by editor | Aug 25, 2020 | Renungan
Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun pernah membuat sajak berjudul “Pilih Kutang 36B atau Isinya 36B.” Demikian sajaknya:
Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus BUNGKUS-nya saja dan mengabaikan ISI-nya.
Maka, bedakanlah apa itu “BUNGKUS”-nya dan apa itu “ISI”-nya.
“Rumah yang indah” hanya bungkusnya
“Keluarga bahagia” itu isinya. “Pesta pernikahan” hanya bungkusnya
“Cinta kasih, Pengertian, & Tanggung jawab” itu isinya.
“Kekayaan” itu hanya bungkusnya,
“Hati yang gembira” itu isinya.
“Makan enak” hanya bungkusnya,
“Gizi, energi, dan sehat” itu isinya.
“Kecantikan dan ketampanan” hanya bungkusnya;
“Kepribadian dan hati” itu isinya.
“Bicara” itu hanya bungkusnya,
“Kenyataan” itu isinya.
“Buku” hanya bungkusnya;
“Pengetahuan” itu isinya.
“Jabatan” hanya bungkusnya,
“Pengabdian dan pelayanan” itu isinya.
“Pergi ke tempat ibadah” itu bungkusnya,
“Melakukan ajaran agama” itu isinya.
“Kharisma” hanya bungkusnya,
“Karakter” itu isinya.
“Rizqi” itu hanya bungkusnya.
“Barokah” itu isinya.
Utamakanlah isinya, serta tetaplah merawat bungkusnya dengan baik…
Maaf kalau teman-teman dari tadi nunggu-nunggu mana tuh isinya kutang (bra) yang 36B, kok tidak muncul-muncul!
Makanya, jangan lihat judulnya, lihatlah isinya.
Yesus mengecam perilaku orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka itu hanya menonjolkan penampilan luarnya, tetapi dalamnya bobrok dan bosok.
“Kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih. Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikianlah pula kalian, dari sebelah luar tampaknya benar, tetapi sebelah dalamnya penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”
Apakah kita termasuk orang yang dikecam oleh Yesus? Apakah kita termasuk orang-orang munafik?
Pergi ke lapangan bermain layang-layang
Layang-layang terbang dibawa udara
Jangan terkecoh oleh penampilan orang
Tetapi selamilah hati dan pikirannya
Cawas, markisah nikmat…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Aug 24, 2020 | Renungan
KISAH lucu dan menarik ketika melihat adegan film “TILIK” yang lagi viral. Tilik artinya menjenguk orang sakit. Bu Tejo dan rombongan ibu-ibu pergi ke rumah sakit menengok Bu Lurah dengan naik truk.
Tokoh sentralnya adalah Bu Tejo yang bergosip ria tentang Dian dan Bu Lurah. Ia menjelekkan Dian yang jadi kembang desa. Dian dinilai sebagai perempuan “nakal” yang senang pergi dengan oom-oom, keluar masuk hotel, jalan-jalan di mall, punya uang banyak padahal kerjanya tidak jelas. Bu Lurah juga jadi sasaran gosip.
“Baru aja kerja, handphone baru, motor baru, uang dari mana coba, padahal itu barang mahal-mahal, kayak aku gak tahu merek aja..” kata Bu Tejo. Dia menjelek-jelekkan Bu Lurah karena suaminya mau ikut pemilihan kepala desa.
Dengan sombongnya dia memberi amplop kepada Gotrek, sopir truk, sambil memperlihatkan perhiasan emas di jari, pergelangan, telinganya. Ketika truk ditilang, Bu Tejo teriak-teriak dengan garang, “Pak Polisi, apa saya telpon ke saudara saya yang polisi, apa gimana, bintangnya lima jejer-jejer, berani apa…”
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengecam orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka dipandang sebagai orang munafik. Mereka mentaati aturan tetapi melalaikan keadilan dan belas kasih.
Nampaknya hidup bersih tetapi senyatanya korupsi tanpa malu-malu. “Nyamuk kalian tepiskan dari minumanmu, tetapi unta di dalamnya kalian telan.” Cawan dan pinggan dibersihkan sebelah luarnya tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
Film di atas sangat dekat dengan realitas kehidupan kita. Kita senang membicarakan kejelekan orang lain, tetapi keburukan kita sendiri tidak kita akui. Seperti pepatah mengatakan, “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pulupuk mata tiada tampak.”
Yesus memberi nasehat bukan hanya kepada para Farisi, tetapi juga kepada kita semua di zaman ini yang mirip-mirip seperti Bu Tejo, “Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”
Mari kita masuk ke dalam hati kita sendiri, sebelum kita menilai orang lain. Bu Sum berpesan, ”Hati-hati lho bu, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan….”
Ke pasar baru membeli buah.
Memilih buah jambu tanpa isi.
Mulut dijaga jangan suka fitnah.
Bisa-bisa kamu jatuh ke lubang sendiri.
Cawas, menunggu jadwal sekolah…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Aug 23, 2020 | Renungan
“Inggih Ora Kepanggih”
ORANG Jawa itu pandai menyembunyikan perasaan. Ia tidak mau langsung to the point, tetapi muter-muter dulu sebelum sampai ke fokus persoalan. Bisa dianggap tidak sopan jika orang langsung ke pokok permasalahan.
Walaupun lapar tapi kalau tidak dipersilahkan makan, dia tidak akan makan, apalagi meminta. “Inggih ora kepanggih” itu artinya berkata ya ya tetapi tidak segera melakukannya.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Di depan pastoran Tayap, ada dua pohon jambu air yang lebat. Kalau lagi musim banyak sekali buahnya, dan rasanya manis.
Ibu-ibu dan muda-mudi suka sekali merujak. Mereka tidak pakai basa-basi, langsung petik baru bilang, “Pastor, minta jambunya ya. Kami mencuri jambu nih pastor.”
Di kampung, kalau disuruh makan , tidak usah “lenggat-lenggot” malu-malu. Kalau lapar ya bilang lapar dan minta makan. Kalau sekali disuruh tidak ambil makanan, tidak akan dipersilahkan berulang-ulang. Orang Jawa kadang harus disuruh atau dipersilahkan berkali-kali baru mau makan.
Saya pernah menahan lapar seharian, karena hanya dipersilahkan sekali. Saya tidak segera ambil makan. Setelah itu tidak ada orang menawari makan. Pulang dari stasi perut melilit menahan sakit.
Hari ini kita memperingati St. Bartolomeus atau Natanael. Ketika Filipus bercerita telah berjumpa dengan Mesias yang dijanjikan yaitu Yesus dari Nasaret, Natanael langsung to the poin mengadili, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nasaret?”
Ia langsung menilai bahwa tidak ada yang baik dari Nasaret. Ia tidak pakai basa-basi, memuji dulu atau nyanjung-nyanjung. Ia berterus terang tanpa “tedheng aling-aling.”
Yesus menanggapi keterbukaan dan kepercayaan Natanael itu. Ia menjanjikan hal-hal yang lebih besar yakni, “engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Hal-hal ilahi akan dialami oleh Natanael karena imannya kepada Yesus. Ia tidak ragu dan bimbang percaya akan pribadi dan sabda Yesus sendiri.
Apakah anda punya pengalaman hebat sesudah mengenal Yesus, atau apa anda malah kecewa karena mengikuti-Nya?
Bulan agustus ada banyak libur hari raya.
Tapi karena covid tidak bisa pergi kemana-mana.
Lebih baik jadi orang terbuka apa adanya.
Daripada dibuat-buat dan berpura-pura.
Cawas, senja ceria….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Aug 23, 2020 | Renungan
“Robin Hood Indonesia”
SEJARAH kriminal Indonesia pernah mencatat sebuah nama perampok paling keren yakni Kusni Kasdut. Ia dijuluki Robinhoodnya Indonesia karena dari hasil perampokannya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin.
Ada sebuah media yang membuat cerita bersambung berjudul “Kusni Kasdut”, kisah tentang sepak terjangnya di dunia kejahatan. Bahkan God Bless pernah membuat lagu berlatar tentang perjalanan hidupnya berjudul “Selamat Pagi Indonesia di album Cermin.
Kisah ikonik tentang perampokannya adalah ketika Kusni Kasdut membobol Museum Gajah tahun 1961 dan menjarah 11 berlian koleksi Museum Nasional.
Seperti adegan film, ia masuk naik jeep dengan seragam polisi dan menyandera pengunjung dan menembak penjaga museum. Ia dan kelompoknya lari dalam waktu sekejap dengan hasil jarahannya.
Delapan kali dia berusaha melarikan diri dari penjara. Tiga di antaranya gagal. Terakhir dia dijebloskan di LP Kalisosok. Pada akhir-akhir hidupnya, dia berjumpa dengan Pastor Van Lersel SVD. Perjumpaan ini mengubah seluruh hidupnya. Ia bertobat dan dibaptis.
Nama beken Kusni Kasdut berganti menjadi Ignasius Waluya. Lagu Selamat Pagi Indonesia itu menggambarkan kepergiannya. “Derap langkahnya yang begitu tenang. Melangkah menuju keabadian.”
Injil bercerita tentang pengenalan para murid kepada pribadi Yesus. mereka ditanya siapakah Yesus menurut kacamata para murid, bukan dari kata atau cerita orang.
Simon menjawab,”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Lalu Yesus berkata, “Berbahagialah engkau Simon…..Dan Aku berkata kepadamu: Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku.”
Perjumpaan atau perkenalan dengan Yesus itu mengubah hidup orang. Simon menjadi Petrus. Seorang nelayan menjadi pemimpin jemaat. Seorang penakut menjadi pemberani. Penjala ikan menjadi penjala manusia. Seorang Kusni Kasdut menjadi Ignasius Waluya. Seorang penjahat bertobat menjadi orang baik. Lebih baik menjadi penjahat yang bertobat daripada jadi orang baik yang tidak pernah bertobat.
Apakah pengenalan akan Yesus mengubah hidup anda? Apakah nama baptis membuat perilaku anda menjadi baru? Kalau belum berubah berarti anda belum sungguh mengenal Yesus. Tidak ada kata terlambat untuk berubah.
Senangnya berada di Bumi Pasundan.
Kotanya tertata rapi dengan indah.
Mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan.
Membuat hati kita terus berubah.
Cawas, mimpi gigi tanggal….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Aug 21, 2020 | Renungan
“Sulit Jadi Tokoh Panutan”
SELASAR dapur Nanga Tayap itu selalu menjadi tempat bincang-bincang yang hangat. Beberapa orang duduk melantai sambil minum kopi.
Kadang ditemani ubi goreng fresh from the wajan, atau lemang bawaan dari kampung. Lemang itu ketan yang ditaruh di dalam bambu muda dan dibakar sampai masak.
Obrolan dimulai dari pengalaman kongkret sehari-hari sampai peristiwa aktual di ibukota atau luar negeri.
“Zaman sekarang susah mencari tokoh panutan. Dulu ada tokoh-tokoh adat, kepala desa atau perangkat yang teguh memegang aturan adat.” Seorang bapak mulai ngomong.
“Iya, mereka dulu sering nasehati kalau orang pedalaman harus mempertahankan hutan, tanah dan air. Itulah karakter hidup kita sebagai orang Kalimantan. Eh… ada boss perusahaan sawit datang ke rumah bahwa segepok uang merah gambar Soekarno Hatta, atau diberi kunci sepeda motor langsung berubah.”
“Kita harus dukung pembangunan, kita serahkan lahan untuk perusahaan.” Kata yang lain menimpali.
Dulu Romo paroki pernah berdemo menentang perusahaan sawit. Ada banyak orang ikut ke kantor bupati. Mereka teriak-teriak, “kami siap mati mempertahankan hutan, tanah dan air di bumi Kalimantan.”
Sekarang mereka makan gaji perusahaan dan menjual lahannya. Romo ditinggalkan sendirian sebagai “Lonely Ranger.” Bahkan “ditikam dari belakang oleh para pendukungnya.”
Saya pernah ketemu seorang kepala desa, kemana-mana bawa proposal. Ketemu orang sawit di kafe langsung nyodorin proposal sambil memaksa. Kalau tidak dibantu, perusahaannya tidak akan diberi ijin beroperasi di wilayah desanya. Kepala desa itu seperti raja kecil yang paling berkuasa.
Sekarang orang hanya tinggal bernostalgia. Dulu cari lauk tinggal berburu di hutan. Mau cari sayur ada di ladang. Di sungai ikan masih banyak. Sekarang dompeng-dompeng tambang emas ilegal sudah masuk ke hulu sungai.
Hutan dan sungai sumber penghidupan kini berganti jadi lahan sawit. Air mulai tercemar dan kehidupan terancam. Bukit-bukit sudah gundul dan banjir bandang tinggal tunggu waktu yang senggang.”
“Sulit sekarang cari orang yang teguh pendirian, konsisten berjuang, berani menanggung resiko.” Kata bapak yang sudah pensiun jadi guru. Pak Prodiakon yang tugasnya noreh getah karet menimpali,
“Kita diingatkan oleh sabda Yesus bahwa, turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukannya.”
Mereka bisa berbuih-buih berkata, hutan, tanah dan air adalah kita, tetapi di belakang mereka main mata dengan orang perusahaan.
Si penggembala sapi berkata, “Bom waktu sudah dipasang oleh kita sendiri, tinggal menunggu kehancurannya.”
Ketemu orang berilah salam tabik.
Kalau perlu dibantu janganlah pelit-pelit.
Di sekitar kita banyak orang munafik.
Sukanya menjilat maunya makan duit.
Cawas, jamasan pusaka….
Rm. Alexandre Joko Purwanto,Pr