Prapaskah dan Nyepi

KEMARIN umat Hindu Bali merayakan Hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan Kalender Saka.

Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi yang hingar bingar, perayaan ini dimulai dengan menyepi. Tidak ada kegiatan apa pun, karena semua orang melakukan “catur brata” yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan.

Amati geni berarti tidak menyalakan api atau lampu selama 24 jam. Amati karya berarti tidak melakukan aktivitas kerja. Semua orang tinggal di dalam rumah.

Amati lelungan berarti tidak bepergian. Bandara Ngurah Rai tidak ada aktivitas selama Nyepi. Amati lelanguan artinya tidak menikmati hiburan. Tidak ada bunyi musik atau tetabuhan. Hari itu sunyi senyap. Dunia terasa mati.

Setiap agama punya tradisi puasa. Dalam Islam ada bulan Ramadhan. Di Katolik ada masa Prapaskah, masa pertobatan.

Dalam tradisi Jawa juga ada macam-macam puasa yang bisa dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan kita, misalnya puasa ngebleng, puasa ngrowod, puasa mutih, puasa pati geni.

Ada juga istilah “tapa ngrame.” Tradisi itu dimaksudkan untuk menyucikan diri, membersihkan dari segala nafsu dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Dalam tradisi Yahudi juga ada waktu puasa. Maka murid-murid Yohanes menanyakan kepada Yesus, mengapa murid-murid-Mu tidak berpuasa.

Bagi Yesus puasa tidak hanya sebuah ritual demi melakukan aturan agama. Puasa adalah saat dimana ada jarak antara manusia dengan Allah.

“Dapatkah sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka,dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Saat mempelai yakni Yesus tidak bersama mereka, itulah waktu untuk berpuasa.

Puasa adalah masa pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

Puasa itu tidak hanya tidak makan minum, tetapi puasa juga bisa dilakukan dengan beramal kasih dan banyak berdoa.

Seperti umat Hindu, membuka tahun baru dengan “Nyepi,” mereka berusaha menyucikan diri pribadi dan alam semesta.

Kalau kita menghargai alam, pasti semesta juga akan memberi berkah pada kita.

Segala sesuatu yang diawali dengan niat baik, suci, bersih, maka hasilnya juga akan baik.

Kita juga berharap puasa kita tidak hanya rutinitas tahunan belaka. Tetapi sungguh-sungguh membawa perubahan dari dalam.

Ada pertobatan batin yang mewujud dalam tindakan kebaikan bersama.

Semoga puasa kita tidak hanya untuk pertobatan diri, tetapi juga berguna bagi kehidupan sesama. Aksi Puasa Pembangunan menjadi bermakna sosial.

Naik sampan menyusuri sungai,
Berhenti sejenak di sebuah dermaga.
Puasa bikin hati menjadi damai,
Makin mengasihi Tuhan dan sesama.

Cawas, mawas diri sendiri….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr