“Ekaristi Sebuah Kebutuhan”
APAKAH ini suatu kebetulan? Saya pikir bukan. Tuhan sudah mengatur semuanya. Minggu lalu, Hari Raya Tritunggal Mahakudus, kami peringati setahun ibu menghadap Bapa. Sehari kemudian, pada pesta Maria mengunjungi Elisabet, Bapak mengunjungi ibu di surga.
Hari ini, Perayaan Tubuh dan Darah Kristus, kami merayakan ekaristi keluarga untuk mendoakan tujuh hari bapak. Kami percaya bapak ikut perjamuan Tuhan di surga. Peringatannya ada di hari-hari istimewa.
Selama masa pandemi, bapak tidak bisa ikut perjamuan ekaristi karena usia lanjut. Bapak merasa sedih dan rindu untuk ikut ekaristi. Satu tahun lebih hanya ikut ibadat di kapel dan dikirim komuni.
“Ada yang kurang kalau tidak ikut ekaristi di gereja.” kata beliau. Ekaristi bagi bapak sudah merupakan kebutuhan.
Waktu mulai diperbolehkan ikut misa harian, bapak senang sekali. Tiap hari pergi ke gereja, walau jarak rumah dengan gereja cukup jauh. Tetapi bapak sangat gembira diperbolehkan aktif menyambut Tubuh Kristus. Sampai akhirnya beliau sakit dan tidak bisa ekaristi lagi. Beliau sudah diperkenankan Yesus ikut perjamuan di surga.
Hari ini adalah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Tuhan sungguh mengasihi kita sampai Dia mengorbankan diri untuk menyelamatkan kita. Dia memberikan Tubuh-Nya menjadi makanan dan Darah-Nya menjadi minuman. Ekaristi adalah pemberian diri Allah kepada manusia.
Ekaristi adalah kesempatan bersyukur dan memuji Tuhan yang maha setia dan penuh kasih. Ekaristi juga pengenangan wafat dan kebangkitan Kristus. Karena wafat-Nya kita diselamatkan dan karena kebangkitan-Nya kita diangkat kembali kepada Bapa.
Kita menghidupkan kembali peristiwa korban Kristus dalam Ekaristi. Dari situ kita hidupkan kembali Yesus yang mengorbankan diri.
Di akhir Ekaristi kita diutus untuk berbagi, mewartakan kasih Tuhan kepada semua orang.
“Ite misa est”, Pergilah, kalian diutus. Karena Kristus telah membagikan hidup-Nya bagi kita, kita pun diutus membagikannya kepada sesama.
Kasih Tuhan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi kasih itu akan hidup kalau dibagikan. Jangan lupa setelah Ekaristi, anda diminta “like and share.”
Jangan hanya berhenti dan diam tak mau berbagi.
Ke warung membeli kopi.
Minum secangkir bikin hepi.
Rajin-rajinlah ikut Ekaristi.
Kasih Tuhan tidak akan berhenti.
Banyuaeng, makasih teladan bapak…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr