Menteri Penerangan.

WAKTU kecil saya tinggal di desa. Zaman itu belum ada listrik. Penerangan satu-satunya adalah lampu minyak.

Kami punya petromak. Dinyalakan kalau ada acara bersama seperti doa lingkungan atau hajatan.

Lampu teplok untuk kebutuhan harian. Kami belajar memakai lampu teplok.

Ada lampu ting, yakni botol minyak dikasih sumbu. Lampu kecil ini dipasang di depan rumah sebagai “panjeran” sampai pagi.

Kalau malam minggu, setelah doa lingkungan, kami sering ajak teman-teman “nyuluh” yakni mencari belut atau ikan di sawah dengan penerangan petromak.

Belut-belut itu muncul di permukaan pada malam hari. Kami tinggal pukul dengan besi seperti pedang panjang, lalu belut itu dimasukan ke kepis yang diikatkan di pinggang.

Seru sekali kalau banyak belut di sawah. Tapi kami juga pernah ketemu ular yang mirip-mirip belut.

Kalau ketemu ular, orang berfirasat akan bernasib sial. Pasti tidak akan mendapat apa-apa. Lebih baik pulang atau “njabuti ketela” di sawah.

Masa itu lampu penerang sangat bermanfaat bagi banyak kehidupan.

Belum banyak orang punya pesawat TV. Baru sebagian orang yang tergolong kaya saja. TV dihidupkan memakai accu.

Kami numpang nonton rame-rame di rumah Pak Lurah Martosudarmo atau Pak Carik Sugi.

Waktu itu serial TV favorit adalah tinju Mohamad Ali atau ketoprak “Manggalayuda Sudira” dari Stasiun TVRI Yogyakarta.

Belum ada TV berwarna, hanya TV hitam putih. Stasiun TV juga baru ada TVRI saja.

Acara ketoprak biasanya setelah tayangan Dunia Dalam Berita oleh Toety Aditama

Paling sebel kalau diselingi laporan Sidang Kabinet oleh Menteri Penerangan yang melaporkan harga-harga kebutuhan pokok.

Pak Menteri punya litani khusus dengan kata-kata; “menurut petunjuk Bapak Presiden…”

Penerangan yang tidak membawa kegembiraan.

Kalau malam bulan purnama, kami main di rumah “mBah Ulu-ulu” yang punya halaman luas untuk main ”gobak sodor.”

Biasanya bulan sangat cerah sehingga cuma diterangi dengan lampu ting saja sudah cukup. Cahaya lampu dan bulan sangat berguna, memberi kegembiraan dan sukacita bagi seluruh warga.

Yesus berkata, “Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Kedatangan Yesus membawa sukacita; orang buta bisa melihat, orang bisu bisa berbicara, orang tuli bisa mendengar, orang sakit disembuhkan dan orang mati dibangkitkan.

Ia datang memberi harapan dan sukacita. Para pemungut cukai yang dikucilkan masyarakat didekati.

Perempuan berdosa diampuni. Orang-orang kecil mendapat kabar Kerajaan Allah yang merangkul semua.

Namun bagi mereka yang tertutup nuraninya, hati mereka tetap gelap. Kaum Parisi dan ahli-ahli kitab justru menolak Dia.

Mereka diliputi kegelapan. Tidak ada secercah terang di hati mereka. Orang yang berjalan dalam kegelapan akan mudah tersesat.

Begitu juga hati yang gelap sering salah bertindak dan mengambil keputusan.

Maukah anda membuka hati agar memperoleh Kristus Sang Terang Kehidupan?

Jika anda membawa Terang Kristus, pasti anda tidak tersesat dan hidup dalam sukacita.

Malam purnama bermain gobak sodor.
Berkejar-kejaran dengan teman-teman.
Yesus Kristus laksana sebuah Obor,
Yang menuntun kita pada keselamatan.

Cawas, Terang bawa sukacita…..
Rm. A. Joko Purwanto, Pr