“SELAMA sebelas tahun kami tiada henti-hentinya berziarah di Sendang ini Romo” kata sepasang suami istri di bawah pohon beringin yang teduh. “Setiap jumat pertama kami datang ke sini dengan ujub khusus minta dikaruniai anak” sahut istrinya.

Pada tahun kedua belas, pasangan ini diberi seorang anak laki-laki. Mereka menunggu duabelas tahun dalam bahtera perkawinan.

Sang istri pernah hampir putus asa. Tetapi suaminya sangat sabar dan percaya pada sabda Tuhan, ”Mintalah maka kamu akan diberi.”

Sebulan sekali ia memboncengkan istrinya dengan sepeda motor berdoa kepada Bunda Maria di Sendang Sriningsih yang teduh.

Iman dan ketekunan itu membuahkan sukacita. Tuhan mengabulkan permintaan mereka setelah dua belas tahun berjuang. Sekarang anak itu masuk seminari. Mereka tetap ikhlas dan tidak berhenti berdoa.

Dalam Injil hari ini ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan. Ia percaya kepada Yesus, ”asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Imannya sungguh besar.

Wanita itu yakin dengan menyentuh ujung jubah Yesus, dia akan disembuhkan. Yang penting bukan jubahnya, tetapi imannya yang besar itulah yang menyembuhkannya.

Saya teringat kalau ada perarakan Sakramen Mahakudus, orang-orang berjajar di jalan yang dilewati imam. Mereka menyentuh jumbai velum, menciuminya, berlutut dan menyembah Yesus yang lewat.

Mereka sangat percaya. Memang bukan jubahnya yang menyembuhkan, tetapi iman kepercayaan kitalah yang utama. Sebab Yesus berkata, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan dikau.”

Ziarah ke Sendangsono atau Kerep atau Sriningsih tanpa disertai iman hanyalah piknik atau rekreasi semata. Ziarah tanpa iman tidak lebih dari sekedar jalan-jalan belaka.

Bahkan ke Lourdes atau Fatima, jika tidak ada iman tidak ada gunanya. Iman yang dalam disertai dengan usaha yang tekun dan terus menerus, itulah yang akan berbuah berkat.

Kalau doa tidak dikabulkan, kita lalu berhenti dan tidak mau berdoa. Kita merajuk kepada Tuhan, “ngambek” tak mau berdoa atau ke gereja.

Kita mesti belajar dan meneladan sikap wanita yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan itu. Ia percaya dan berusaha dapat menyentuh sedikit jubah-Nya saja, ia yakin akan sembuh.

Entah lama atau sebentar, panjang atau pendek usaha kita, kita mesti tetap percaya kepada Yesus.

Naik scoopy berkeliling ke Yogyakarta.
Tidak lupa singgah di kantin Bethesda.
Jangan pernah berhenti untuk percaya.
Anugerah-Nya suatu saat pasti akan tiba.

Cawas, memuntahkan ide….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr