KALIMAT di atas sering kita dengar di televisi periode tahun 80-90an pada setiap Rabu malam. Menteri Penerangan selalu melaporkan hasil sidang kabinet dan selalu keluar kalimat “menurut petunjuk Bapak Presiden.”
Boleh dikata sang menteri adalah orang paling dekat dengan presiden. Seperti anak emas atau orang kepercayaan. Ia menjabat selama tiga periode dalam Kabinet Pembangunan 1983-1997. Ia kemudian menjadi ketua MPR tahun 1998.
Ia juga salah satu orang yang mengusulkan agar Soeharto kembali menjabat sebagai presiden periode 1998-2003. Ia berusaha meyakinkan bahwa rakyat masih menghendaki Soeharto menjabat lagi dan tidak ada calon yang lebih pantas.
Pada 10 Maret 1998 Sidang MPR dengan mulus memutuskan Soeharto menjadi presiden lagi dengan suara bulat.
Namun ternyata rakyat dan mahasiswa justru menolak. Mereka berdemonstrasi mengepung gedung MPR-DPR di Senayan.
Tidak ada tiga bulan, sang ketua MPR membuat siaran pers yang menyatakan, “Pimpinan Dewan baik ketua maupun wakil-wakil Ketua mengharapkan demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri,”
21 Mei 1998, Soeharto yang sudah memimpin Indonesia selama 32 tahun akhirnya lengser.
Anak emas yang “digadhang-gadhang” bisa menjaga tahta, ternyata justru balik arah menjatuhkannya. Anak macan kalau masih kecil bisa dielus-elus jinak, tetapi kalau sudah gede bisa balik menyerang.
Itulah sebabnya mengapa ketika Soeharto sakit sampai wafatnya, ia tidak mau dikunjungi dan ditemui oleh sang anak emas ini.
Dalam perjamuan makan, Yesus mengatakan bahwa salah satu dari murid-Nya akan mengkhianati Dia. Yudas Iskariot menjual Yesus kepada imam-imam Yahudi.
Ia mengkhianati gurunya sendiri. Inilah pengkhianatan paling diingat di seluruh dunia. Diingat untuk menjadi pelajaran bagi kita semua, agar kita semua berhati-hati.
Pelajaran yang kita dapat adalah Yesus tetap konsisten melaksanakan kehendak Allah. Yesus tidak terganggu atau berhenti berbuat baik. Yesus tidak menghukum, tetapi masih bisa menerima Yudas.
Soeharto tidak mau dikunjungi atau ketemu dengan Harmoko. Yesus masih mau bertemu Yudas, bahkan menerima ciumannya di Taman Getsemani.
Tidak ada dendam dalam hati Yesus. Ia tetap menerima dan mengampuni “musuh”. “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”
Saya masih jauh dari sikap Yesus itu. Saya masih mempunyai dendam terhadap orang yang mengkhianati saya. Saya masih punya sakit hati. Saya harus terus belajar memaafkan dan menerima peristiwa pengkhianatan itu.
Saya harus belajar membuang sampah dendam itu agar bisa terbebas dari belenggu sakit hati.
Pekan suci adalah sekolah dimana saya harus belajar mengampuni terus menerus.
Mari kita lebih masuk lagi pada peristiwa akhir hidup Yesus di tiga hari ke depan agar kita belajar mengampuni.
Sungguh luas Kabupaten Wonogiri.
Di sana ada Waduk Gajahmungkur.
Betapa sakit hati ini saat dikhianati.
Hanya pengampunan obat paling manjur.
Cawas, ingat Gajahmungkur….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr