by editor | Mar 26, 2020 | Renungan
RAPAT di Istana Negeri Astina itu tegang. Masalah utama yang dibicarakan adalah bagaimana menyambut dan menanggapi Prabu Kresna yang akan datang sebagai duta Pandawa.
Dia diutus untuk minta kepada Duryudana agar mengembalikan Negri Astina dan Indraprasta ke pangkuan Pandawa. Bisma, penasehat Kurawa bilang negeri harus dikembalikan kepada yang berhak yakni Pandawa.
Resi Durna berpendapat, sebaiknya hanya negeri jajahan saja yang diberikan kepada Pandawa. Prabu Salya, mertua Duryudana punya ide untuk para Kurawa supaya mereka tinggal di Mandaraka. Hastina diberikan kepada Pandawa.
Adipati Karna marah besar. Dia tidak setuju dengan semua pendapat para tua dan menghendaki supaya Pandawa berperang untuk merebut Hastina.
Dia bersedia mati demi Kurawa. Duryudana merasa disemangati oleh Karna. Dia punya rencana dalam hatinya untuk membunuh Kresna yang menjadi duta Pandawa.
Kehadiran Yesus Sang Duta Kebenaran Allah menjadi “klilip” bagi orang-orang Yahudi. Yesus adalah musuh kemapanan, aturan, tradisi dan politik keagamaan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pemimpin Yahudi tidak menyukai cara dakwah Yesus. “Bukankah Dia ini yang mau mereka bunuh?” gosip-gosip itu sudah beredar di tengah masyarakat.
Yesus berjalan keliling Galilea. Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea karena di sana orang-orang Yahudi berusaha membunuhNya.
Suasana penolakan dan intrik untuk membinasakan Yesus sudah tercium di antara kelompok-kelompok yang dikritik oleh Yesus. Orang Farisi, para tua-tua bangsa Yahudi, para imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat mulai bersekongkol.
Seperti Kresna Sang Titisan Wisnu, tetap datang sebagai utusan ke Astina. Yesus Sang Utusan Allah tetap mewartakan kebenaran Allah kepada manusia.
Apapun tantangan dan hambatan, Yesus tetap teguh memberitakan Kerajaan Allah dan dari mana Dia datang.
“Memang Aku kamu kenal, dan kamu tahu dari mana asalKu; namun Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, tetapi diutus oleh Dia yang benar, yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia, dan Dialah yang mengutus Aku.”
Kita dapat belajar dari keteguhan dan konsistensi perutusan Yesus. Kalau kita membawa kebenaran, kita tidak akan takut walau menghadapi aneka tantangan.
Mari kita belajar konsisten dari hal-hal yang kecil. Misalnya, dalam situasi sekarang kita tetap tinggal di rumah, sering cuci tangan demi kebersihan, menjaga kesehatan diri. Ini semua demi keselamatan bersama. Mari kita konsisten.
Bunga di taman indah warnanya
Merah kuning semerbak baunya
Diam di rumah dan jaga stamina
Ini semua demi keselamatan bersama
Cawas, saat menunggu lotek…..
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Mar 25, 2020 | Renungan
SEMAR adalah dewa yang mangejawantah menjadi manusia biasa, bahkan menjadi hamba bagi para ksatria. Bagi orang yang mengetahui siapa Semar sesungguhnya pasti akan sangat hormat dan mengikuti nasehatnya.
Namun bagi orang yang tidak tahu, pasti akan menghina dan mengejek Semar. Para Pandawa menganggap Semar sebagai “wulu cumbu” . Semar adalah kekasih para ksatria.
Semar adalah pamomong ksatria yang berhati suci, berbudi luhur. Ia menentramkan jagad agar rukun tetap ayem tentrem. Semar adalah pembawa damai di alam raya.
Orang yang berhati jahat pasti akan melawan Semar. Kebaikan selalu berhadapan dengan kejahatan. Pada akhirnya kebaikan akan menampakkan dirinya dan menang.
Kehadiran Yesus Sang Kebaikan Sejati ditanggapi dengan pro dan kontra. Yohanes dan murid-muridnya telah bersaksi bahwa Yesus adalah Sang Kebenaran Sejati.
Tetapi orang-orang Yahudi tidak mau menerima bahkan mereka tidak percaya. Padahal di tengah-tengah mereka ada Kitab Musa yang menubuatkan bahwa Mesias akan datang. Namun orang-orang Yahudi tidak melihat Yesus adalah Sang Mesias itu sendiri.
Yesus berkata, “Jikalau kamu percaya pada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab Musa telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulis oleh Musa, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Aku katakan.”
Yesus mengetahui isi hati orang-orang Yahudi. Mereka membaca Kitab Suci tetapi mereka tidak mau menerima Yesus yang datang sebagai Mesias. Mereka tidak mengerti siapa Yesus sesungguhnya.
Orang-orang Yahudi seharusnya menilai karya-karyaNya. Karya Yesus adalah tanda tindakan Allah yang nyata. Hal ini tidak dilihat oleh orang Yahudi. Yesus adalah tanda kasih Allah Bapa.
Siapa pun yang didiami kasih Allah, dia datang dari Allah. Kita memohon agar kasih Allah itu diam di dalam diri kita. Yesus itulah tanda kasih Allah.
Marilah kita memohon kasih Allah itu. Kasih akan menjadi tanda kehadiran Allah. Kita saling mengasihi, maka Allah hadir di tengah kita.
Dari Burgos menuju Loyola.
Menikmati indahnya pesona senja.
Tetaplah diam di rumah bersama keluarga.
Biar tidak menularkan virus corona.
Cawas, thengkleng jaga stamina….
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Mar 24, 2020 | Renungan
DI TENGAH kondisi sulit dan memprihatinkan karena merebaknya virus corona ini, ada berita-berita yang menggembirakan dan memberi harapan.
Ada banyak orang berjuang dan bergandengan tangan saling membantu. Dokter-dokter dan tenaga paramedis tak kenal lelah menjadi pejuang garis depan dalam memerangi wabah ini.
Ada relawan-relawan yang bekerja keras. Bahkan ada anak-anak sekolah di Pekalongan yang berinisiatif membuat hand sanitiser sendiri, karena permintaan cairan pembersih yang makin langka.
Ada yang berinisiatif membuat masker dan dibagikan gratis. Ada berita-berita menggembirakan di tengah kondisi yang sulit sekarang ini. Kita diajak membangun solidaritas dan kerjasama agar wabah ini segera berlalu.
Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Malaikat Gabriel memberitahu kepada Maria bahwa ia akan melahirkan seorang anak yang akan menjadi penerus tahta Daud.
Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub dan kerajaanNya tidak akan berkesudahan. Itu adalah kabar gembira karena Allah hadir menyertai kita.
Namun hal itu tidak mudah dimengerti oleh Maria. Aneka perasaan muncul di benak Maria; bingung, gelisah, takut, ragu dan tidak tahu.
“Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?” ungkapan ini menunjukkan ketidakmengertian Maria menghadapi situasi ini. Tetapi kehendak Allah tidak berhenti oleh kekuatiran manusia.
Allah selalu mempunyai jalan untuk menyelamatkan manusia. “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau.” Itulah jalan yang diambil untuk menghapus kebingungan Maria.
Ada kesulitan, tetapi Allah siap membantu. Ada kegelapan di depan, tetapi Allah memberi terang. Ada keraguan, tetapi Allah menumbuhkan harapan. Ada ketakutan, tetapi Allah memberi penolong.
Ada kecemasan, tetapi Allah menguatkan. Selalu ada kabar baik dan menggembirakan jika kita berserah kepada Allah.
Maria hanya bisa berserah kepada kehendak Allah.”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Sikap Maria itu pantas kita teladani. Di tengah kebingungan, keraguan, kesulitan, kegelapan, ketidak-pastian, Maria menyerahkan semua kepada Tuhan. Ia berserah sebagai hamba Tuhan.
Ketika kita berani berserah diri sebagai hamba, Tuhan membereskan segalanya. Mari belajar seperti Maria, berani merendahkan diri dan siap sedia mengikuti kehendakNya.
Jalan-jalan di tengah malam di Victoria.
Melintasi taman indah di tengah kota.
Marilah meneladan Bunda Maria.
Melaksanakan kehendak Allah dengan sukacita.
Cawas, kurangi kumpul-kumpul dulu…
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Mar 23, 2020 | Renungan
KITA ini hidup di zaman yang sangat sibuk. Ketika kita diminta untuk diam di rumah melakukan gerakan social distancing dan sabar di rumah selama dua minggu saja sudah kebingungan.
Diam di rumah sebentar saja sudah terasa lama dan membosankan. Kita tidak sabar dengan pembatasan-pembatasan supaya tidak bertemu dengan banyak orang, tidak berkumpul di ruang terbuka supaya penyebaran virus corona bisa ditekan dan dikurangi.
Kita harus sadar dan jangan menganggap hal ini sepele saja. Kita diminta sabar untuk diam di rumah. Nanti akan tiba saatnya kita terbebas dan selamat. Nasehat orangtua berkata, “Aja padha ndablek.”
Dalam bacaan Injil hari ini, ada orang yang sudah menunggu selama 38 tahun di kolam Betesda atau Siloam. Dia duduk di pinggir kolam menunggu saat permukaan air itu bergelombang dan dia harus berebut duluan dengan yang lain.
Karena dia lumpuh pasti dia selalu kalah cepat dengan yang lain. Kita bayangkan orang ini berjuang, berebutan, bersaing dengan yang lain selama 38 tahun.
Dia selalu kalah dan tertinggal. Dia tetap duduk di situ tanpa ada orang yang membantu menurunkan saat air bergelombang.
Memang ada nada keputusasaan ketika Yesus bertanya kepada orang itu. “Maukah engkau sembuh?”
Orang yang sakit itu tidak langsung menjawab mau, tetapi ia justru menyalahkan situasi dan orang-orang di sekitarnya.
”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”
Dalam keputusasaan dan pasti selalu kalah, orang itu tetap berusaha beranjak dari tempatnya. Yesus datang menawarkan kesembuhan. Dia adalah sumber air hidup itu sendiri.
Benar pepatah mengatakan,”Orang sabar dikasihi Tuhan.” Orang ini menunggu 38 tahun lamanya dalam pengharapan. Dan tiba saatnya ketika Yesus datang menyembuhkan.
Kendati peristiwa itu menjadi polemik karena terjadi pada hari Sabat, bagi Yesus lebih baik menolong orang daripada diam tak berbuat karena takut aturan.
Marilah kita sabar tinggal di rumah mengikuti anjuran pemerintah. Kalau kita sabar maka saat penyelamatan itu akan segera tiba.
Sepi nian tempat wisata di Parangtritis
Di sana orang menikmati indahnya senja
Terimakasih kepada para dokter dan paramedis
Jadi garda depan melawan wabah corona
Cawas, sering-sering cuci tangan pakai sabun…
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Mar 22, 2020 | Renungan
SEKARANG ini semua orang dihimbau untuk melakukan social distancing, demi menjaga supaya virus corona tidak menyebar kemana-mana. Semua diminta berdiam di rumah masing-masing.
Perjumpaan dengan banyak orang dikurangi. Bahkan misa harian dan misa Mingguan dibatalkan. Semua diminta untuk menjaga jarak satu sama lain.
Dalam bacaan Injil hari ini, kendati Tuhan juga melakukan social distancing, namun Tuhan Yesus tetap berkarya dan menyembuhkan orang sakit.
Ketika Yesus tiba di Kana, tempat Dia dahulu membuat mukjijat air menjadi anggur, Yesus diminta oleh seorang pegawai istana untuk menyembuhkan anaknya.
Pegawai itu datang dan meminta Yesus untuk singgah di rumahnya. Dia minta kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang sakit demam hampir mati. (Apa kena virus Corona juga ya…)
Yesus tidak datang ke rumah pegawai istana itu. Ia sadar harus lakukan social Distancing. Tetapi Dia berkata, “Pergilah, anakmu hidup.” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
Di tengah jalan hamba-hambanya telah datang memberi kabar bahwa anaknya hidup. Anak itu sembuh tetap ketika Yesus berkata, “Pergilah, anakmu hidup.”
Yesus mampu menyembuhkan dari jarak jauh. Yesus berkuasa. Ia tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Apa yang Dia katakan pasti terlaksana.
Sekarang kita mengikuti misa di rumah masing-masing lewat siaran live streaming. Namun Yesus tetap hadir di tempat kita masing-masing. Ia mampu menyembuhkan anak pegawai istana.
Ia juga mampu menghadirkan diriNya di rumah kita ini. Yang dituntut pada kita adalah percaya, seperti kepada pegawai istana itu.
Jika kita percaya, kendati Bapak Uskup misa di Semarang,namun Yesus dapat hadir di rumah kita. ia juga bersabda kepada kita semua.
Itulah tanda kedua yang dibuat Yesus setelah perubahan air menjadi anggur di Kana. Masa prihatin karena virus corona ini juga menjadi tanda Yesus yang tetap hadir di tempat kita.
Kalau kita percaya, kita akan mengalami kuasa Allah yang menembus ruang dan waktu. Yesus juga akan membebaskan kita dari wabah corona ini karena kita tetap percaya kepadaNya seperti pegawai istana itu.
Mengikuti misa lewat siaran live streaming.
Bapak Uskup di Semarang, kita di rumah sendiri.
Hati ini terasa tergetar dan merinding.
Sabda Tuhan sungguh menyapa di sanubari.
Cawas, jaga kesehatan ya…
Rm. A. Joko Purwanto Pr