2019 | Renungan
“JANJINE lungane ora nganti suwe-suwe. Pamit esuk lungane ora nganti sore. Janjine lungane ora nganti semene suwene. Nganti kapan tak enteni sak tekane.”
(Janjinya pergi tidak akan lama-lama. Pamit pagi perginya tidak sampai sore. Janjinya tidak akan selama ini. Sampai kapan kan kutunggu kedatanganmu).
Setiap Sobat Ambyaar pasti langsung menyahut sebaris bait lagunya Didi Kempot ini. Banyak lagu-lagunya Didi Kempot tidak asing di telinga pendengarnya. Syair di atas adalah bagian dari lagu Banyu Langit.
Ada lagi yang lagi ngetren lagu Pamer Bojo, Layang Kangen, Suket Teki, Sewu Kutho. Rata-rata lagu –lagu itu berisi ungkapan perasaan seseorang yang patah hati karena ditinggal kekasihnya.
Seseorang yang sedang jatuh cinta tetapi dikhianati atau ditinggal pergi sang kekasih. Fans Didi Kempot menamakan dirinya Sobat Ambyar. Ambyar artinya hancur berkeping-keping. Orang patah hati yang tidak bisa move on, kata anak milenial.
Mungkin juga begitu perasaan Yusuf pada waktu mendengar berita bahwa Maria tunangannya sudah mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Ambyar perasaan Yusuf.
Tetapi ia segera move on setelah diberitahu oleh Malaikat bahwa anak yang dikandung itu berasal dari Roh Kudus.
“Yusuf anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
Yusuf taat dan langsung mengambil Maria sebagai istrinya. Yusuf bahkan setia menamai anaknya Yesus, sesuai pesan malaikat.
Ketika kita bisa move on dan setia pada kehendak Allah, maka hasilnya adalah keselamatan dan sukacita. Andaikan Sobat Ambyar itu bisa move on maka tidak akan mengalami kehancuran berkeping-keping.
Yusuf dan Maria menjadi contoh bagaimana pengalaman yang sulit bisa menjadi berkah, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keselamatan semua orang.
Hal itu bisa terjadi pasti karena Yusuf dan Maria percaya kepada rencana Allah. Maria dan Yusuf yakin bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan. Keyakinan itu membuat Maria dan Yusuf berani melangkah maju.
Tidak selamanya pengalaman ambyar menuju pada kehancuran. Kalau kita yakin pada kehendak Allah dan berani move on, maka akan berakhir pada happy ending.
Kepada Sobat Ambyar marilah meneladan Maria dan Yusuf yang mampu move on karena percaya kepada Allah. Tuhan ingin kita selamat dan bahagia. Maka Ia lahir menjadi manusia.
Ada pembatas buku
Tergeletak di atas buku doa
Marilah kita semua meniru
Cintakasih Yusuf dan Maria
Cawas, mendayung tiga pulau
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Dec 21, 2019 | Renungan
PASTOR-pastor di pedalaman sering mengadakan turne / kunjungan ke stasi-stasi.Kami sering membuat plesetan, turne itu artinya “turu kana-turu kene”.
Yang dimaksud adalah tidur sana tidur sini. Memang kami harus menginap di rumah ketua umat. Sebab perjalanan turne ini bisa memakan waktu berhari-hari.
Kalau pas musim durian seperti sekarang ini, kami disuguhi buah durian yang sangat lezat. Umat juga membuat tempoyak dan sangat lezat untuk masak sayur campur ikan.
Minum tuak yang manis sambil berkumpul dengan umat. Perjumpaan yang sangat hangat, penuh persaudaraan. Sejenak melupakan perjalanan panjang yang melelahkan.
Sering terjebak lumpur, banjir, jalan licin naik turun bukit. Namun melihat antusiasme umat dengan segala keramahannya, lelah itu hilang dan yang muncul sukacita.
Mereka sangat haus dikunjungi gembalanya. Sebulan sekali pastor datang itu sudah sangat istimewa. Perayaan ekaristi sungguh dinantikan. Kehadiran pastor amat sangat diharapkan.
Jika pastor datang, segala urusan bisa diselesaikan; pembaptisan, perkawinan, tajak rumah, berkat benih, berkat ibu hamil dan segala macam urusan doa-doa. Turne pastor adalah perjumpaan yang menggembirakan penuh berkah..
Hari ini bacaan Injil bercerita tentang kunjungan Maria ke rumah Elisabet, saudarinya. Maria tahu Elisabet sedang mengandung dan akan segera melahirkan putranya.
Situasi yang sulit karena ini adalah anak pertama di usia yang sudah tak mungkin melahirkan. Maka Maria datang ingin membantu. Kehadiran Maria membawa sukacita karena salam Maria juga dirasakan oleh bayi yang ada di kandungan Elisabet.
Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring,
“Diberkatilah engkau di antara semua wanita, dan diberkatilah buah rahimmu.siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Srawung atau perjumpaan kata itu sekarang begitu sering kita dengar. Kita diajak srawung, bergaul dalam perjumaan dengan semua orang.
Tema Natal tahun ini juga mengambil judul “Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang.” Membangun persahabatan itu dapat dilakukan dengan saling berkunjung, berjumpa satu dengan yang lain, mengenal lebih dalam dan mengerti siapa tetangga kita.
Seperti Maria yang berkunjung ke rumah Elisabet, demikian juga kita diajak bergaul dengan siapa pun juga. Mereka adalah sahabat dan saudara kita.
Dengan srawung atau berkunjung, silaturahmi, kita membangun persaudaraan, ukhuwah sebagai sesama umat beriman di hadapan Tuhan. Sudahkah kita saling bersilaturahmi dengan tetangga kita?
Sekali dayung
Dua tiga pulau terlampaui
Marilah kita srawung
Membangun silaturahmi
Cawas, sekali dayung meluncur tiga kali
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Dec 20, 2019 | Renungan
ADA dua orang yang menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel. Zakaria dan Maria. Yang dialami Zakaria berbeda dengan Maria walaupun mereka sama-sama terkejut dan mempertanyakan apa makna kabar itu.
Zakaria mempertanyakan karena Elisabet istrinya mandul dan sudah tua. Zakaria tidak percaya bahwa hal itu bisa terjadi. Maria juga mempertanyakan apa arti kabar dari Malaikat Gabriel.
Maria terkejut dan heran juga. Ada unsur ketidak percayaan juga menghadapi kenyataan itu. Realitas itu adalah sesuatu yang mustahil. Apalagi dia belum bersuami.
Namun menghadapi kemustahilan itu, Maria percaya kepada Allah. “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataanMu itu.” Jawaban Maria ini membedakan dengan tanggapan Zakaria.
Zakaria menjadi bisu karena dia tidak percaya atas kabar Malaikat Gabriel. Zakaria berhenti pada ketidakpercayaan. Ia tidak melihat karya Allah itu dalam dirinya.
Sedang Maria melihat jauh ke depan. Karya Allah lebih diutamakan daripada kepentingan dirinya sendiri. “Terjadilah padaku menurut perkataanMu.” Kehendak Allah harus terjadi daripada kehendak sendiri.
Maria melihat kehendak Allah lebih utama demi keselamatan umat manusia. Mata hati Maria menerawang ke hati Allah yang ingin menyelamatkan manusia.
Inilah mata rohani Maria yang peka terhadap kehendak Allah. Kepekaan hati inilah yang pantas kita teladani dari Bunda Maria.
Selain itu, Maria juga mengakui kerendahan hatinya. “Aku ini hamba Tuhan.” Maria mengaku diri sebagai hamba. Seorang hamba yang taat dan patuh kepada kehendak tuannya.
Itulah ketaatan seorang hamba atau abdi. Mampukah kita juga memposisikan diri sebagai hamba meneladan seperti Maria.
Marilah kita mengasah kepekaan dan kerendahan hati seperti teladan Maria sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan.
Naik kereta menuju Pacitan
Makan tahu di Tawangmangu
Maria teladan kesucian
Doakanlah kami anak-anakmu
Cawas, menunggu hujan reda
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Dec 18, 2019 | Renungan
DEWI Gendari menjadi putri boyongan Pandu Dewanata. Ia berharap dijadikan istrinya. Tetapi ternyata Pandu menyerahkannya kepada Destarastra, kakaknya yang buta.
Hal ini menimbulkan sakit hati dan dendam kesumat. Selama ia hamil, hatinya tak pernah tentram. Pikiran dan perasaannya hanya diliputi dendam dan luka batin.
Gendari ingin membalas sakit hatinya. Perasaan kecewa, dendam, sedih, galau, kawatir membanjiri dirinya. Ini mempengaruhi bayi yang dikandungnya. Bahkan sudah seribu hari bayi itu belum juga lahir.
Suasana Hastina seram dan menakutkan. Suatu malam binatang-binatang buas mengaum sangat mengerikan. Seluruh rakyat ketakutan. Disertai lolongan anjing hutan dan auman harimau buas, Dewi Gendari melahirkan gumpalan daging yang berserakan.
Begawan Abiyasa minta supaya gumpalan-gumpalan itu ditutupi daun jati. Secara ajaib Batari Durga datang dan mengatakan bahwa gumpalan daging merah itu akan menjadi anak yang jumlahnya seratus.
Dewi Gendari senang karena dia ingin punya anak banyak agar bisa menumpas keturunan Pandu. Dendam dan sakit hati diwariskan Gendari kepada para Kurawa, anak-anaknya.
Bacaan Injil hari ini bercerita tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. Ada firasat dan tanda-tanda dari Tuhan yang mengiringi lahirnya Yohanes. Zakaria dan Elisabet sudah uzur.
Elisabet sudah mandul. Tak mungkin punya anak. Tetapi bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Malaikat Tuhan menampakkan diri.
Memberitahukan bahwa Elisabet akan melahirkan seorang anak laki-laki. Zakaria pasti tak percaya. Walaupun ia juga berharap akan hadirnya seorang anak. Tapi apa mungkin?
Tanda lain yang nampak adalah bisu. Zakaria menjadi bisu karena ia tidak percaya kepada rencana Allah. Zakaria tidak dapat berkata-kata sampai Yohanes lahir.
Ia tidak dapat percaya bahwa Elisabet akan mempunyai seorang anak. Kendati begitu, Allah terus berkarya dan menjalankan kehendakNya. Ketidak-percayaan Zakaria tidak mengubah rencana Tuhan.
Ketika Elisabet mengandung pada bulan ke lima, ia menjadi yakin bahwa Allah mendengarkan doanya. “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku. Sekarang Ia telah menghapuskan aibku di depan orang.”
Bagi pasangan-pasangan yang belum dikaruniai anak, tetaplah percaya dan tekun berdoa. Pada waktunya Allah akan bertindak dan mengabulkan doa-doa kita. Bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil.
Kuncinya ada pada iman, harapan dan cinta. Tetap beriman kepada Tuhan. Terus berharap Allah itu baik. Setia mewujudkan cinta pada sesama.
“Wong sing tekun mesti entuk teken lan mesti bakal tekan.” Barangsiapa tekun akan mendapat pertolongan dan akan tercapai cita-citanya.
Mobil baru putih warnanya
Garasi penuh mobilnya tiga
Jangan ragu, teruslah percaya,
Tuhan akan bertindak pada waktunya.
Cawas, bahagianya makan tempe kemul
Rm. A. Joko Purwanto Pr