“Lampu Strongkeng”
ORANG yang masih ingat lampu strongkeng atau lampu petromaks pasti umurnya sudah di atas limapuluh tahun.
Ya, lampu ini sangat berguna dan terkenal di era tahun 70-an. Lampu berbahan bakar minyak tanah ini bisa menerangi sepanjang malam.
Biasanya dulu dipakai pada saat ada hajatan besar.
Saya sering melihat pertunjukan wayang orang di SD Banyuaeng setiap kali upacara “nyadran.”
Banyak lampu petromaks dipasang di atas panggung untuk menerangi pemain-pemain wayang yang pentas.
Para pedagang yang berjualan di lapangan juga memakai lampu petromaks ini. Penonton banyak yang datang.
Mereka tidak hanya cari hiburan, tetapi juga bermain judi. Para bandar biasanya menggelar judinya di halaman rumah warga. Mereka tidak pakai petromaks karena terlalu terang.
Namun memakai obor atau pelita. Terangnya agak remang-remang biar tidak terlalu menyolok oleh petugas polisi.
Kalau terjadi gropyokan oleh polisi, mereka bisa langsung lari tanpa harus repot-repot menyelamatkan petromaks.
Pelitanya ditinggal begitu saja. Kadang-kadang saking terburu-buru dan panik ada uang yang tertinggal di dekat pelita. Saya sering menemukannya. Lumayan dapat “cipratan….”
Petromaks atau pelita digunakan untuk menerangi agar semua bisa kelihatan jelas.
Barang itu dipasang di atas atau digantung.
Apa pun akan terlihat dan tidak ada yang tersembunyi.
Yesus memberi pengajaran kepada murid-murid-Nya dengan menggunakan gambaran pelita yang di taruh di atas kaki dian. Tidak di bawah tempat tidur.
Karena tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada suatu rahasia yang tidak akan tersingkap.
Di zaman sekarang ini kita tidak bisa menyembunyikan sesuatu. Zaman digital yang serba canggih, siapa pun yang menggunakan alat-alat digital, dia akan meninggalkan jejak digital.
Orang-orang yang suka pasang status di media digital akan mudah dilacak dan diketahui seluruh aktivitasnya.
Pelita atau Petromaks zaman ini namanya digital. Apa saja yang ditaruh di media digital akan mudah terungkap dan tersingkap.
Semua yang baik atau pun yang buruk akan diketahui. Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Orang baik akan kelihatan baiknya. Orang jahat sepandai-pandai menyembunyikan kejahatannya, suatu saat pasti akan terbongkar.
Tidak ada suatu rahasia yang tidak akan tersingkap. Lambat namun pasti suatu hari akan terungkap.
Untuk itu Yesus memperingatkan kepada kita, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar.”
Jangan sampai terlena dan terlambat. Mari kita membawa pelita untuk selalu menerangi diri kita.
Membawa pelita berarti memberi teladan akan kejujuran, dapat dipercaya, berani “blak-blakan” hidup apa adanya.
Membawa pelita berarti bersaksi dengan sebuah teladan hidup yang baik lewat perilaku dan tutur kata.
Hujan dan petir saling menyambar di angkasa.
Membuat hati dan pikiran menjadi takut.
Kejujuran dan kerendahan hati adalah pelita.
Pasanglah tinggi-tinggi sebagi kesaksian hidup.
Cawas, mari berani bersaksi….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr