TAHUN 1985 banyak warga Kedungombo digusur demi pembangunan sebuah waduk. Mereka tidak mendapat ganti rugi yang layak.

Bahkan mereka yang berjuang menuntut haknya dicap sebagai PKI. Romo Mangunwijaya mengambil sikap tegas, berdiri di pihak mereka.

Ketika warga Kali Code akan digusur, Romo Mangun ikut membela mereka. Ia tinggal bersama mereka di bantaran sungai dan mendampingi warga.

Yesus memanggil Matius seorang pemungut cukai. Bagi kebanyakan orang, Matius dipandang sebelah mata.

Pekerjaan sebagai pemungut pajak dicibir oleh masyarakat karena dia anteknya penjajah Romawi. Ia dianggap pengkhianat bangsanya.

Maka para pemungut cukai dijauhi dan disingkiri masyarakat. Ia dianggap sebagai pendosa.

Yesus tidak demikian. Matius adalah seorang pribadi yang pantas dihargai dan diterima. Yesus bisa memisahkan antara pribadi dan pekerjaan.

Ia memanggil Matius menjadi muridNya. Ia menerima Matius sebagai pribadi yang dikasihi Allah sama seperti yang lainnya.

Maka Yesus bergaul akrab dengannya. Yesus makan bersama dengan mereka.

Tentu saja tindakan ini menimbulkan pro dan kontra. Orang-orang menganggap Matius berdosa.

Mereka juga melihat Yesus sebagai guru yang suci, yang datang dari Allah. Mereka tidak bisa menerima yang suci bersatu dengan yang berdosa.

“Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus menjawab pertanyaan mereka. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Aku datang bukannya untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Jawaban ini menunjukkan dengan jelas kedatangan Yesus untuk menyelamatkan. KeberpihakanNya kepada orang berdosa, tersingkir dan dikucilkan sangat nampak di sini. Ia berdiri di pihak mereka.

Jangan mudah mengikuti omongan atau penilaian banyak orang karena belum tentu benar. Yesus dengan tegas menunjukkan sikapnya.

Ia tidak ikut-ikutan menghakimi seperti kebanyakan orang. Ia berdiri pada posisi yang tegas dan tak terbantahkan.

Beranikah kita mengambil sikap tegas dalam membela orang lain? Ataukah kita lebih mengikuti omongan orang banyak karena takut?

Berdiri di pinggir jalan
Menanti mobil jemputan
Membela orang yang dikucilkan
Kita juga akan jadi korban

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr