“Yerusalem: The City of Peace”

ORANG Kristiani yang berziarah ke Tanah Suci pasti mengunjungi Kota Yerusalem. Yerusalem artinya the city of peace, kota damai.

Tetapi pada kenyataannya sepanjang sejarah kota ini tak pernah damai. Kota ini selalu menjadi rebutan tiga agama samawi, Yahudi, Kristen, Islam.

Pada sekitar 2.110 Sebelum Masehi, Abraham merebut Yerusalem dari Raja Elam. Imam Agung Melkisedek memberkati Abraham dan keturunannya.

Karena kekeringan, keturunan Yakub atau Israel mengungsi ke Mesir. Musa memimpin Israel keluar dari Mesir dan merebut tanah Kanaan. Berulang kali terjadi peperangan merebut wilayah Tanah Terjanji.

Akhirnya Daud sebagai raja berhasil menyatukan Israel. Ia menjadikan Yerusalem sebagai pusat pemerintahannya dan Salomo berhasil membangun Bait Allah di Yerusalem. Zaman Daud, Yerusalem mengalami damai sejahtera.

Nebukadnesar, Raja Babilonia menghancurkan Yerusalem dan Bait Sucinya tahun 423 SM. Lalu dibangun lagi pada zaman Raja Koresy tahun 352 SM.

Kekaisaran Romawi menghancurkan kenisah pada tahun 70 Masehi. Silih berganti Yerusalem diduduki oleh berbagai bangsa. Darah dan air mata menggenangi kota suci Yerusalem. Kota damai yang tidak pernah mengalami damai.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu.”

Damai yang diberikan dunia itu seperti yang dialami Yerusalem. Menyebut diri sebagai kota damai tetapi tidak pernah merasakan damai. Itulah damai yang diberikan dunia. Damai semu, tidak abadi dan hanya bersifat duniawi.

Yesus memberi damai sejati yang abadi yakni bersatu dengan Bapa di surga. Yesus pergi kepada Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita. Damai yang bukan duniawi tetapi damai surgawi. Wafat dan kebangkitan-Nya menjadi jaminan damai abadi.

“Jangan gelisah dan gentar hatimu, Percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku.” Percaya kepada Yesus akan membawa kita memperoleh damai sejahtera yang abadi.

Mau lebaran pasar makin ramai.
Kita harus hati-hati masih ada pandemi.
Yesus datang membawa damai.
Damai di hati juga damai di bumi.

Cawas, Damai bagimu…..
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr