PADA suatu kali saya diundang untuk memimpin misa syukur ulangtahun di sebuah panti asuhan.
Keluarga itu merayakan hari ulangtahun anaknya yang ke tujuh belas. Anak itu meminta sendiri kepada orangtuanya agar pesta diadakan di panti asuhan yang telah dia pilih.
Di panti itu ada banyak anak yatim piatu. Selain disiapkan kue tart, anak itu telah menyediakan juga hadiah-hadiah untuk semua penghuni panti.
Saya melihat orangtuanya terharu menitikkan airmata ketika melihat anaknya dengan sukacita melayani anak-anak yatim.
Ia lari sana lari sini melayani anak-anak yang duduk di kursi roda. Wajahnya berbinar melihat anak-anak panti ikut bersukacita pada hari istimewanya.
Ketika pesta usai, di mobil saya mendegar mamanya bertanya, “Nak mengapa kamu melakukan semua ini?” Anaknya menjawab bijaksana,
“Mah, kita ini sudah banyak berkat. Masih banyak anak-anak yang tidak beruntung seperti saya. Saya ingin mengajak mereka bahagia dengan membagi berkat itu.”
Mamanya memeluk anak itu dan sambil terisak berkata, “Engkau telah mengajari kami cinta yang luar biasa, anakku.”
Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita untuk mencintai tanpa pamrih. Yesus berkata,
“Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Maka engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Mengajari cinta tanpa pamrih itu sulit. Tetapi bisa kita lakukan kepada anak-anak kita sejak kecil.
Kita ajari mereka untuk memberi kolekte di gereja. Kita ajari mereka memberi sedekah kepada orang miskin di jalan-jalan.
Kita ajari mereka membagi permainannya dengan teman. Kita ajak mereka berkunjung ke panti asuhan agar mereka bisa melihat ada banyak orang yang tidak seberuntung kita.
Tentu mereka juga harus melihat teladan dari orangtuanya. Orangtua tidak hanya mengajari tetapi juga harus memberi teladan dengan melaksanakan.
Yesus mengajarkan kepada kita untuk memberi tanpa mengharap balasannya. Biarlah Tuhan yang akan membalasnya.
Jika tangan kananmu memberi, janganlah diketahui oleh tangan kirimu. Pesan itu jelas mengatakan bahwa kebaikan itu biarlah tetap kebaikan tanpa menghitung untung dan rugi. Selama kebaikan diukur dengan untung rugi maka nilai kebaikan itu justru akan hilang.
Marilah belajar memberi tanpa mengharap balasannya. Dengan demikian keluhuran budi baik kita hanya Tuhan saja yang mengetahuinya.
Lari-lari ke tengah hutan
Bertemu dengan singa sang rajanya
Memberi tanpa mengharap balasan
Adalah keluhuran yang tak ternilai harganya.
Atmidirono suatu sore yang indah
Rm. A. Joko Purwanto Pr