KALAU dasar negara kita adalah Pancasila, orang Yahudi mempunyai Dekalog atau sepuluh Perintah Allah. Perintah Allah itu ditulis di dalam dua loh batu yang diterima Musa di Gunung Sinai.
Berdasarkan Sepuluh Perintah Allah itu kemudian dikembangkan aturan-aturan hidup bersama dalam Hukum Musa. (Keluaran 24:3) Hukum Musa berisi lebih dari 600 perintah.
Salah satu perintah yang terkenal adalah Syema, atau pengakuan iman Yahudi. Salah satu bagian Syema menyatakan, ”Engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap tenaga hidupmu.” (Ulangan 6:4-9) Yesus berkata bahwa itu adalah ”perintah yang terbesar dan yang pertama”
Oleh karena ada begitu banyak perintah dalam Kitab Taurat, masih dikembangkan lagi dalam Misnah dan Talmud, maka seorang ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “perintah manakah yang paling utama?”
Yesus mengutip syema, atau pengakuan iman Yahudi. “Tuhan Allah kita itu Tuhan yang Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu.” Yesus menambahkan, “Dan perintah yang kedua ialah, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.”
Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama itu seperti dua sisi dalam keping mata uang. Tidak bisa dipisahkan, tetapi keduanya menyatu-padu. Kasih kepada Allah terwujud dalam tindakan kasih kepada sesama.
Begitu pula mengasihi sesama menjadi jalan untuk mengasihi Tuhan yang tidak nampak. Kasih itu harus sampai pada tindakan nyata. Maka mengasihi Allah itu bisa diwujudnyatakan dalam tindakan mengasihi sesama yang kelihatan.
Yesus mengatakan kepada ahli Taurat itu, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” Ahli Taurat itu dinilai bijaksana karena ia mengamini dan menegaskan kembali apa yang dikatakan Yesus.
Kebijaksanaan seperti itu hanya membuat ia tidak jauh dari Kerajaan Allah. Ia belum masuk ke dalam Kerajaan Allah. Bagaimana supaya bisa masuk atau sampai ke dalam Kerajaan Allah? Mewujudkan dalam tindakan nyata yakni dengan mengasihi sesamanya.
Mengasihi Allah tidak cukup hanya dengan pengakuan di bibir tetapi harus terwujud nyata. Kita bisa sampai ke dalam Kerajaan Allah kalau kita bisa mewujudkan kasih kepada sesama. “Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini.”
Cukur rambut di teras rumah.
Sambil minum wedang tape di sofa.
Mengasihi Tuhan Allah.
Sama dengan mengasihi sesama.
Cawas, tetap bahagia…..
Rm. A. Joko Purwanto, Pr