MUSIM kemarau menyerang berkepanjangan di daerah Pasang Surut, area transmigrasi di Palembang. Bapak waktu itu jadi pamong lingkungan atau orang yang dituakan di tengah umat. Setiap kali kumpul untuk berdoa, keluarga-keluarga mengeluh karena persediaan makanan sudah menipis. Musim ini panen gagal. Kalau tidak ada bantuan, mereka akan mengalami kelaparan.

Bapak pusing juga memikirkan nasib mereka. Bapak minta mereka mengumpulkan uang sukarela supaya bisa pergi ke Palembang. Waktu itu terkumpul tigaratus duapuluh ribu. Hanya cukup untuk sekali jalan. Bapak nekad berangkat ke Palembang mencari bantuan supaya keluarga-keluarga di Pasang Surut bisa hidup.

Bapak menemui Romo Jaya. “Romo, menawi menda-menda ing Pasang Surut mboten dipun biyantu, kula mboten mangertos kados pundi mangke nasibipun. Persediaan uwos sampun telas.” (Romo, kalau umat di Pasang Surut tidak dibantu, saya tidak tahu bagaimana nasibnya nanti. Persediaan beras sudah menipis). Begitulah bapak mengutarakan nasib domba-domba di Pasang Surut.

Romo Jaya kemudian menghubungi beberapa umat di Palembang dan terkumpul beras dua ton, kecap dua botol dan ikan asin 4 kg. Bapak pulang ke Pasang Surut dan menyuruh beberapa orang untuk membagi-bagikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka masih tetap hidup sampai sekarang.

Saya terharu dan bangga mendengar bapak bercerita bagaimana “menghidupi” domba-domba di Pasang Surut. “Kamu harus memberi mereka makan” kata Yesus kepada murid-murid-Nya. Kata-kata itu menjadi cambuk bagi bapak menempuh perjalanan jauh dari Pasang Surut ke Palembang, agar bisa memberi makan kepada domba-domba yang kelaparan.

Bapak punya pendirian, “yen gelem obah mesti mamah” (Kalau mau kerja pasti bisa makan, berarti bisa hidup). Yesus mengajak para murid untuk “obah” agar bisa memberi hidup kepada orang lain. Walaupun hanya ada lima roti dan dua ikan, tetapi kalau kita percaya dan bekerja dengan Yesus, maka akan berkelimpahan.

“Kamu harus memberi mereka makan” tidak harus diartikan secara harafiah memberi roti. Tetapi menyapa, memberi senyuman atau anggukan, juga berarti memberi mereka makan.

Mari kita tidak malas menyapa dan memberi senyuman kepada sesama kita.

Naik pesawat terbang ke kota Medan.
Tidak lupa menikmati lezatnya durian.
Jangan malas hanya berpangku tangan.
Mari ikut terlibat memberi mereka makan.

Cawas, menunggu waktu….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr