74 tahun yang lalu, tepatya pada tanggal 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno memproklamirkan kemerdekaan negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan setiap tahunnya menjelang tanggal tersebut seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke turut berpartispasi dalam merayakan Hari kemerdekaan  negara kita ini. Ditahun 2019 ini Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari merayakan 17 Agustus ini dengan spesial yaitu dengan mengadakan upacara di halaman Gereja Maria Assumpta Babarsari.

Tidak hanya itu, para umat yang menjadi peserta upacara pun turut memeriahkannya dengan menggunakan baju adat. Ada yang menggunakan Kebaya, ada juga yang menggunakan Kain Ulos, ada pula yang menggunakan baju adat yang berasal dari Kalimantan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Paroki kita sendiri memiliki umat yang sangat beragam. Tidak heran bahwa paroki kita sering juga disebut sebagai Paroki Indonesia Mini, karena umat yang dimiliki dan terlibat di dalam Paroki kita memang berasal dari Sabang sampai Merauke.

Petugas Upacara pada hari ini pun diambil dari tim Pamja yang bertugas memimpin pasukan, dan Pak Budi sebagai Komandan upacara, juga OMK Don Bosco Babarsari yaitu Peter D Lim, Aldidarichie, dan Birgitha Cindy N.A sebagai Pasukan pengibar Bendera. Pembacaan teks proklamasi oleh Patrisia Jesika. Pembacaan Undang-undang Dasar 1945 dibacakan oleh Rohani Siburian. Dan pembawa Teks Pancasila oleh Jerry Make. Dengan Romo Yohanes Iswahyudi, Pr yang bertindak sebagai Inspektur Upacara yang dengan lantangnya turut membacakan Pancasila. Dalam amanat Upacaranya, Romo Iswahyudi mengatakan bahwa Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, maka memperingati hari kemerdekaan itu adalah hak semua orang untuk kemerdekaannya. Sehingga ketika kita hadir dalam upacara bukan lagi merupakan suatu kewajiban, namun kita mengambil hak kita sebagai manusia yang merdeka. Romo juga berharap bahwa Upacara memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ini akan menjadi program tetap Paroki sehingga di tahun-tahun selanjutnya upacara seperti ini akan dilaksanakan dan semakin banyak umat yang mengambil haknya sebagai rakyat Indonesia yang merdeka.

Tema Kemerdekaan kita di tahun ini adalah SDM Unggul Negara Maju, setelah selama 5 tahun Presiden Joko Widodo menggenjot dari sisi infrastruktur, maka di 5 tahun yang akan datang Presiden Joko Widodo akan menggenjot SDM kita. Dan Gereja juga memiliki peranan penting dalam membangun SDM-SDM yang unggul sehingga nantinya dengan hadirnya para SDM yang unggul ini indonesia diharapkan menjadi Negara yang kuat, makmur, dan maju. Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh Gereja maupun seluruh umat untuk menjadi bangsa yang unggul ini. Berikut beberapa hal sederhana yang bisa membangun pribadi kita menjadi SDM yang unggul:

  1. Rajin Membaca

Budaya membaca adalah hal yang penting agar kita semua memiliki wawasan yang luas. Buku tidak hanya dibeli namun juga harus dibaca. Kita sebagai umat Katholik juga sepatutnya turut serta dalam menggerakkan Budaya Membaca ini terutama di Kota ini kita cukup dekat dengan tempat-tempat yang dengan mudahnya menyediakan buku. Berbeda dengan umat-umat lain di daerah terpencil yang memiliki kesulitan untuk mengakses buku.

  1. Mengikuti pertemuan-pertemuan yang bersifat menambah pengetahuan (mengikuti komunitas)

Setia tanggal 15 setiap bulannya, Paroki kita mengadakan pertemuan Biji Sesawi dimana didalamnya kita bisa memperkaya pengetahuan kita terutama dalam hal gerejawi. Kita juga memiliki Sekolah Minggu bagi anak-anak yang belum berkomuni sebagai wadah mereka untuk menambah pengetahuan. Selain itu ada komunitas seperti PIRA dan OMK yang sering mengadakan pertemuan-pertemuan rutin untuk menamah wawasan mereka.

  1. Menjadi pribadi yang terbuka dan religius.

Kita harus menjadi pribadi-pribadi yang terbuka dan mudah di tembus oleh banyak orang sehingga kita bisa bertukar wawasan dengan mereka. Dan juga tidak hanya menjadi manusia yang bewawasan luas, namun juga menjadi manusia yang religius. Tidak ada gunanya memiliki banyak pengetahuan jika tidak diikuti dengan rohani yang kuat. Dan Gereja kita memberikan banyak kesempatan untuk mengolah kehidupan rohani kita.

Itulah amanat-amanat yang disampaikan Oleh Romo Yohanes Iswahyudi, Pr yang pada pagi hari ini bertugas sebagai Inspektur Upacara.

Merdeka adalah sebuah kata yang sering kita dengar dan kita sebutkan, bahkan mungkin kita lafalkan, sering kita dengungkan dalam keseharian.

Namun kata itu hanya sekedar kata tanpa makna. Pernahkah kita tahu apa itu Merdeka dalam arti yang sesungguhnya? Merdeka mungkin saja kita artikan berbeda-beda dalam kehidupan kita. Semakin penting suatu peristiwa, maka akan semakin tinggi pula nilai simbolik yang terkandung di dalamnya.

Merdeka adalah sebuah cita-cita yang luhur. Merdeka adalah sebuah tujuan hidup. Bahkan pendahulu kita mempunyai semboyan yang sangat popular di kalangan masyarakat kita yaitu : Merdeka atau Mati. Kata Merdeka disepadankan dan dipertaruhkan dengan nyawa.

Jaman sekarang, pada masa kita kini, pada era globalisasi, apakah kata merdeka masih mempunyai nilai yang sama dengan jaman perjuangan dahulu yaitu disepadankan dengan nyawa kita sebagai taruhannya? Apakah kita masih memperjuangkan kata merdeka dalam kehidupan kita sehari-hari?

Maka dari itu hendaklah kita semua maknai kemerdekaan ini dengan kemerdekaan yang sejati. Sebagai Umat Katholik kita juga merupakan bagian dari bangsa ini, dan sudah selayaknya kita ikut berpartisipasi dalam mewujidkan cita-cita bangsa kita ini.

Ingat kita adalah 100% Katholik 100% Indonesia. Sudah sepatutnya kita ikut ambil bagian dalam memupuk rasa Nasionalisme diantara masyarakat. Penekanan dari semangat Mgr. Soegijapranata adalah pemahaman yang benar dan utuh akan Tuhan dalam keyakinanmu harus direalisasikan dalam kehidupan bernegara. Dengan demikian, melalui peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-74 tahun dapat kiranya dijadikan sebagai momentum untuk melakukan refleksi nasional, yaitu dengan memaknai kembali nilai-nilai yang terkandung dalam spirit kemerdekaan untuk mewujudkan suatu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.