Membaca Firasat

BEBERAPA orang mempunyai kepekaan membaca atau melihat tanda-tanda. Mereka mampu menterjemahkan kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Firasat itu adalah sebuah gambaran tentang apa yang akan terjadi. Ada gelagat atau tanda yang akan menimpa seseorang.

Ada orang yang mempunyai kecakapan mengetahui sesuatu dengan melihat perilaku, kejadian, peristiwa atau gerak tubuh, tutur kata seseorang. Alam punya cara untuk berbicara dengan kita.

Masyarakat di lereng Merapi misalnya, paham kalau binatang-binatang turun gunung dan lari ke kampung, menjadi tanda bahwa “Mbah Merapi akan batuk.”

Gunung Merapi akan mengeluarkan lahar atau meletus. Warga harus bersiap-siap.

Ada orangtua yang sakit lama. Ia berperilaku selalu membuang semua pakaian yang dikenakan. Kata-katanya selalu ingin pulang ke rumah. Ia ingin ketemu dengan orang-orang yang sudah meninggal.

Perilaku seperti ini bisa sebuah firasat atau gelagat tentang apa yang akan terjadi.

Beberapa dari keluarga ada yang peka. Mereka datang minta romo memberi sakramen minyak suci.

Setelah didoakan dan menerima sakramen, orang yang sakit itu tenang. Beberapa hari kemudian meninggal dalam damai. Ia berpulang ke rumah Bapa di surga.

Sabda Yesus itu seperti sebuah firasat. Ia berkata kepada orang banyak, “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.”

Orang Yahudi tidak peka akan kata-kata-Nya. Mereka tidak paham dengan sabda-Nya.

“Apakah Dia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya; Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?”

Orang Yahudi tidak mampu menangkap kata-kata Yesus. Sampai-sampai Yesus berkata, ”Apalah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu.”

Daya tangkap intuisi mereka tidak sampai. Apalagi ketika Dia berbicara tentang Bapa-Nya. Mereka tidak mengerti dan tidak peka.

Ia datang dari Bapa. Ia melaksanakan kehendak Bapa. Pekerjaan-pekerjaan Yesus itu berasal dari Bapa-Nya.

Dia diutus oleh Bapa. sebagai Utusan, Dia senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.

Kalau orang memiliki intuisi atau kepekaan nurani, ia dapat menangkap pesan yang dibawa oleh Yesus.

Seperti para penjaga yang berkata, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti itu.”

Para penjaga itu bisa melihat gelagat, merasa ada firasat bahwa kata-kata dan tindakan Yesus itu bukan sekedar dari manusia.

Mari kita mengasah kepekaan hati nurani agar mampu membaca rencana dan kehendak Allah bagi kita.

Dengan demikian kita bisa menyelaraskan sikap, tindakan dan tutur kata dengan sikap Allah sendiri.

Senam sehat pada hari Jum’at.
Lanjut ke warung beli soto babat.
Kalau kita peka membaca firasat,
Kita akan melakukan tindakan tepat.

Cawas, menempa kepekaan hati….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr