KEMARIN ikut melayat di Kentungan. Mendengar sharing-sharing kesaksian hidup Almarhum Rm. Purwatmo, saya merasa menjumpai pribadi yang subur dan menghasilkan banyak buah-buah kebaikan.
Romo Purwatmo seperti benih yang tumbuh di tanah yang subur. Banyak sekali buah-buah yang dihasilkan dari hidup dan karyanya.
Beliau adalah pribadi yang sederhana, ramah, penuh perhatian, baik hati kepada siapa pun. Saya pernah mengalami dibimbing secara pribadi.
Suatu kali saya menulis tesis di ruang komputer Seminari Tinggi. Kami masih memakai komputer jadul. Kalau buka langsung ditanya, “How many drive?”
Karena kesalahan teknis, beberapa bab tesis saya terhapus. Habis sudah nasib saya. Putus asa dan bingung.
Tetapi Romo Purwatmo dengan sabar menelusuri kode-kode rumusan di komputer itu dan akhirnya beberapa bab tesis saya itu bisa diakses dan diketemukan lagi.
Beliau adalah orang yang mudah membantu dan “entengan”. Saya menemukan pribadi beliau itu seperti tanah yang subur.
Terimakasih Romo Purwatmo. Romo telah mengajari benih ketekunan dan kesabaran pada saya.
Hari ini Yesus memberikan perumpamaan tentang benih yang jatuh di tanah. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih itu habis dimakan burung.
Ada yang di tanah berbatu. Sebentar saja tumbuh lalu mati karena tanahnya tipis. Ada yang jatuh di tanah yang bersemak duri.
Karena dililit oleh semak duri, maka benih itu lama-lama mati. Ada yang tumbuh di tanah yang subur. Benih itu berkembang menghasilkan banyak buah berlipat-lipat.
Pribadi kita ini ibarat tanah dimana benih itu ditaburkan. Bagaimana kita menilai diri kita? apakah kita ini tanah di pinggir jalan? Tanah berbatu? Tanah yang penuh sesak dengan semak duri? Atau tanah yang subur?
Menilai kualitas tanah dapat kita lihat dari buah-buah yang dihasilkan dari sikap dan perilaku kita terhadap orang lain.
Jika kita punya banyak relasi, ada banyak teman merasa nyaman di sekitar kita, hal itu tanda bahwa sikap dan perilaku kita disukai orang.
Tetapi kalau banyak orang berusaha menghindari kita, bisa jadi kita ini bukan tanah yang subur.
Marilah kita menilai diri, tanah macam apakah kita ini di tengah sesama?
Menanam anggrek yang tumbuh melati
Baunya harum semerbak mewangi
Romo yang sederhana itu telah pergi
Tetapi teladan kesabaran dan ketekunannya tetap di hati
Muntilan, sedih ditinggal pergi
Rm. A. Joko Purwanto