RAPAT di Istana Negeri Astina itu tegang. Masalah utama yang dibicarakan adalah bagaimana menyambut dan menanggapi Prabu Kresna yang akan datang sebagai duta Pandawa.

Dia diutus untuk minta kepada Duryudana agar mengembalikan Negri Astina dan Indraprasta ke pangkuan Pandawa. Bisma, penasehat Kurawa bilang negeri harus dikembalikan kepada yang berhak yakni Pandawa.

Resi Durna berpendapat, sebaiknya hanya negeri jajahan saja yang diberikan kepada Pandawa. Prabu Salya, mertua Duryudana punya ide untuk para Kurawa supaya mereka tinggal di Mandaraka. Hastina diberikan kepada Pandawa.

Adipati Karna marah besar. Dia tidak setuju dengan semua pendapat para tua dan menghendaki supaya Pandawa berperang untuk merebut Hastina.

Dia bersedia mati demi Kurawa. Duryudana merasa disemangati oleh Karna. Dia punya rencana dalam hatinya untuk membunuh Kresna yang menjadi duta Pandawa.

Kehadiran Yesus Sang Duta Kebenaran Allah menjadi “klilip” bagi orang-orang Yahudi. Yesus adalah musuh kemapanan, aturan, tradisi dan politik keagamaan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pemimpin Yahudi tidak menyukai cara dakwah Yesus. “Bukankah Dia ini yang mau mereka bunuh?” gosip-gosip itu sudah beredar di tengah masyarakat.

Yesus berjalan keliling Galilea. Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea karena di sana orang-orang Yahudi berusaha membunuhNya.

Suasana penolakan dan intrik untuk membinasakan Yesus sudah tercium di antara kelompok-kelompok yang dikritik oleh Yesus. Orang Farisi, para tua-tua bangsa Yahudi, para imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat mulai bersekongkol.

Seperti Kresna Sang Titisan Wisnu, tetap datang sebagai utusan ke Astina. Yesus Sang Utusan Allah tetap mewartakan kebenaran Allah kepada manusia.

Apapun tantangan dan hambatan, Yesus tetap teguh memberitakan Kerajaan Allah dan dari mana Dia datang.

“Memang Aku kamu kenal, dan kamu tahu dari mana asalKu; namun Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, tetapi diutus oleh Dia yang benar, yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia, dan Dialah yang mengutus Aku.”

Kita dapat belajar dari keteguhan dan konsistensi perutusan Yesus. Kalau kita membawa kebenaran, kita tidak akan takut walau menghadapi aneka tantangan.

Mari kita belajar konsisten dari hal-hal yang kecil. Misalnya, dalam situasi sekarang kita tetap tinggal di rumah, sering cuci tangan demi kebersihan, menjaga kesehatan diri. Ini semua demi keselamatan bersama. Mari kita konsisten.

Bunga di taman indah warnanya
Merah kuning semerbak baunya
Diam di rumah dan jaga stamina
Ini semua demi keselamatan bersama

Cawas, saat menunggu lotek…..
Rm. A. Joko Purwanto Pr