Menurut perhitungan Bank Dunia, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sekitar 10 persen dari total populasi dunia. Angka itu turun 36 persen dibandingkan pada era-1990-an.

Dari angka 10 persen itu, 15,7 persen berada di Negeria. Sedangkan di Indonesia terdapat 2,1 persen. Namun tingkat kesenjangan kaya-miskin di Indonesia justru meningkat.

Bank Dunia menyimpulkan empat penyebab meningkatnya tingkat kesenjangan kesejahteraan atau pendapatan masyarakat Indonesia.

Pertama, kesempatan atau peluang mendapat hidup layak tidak setara. Lead Economist Bank Dunia Vivi Alatas menyebut, ketimpangan dimulai sejak anak-anak lahir, terutama di pelosok daerah.

“Ketika lahir, anak-anak kehilangan kesempatan mendapatkan akses sanitasi, kesehatan, dan pendidikan,” katanya.

Kedua, ketidaksetaraan pekerjaan. Pekerja yang punya keahlian tinggi menerima kenaikan gaji namun pekerja kasar tidak memiliki peluang untuk meningkatkan keahliannya. Alhasil, mereka terjebak dalam produktivitas rendah, sektor informal dan gaji rendah.

Ketiga, terpusatnya kekayaan pada segelintir orang yang kemudian diturunkan ke generasi berikutnya.

Keempat, rentan terhadap goncangan perubahan ekonomi. Sekitar 28 juta orang Indonesia saat ini tergolong miskin dan 68 juta orang termasuk rentan miskin. Kelompok inilah yang bisa terporosok bila ada guncangan ekonomi.

Melihat kondisi masyarakat seperti ini, kita diajak untuk meneladan sikap Yesus seperti dalam bacaan Injil hari ini. “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan.”

Yesus punya belarasa yang tinggi terhadap orang yang menderita. Ia mengajak murid-muridNya untuk menolong mereka. Yesus mengajari mereka untuk bertindak jika menghadapi orang sakit, menderita, kelaparan.

Kita bisa menolong tanpa harus menunggu kita kaya atau berkelimpahan. Para murid hanya mempunyai 7 roti dan beberapa ikan kecil. Tetapi yang sedikit itu sangat berguna bagi banyak orang yang membutuhkan. Tuhan berkarya melipatgandakan yang sedikit menjadi banyak, bahkan ada sisanya.

Yang pertama harus dibangun adalah sikap peduli, belarasa. Kedua adalah bertindak semampu kita. kalau kita mau berbagi, pasti akan ada kelebihan. Tuhan akan melengkapi kekurangan kita. Maukah kita peduli kepada orang yang menderita di sekitar kita?

Kalau lagi sakit
Rasanya cuma pengin mencubit
Mau berbagi sedikit
Tuhan membuatnya menjadi bukit

Cawas, Mendung hanya berkedip
Rm. A. Joko Purwanto Pr