SULIT menghadapi kelompok WTS (Waton Sulaya) atau kelompok “Daniel Waluya” (Dikandhani ngeyel waton sulaya). Mereka itu asal melawan dan berusaha menjatuhkan.
Hantam dahulu urusan belakang, itulah prinsipnya. Pokoknya lawan!!!! Asal sudah keluar kata “Pokoknya”, sulit untuk dijelaskan baik-baik. Diajak dialog pun, yang keluar urat di leher makin tegang.
Beberapa waktu lalu, kita bisa melihat dan mendengar, bagaimana Presiden didesak untuk membuat keputusan lockdown secara nasional. Dia dikritik tidak berbuat apa-apa, lambat bertindak, dicemooh oleh lawan politiknya.
Ditengah situasi genting itu, ibundanya dipanggil Tuhan. Orang-orang yang tidak menyukainya, mengkritik dengan pedas seolah tidak mau mengerti bagaimana perasaan kehilangan orang yang dikasihinya.
Namun Presiden tetap tenang, tegar dan sabar menghadapi semuanya. Akhirnya dibuatlah keputusan Presiden tentang gugus tugas percepatan penanganan virus corona.
Lalu dibuat Kepres Pembatasan Sosial Berskala Besar. Namun bagi kelompok WTS dan Daniel Waluya, tindakan apa pun akan selalu dilawan dan ditolak, dan dianggap salah.
Pertentangan Yesus dengan orang-orang Yahudi tidak hanya secara ideologi atau perdebatan mulut saja, namun sudah sampai pada permusuhan secara fisik.
Mereka ingin melempari Yesus dengan batu. Orang yang sudah dihinggapi rasa benci, perbuatan baik apa pun tidak akan diterima.
Yang tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi adalah bahwa Yesus menyebut diri-Nya berasal dari Allah. Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Bagi mereka Yesus dianggap menghojat Allah.
Apa pun yang diperbuat oleh Yesus tidak bisa diterima orang-orang Yahudi. Walaupun Yesus menyembuhkan orang sakit, memelekkan orang buta, membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang lumpuh, namun hal itu tidak dianggap sebagai karya Allah. Prinsipnya mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Allah.
Dibutuhkan keterbukaan dan kerendahan hati untuk bisa memahami Yesus adalah Allah. Semua karya dan hidup Yesus menampakkan kebaikan Allah. Bagi orang yang tetap tegar hatinya, akan sulit memahami akan hal ini.
Berbuat ini salah, berbuat itu juga salah. Semua serba salah. Orang-orang seperti itu layaknya buaya yang mulutnya menganga menanti jatuhnya mangsa. Dia serang kanan kiri dan betapa senangnya kalau musuhnya itu jatuh.
Hari-hari ini kita akan mendengarkan bagaimana Yesus dengan tegar, namun tetap tenang menghadapi lawan-lawan-Nya. Mendekati pekan suci, makin terasa bagaimana tajamnya perbedaan paham Yesus dengan orang-orang Yahudi.
Marilah kita juga tegar memasuki pekan suci yang sulit dengan kondisi wabah corona ini.
Pengumuman Pak Lurah hadapi pandemi.
Tidak boleh kumpul para suami istri.
Ikut Yesus mewartakan kebenaran sejati.
Tantangannya berat dan bertubi-tubi.
Cawas, puasa dulu…
Rm. A. Joko Purwanto Pr