SEDANG beredar di WAG tentang berita kematian. Tulisan di bawah foto seseorang itu berbunyi: “Pengingat hidup. Berita kematian Denni Permadi Gautama, CTO Traveloka di usia 39 tahun menghenyakkan saya.

Betapa tidak. Ia sedang berada di puncak hidupnya. Usia muda. Jabatan tertinggi di perusahaan yang dirintis kemudian jadi terbesar. Apalagi yang tidak?

Tadinya, kantong obat berisi penekan asam lambung, penenang dari kecemasan, aneka vitamin, overdosis cafein yang tidak bisa direhabilitasi, adalah hal biasa.

Temen2 saya juga mengalami hal yang sama seperti saya. Kalau lagi cerita ttg betapa kami stress terjepit antara menghadapi milenials dan tuntutan investor biar segera sukses, kami tertawa dalam sendawa merayakan gas lambung yang naik.

Tapi pagi ini, semesta serius. Jangan bercanda dalam stress. Kamu bukan superman. Tubuhmu ada batasnya. Akhir Juli 2019.”

Inilah yang dihadapi kaum milenials, memburu prestasi dan kesuksesan tertinggi. Tak kenal lelah merintis sebuah perusahaan, menuju puncak karier menjanjikan.

Tuntutan pekerjaan harus mengurbankan private time, relasi keluarga, bahkan kesehatan tak terjaga.

Akhirnya limbung juga oleh keterbatasan tubuh yang ringkih. Mati dalam usia muda dan produktif.

Siapa tidak kenal Steve Jobs pendiri Apple Com, NeTX, dan Pixar Studio yang menghasilkan milyaran dollar. Berada di puncak kesuksesan, kekayaan melimpah ruah.

Kerja sangat keras tak kenal waktu sejak umur 20an. Namun kanker pankreas menggerogoti tubuhnya. Ia wafat di usia 56 tahun.

Nasehatnya menjelang kematiannya sangat bagus, “Waktu hidup anda terbatas. Jangan sia-siakan menjalani hidup dengan orang-orang terdekat yang anda cintai.” Popularitas, kekayaan, kesuksesan bukan segala-galanya.

Hari ini Yesus mengingatkan kepada kita semua, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu.”

Uang dan harta memang diperlukan untuk hidup di dunia ini. Tetapi kita harus sadar bahwa Tuhanlah penyelenggara hidup kita. Kaya di hadapan Allah tidak dihitung dari jumlah hartanya di dunia, tapi seberapa besar harta digunakan untuk menolong sesama yang miskin dan menderita.

Sekali lagi Yesus menegaskan, “Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Mutiara yang paling indah adalah keluarga

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr