“Bonum Facere”

HARI ini kita memperingati Santo Bonifacius, uskup dan martir. Orang sering bertanya, apalah artinya sebuah nama. Nama sangat bermakna, karena nama adalah identitas dan karakter diri seseorang.

Bonifacius berasal dari kata Bonum (baik) dan Facere (melakukan, mengerjakan). Bonifacius berarti seorang yang melakukan kebaikan, dermawan, baik hati kepada orang lain.

Sewaktu bertugas di Nanga Tayap, saya kenal dengan seorang bapak. Namanya Ignatius Redes. Walaupun baptisnya Ignatius tetapi kedermawanannya seperti Bonifacius.

Ia sering membawa persembahan ke pastoran berupa aneka hasil ladangnya. Kadang membawa pisang, ubi, rebung, labu, dan sayuran. Kalau pas dapat hasil buruan, dia membawa lauk ke pastoran.

Orangnya sederhana. Ia tidak kaya, dibanding orang-orang sekampungnya. Tetapi ketulusan dan kedermawanannya sungguh luar biasa.

Ia suka menolong tetangga-tetangga di kampungnya, Betenung. Kegiatan menggerejanya juga sangat aktif. Kapan pun diajak romo untuk ikut turne ke kampung-kampung, dengan senang hati di jalani dengan gembira.

Ia pernah berkata, “Saya ini tidak punya apa-apa Romo, hanya tenaga dan waktu yang bisa saya persembahkan kepada Tuhan.”

Dalam bacaan hari ini, Yesus memperingatkan kepada para ahli-ahli Taurat yang menipu umat dengan pameran kemunafikan. Mereka suka berjalan-jalan dengan pakain suci, suka dihormati. Mereka mengelabui orang dengan doa-doa berbuih-buih serta mencaplok kaum lemah seperti janda- dan yatim piatu.

Lalu Yesus menunjukkan contoh keteladanan seorang janda miskin yang memberi persembahan dari kekurangannya. Orang-orang kaya memberi dari kelimpahannya. Mereka tidak merasa kekurangan.

Tetapi janda miskin itu memberikan segala miliknya. Ia sudah tidak punya apa-apa lagi. Semuanya dipersembahkan kepada Tuhan. Seluruh nafkahnya diberikan untuk Tuhan.

Beranikah kita memberikan semuanya untuk Tuhan? Ataukah kita masih berhitung-hitung untung ruginya jika memberi persembahan?

Mari kita meneladan St. Bonifacius, yang senantiasa berbuat baik bagi Tuhan dalam diri sesamanya.

Mawar biru terlihat di taman.
Dipetik untuk hias altar gereja.
Jika kita mau mengasihi Tuhan,
Berbagilah kepada saudara yang menderita.

Banyuaeng, syukur atas cinta…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr