Dalam tradisi Yahudi, anak sulung harus dipersembahkan kepada Allah di Bait suci. Maria dan Yosef membawa Yesus untuk dipersembahkan kepada Allah.
Mereka membawa dua ekor burung merpati atau sepasang burung tekukur. Bukan lembu atau domba. Nampak bahwa keluarga Yosef ini keluarga miskin. Hanya bisa mempersembahkan sepasang burung tekukur.
Kendati demikian, mereka taat pada aturan hukum Taurat. Mereka adalah keluarga yang tekun dan setia pada tradisi nenek moyang.
Mereka berjumpa dengan Simeon dan Hana. Kedua nabi itu menubuatkan apa yang akan terjadi pada anak itu. Simeon merasa bahagia karena boleh menatang anak itu sebagai kepenuhan janji Allah.
Betapa bahagianya Simeon boleh menimang Sang Cahaya Sejati yakni Yesus yang sudah dinanti-nantikan kedatanganNya bagi dunia.
Begitulah orangtua sudah merasa puas jika sudah melihat kebahagiaan anak cucunya. Ia lega dan tenang kembali ke pangkuan Bapa.
Di akhir hidupnya Simeon menubuatkan bagaimana Maria harus menerima pedang yang menembus jiwanya. Kadang kita bertanya, kenapa orang baik dan saleh hidupnya menderita?
Maria sudah memanggul salib sejak awal menerima kabar sukacita. Salib Maria sudah dinubuatkan oleh Simeon. Kesucian Maria justru nampak bagaimana dia setia dan taat menjalani hidupnya.
Seperti para suci itu, semakin tinggi kesuciannya, semakin besar pula salib yang harus ditanggungnya. Tetapi juga semakin besar pula rahmat Allah dianugerahkannya.
Maria mempersembahkan anaknya yang tunggal kepada Allah. Anak adalah titipan Tuhan. Anak adalah milik Tuhan. Orangtua hanyalah dititipi agar memelihara dan mendidiknya supaya dia mengenal Allah.
Kendati pun Maria harus menerima pedang pengorbanan karena mendampingi anaknya, Maria dengan sukacita menerimanya. Sungguh besar tanggungjawab orangtua.
Maria adalah teladan kita. bagaimana dia setia kepada Allah tetapi juga tekun mendampingi putranya. Kesetiaan itu dijalaninya sampai akhir di bawah salib putranya. Maria adalah teladan kita semua. Marilah kita persembahkan hidup kita kepada Allah.
Menunggu tukang cukur sampai siang
Ternyata dia pergi ke Wuhan
Hati Maria ditembus pedang
Karena hidupnya menjadi teladan
Cawas, mendung menggelayut
Rm. A. Joko Purwanto Pr