PADA awalnya saya kagum dengan seorang ibu yang sangat aktif berkegiatan di gereja. Dia pegang timja panggilan. Bahkan menjadi donatur bagi para seminaris di paroki. Masih juga membantu mengajar katekumen. Tugas utamanya adalah guru agama di sekolah. Kesibukan pelayanan di gereja sungguh luar biasa. Bisa dikatakan hari-harinya sebagian besar untuk “melayani”.

Pernah suatu hari minggu saya memimpin misa, ibu itu menjadi lektor. Saya memberkati perkawinan, ibu itu masuk di kelompok koor. Saya ikut rapat persiapan baptisan bayi, ibu itu ikut hadir dalam rapat. Dia terlibat dalam rekoleksi orangtua calon baptis. Sore hari ada rapat tim panggilan paroki, ibu itu memimpin rapatnya. Dari pagi sampai malam, waktunya dipakai untuk gereja. Saya berpikir kapan ada waktu untuk keluarga, suami dan anak-anaknya?

Ketika ditelusuri lebih jauh, kesibukan melayani di gereja itu sebenarnya hanya pelarian saja. Ternyata keluarganya berantakan. Keluarga “broken home.” Suaminya punya WIL. Kalau di gereja duduk bersama, kelihatan baik. Tetapi di rumah tidak saling tegur sapa. Anak-anaknya tinggal di apartemen. Tidak ada komunikasi baik antar anggota keluarga. Rumah ibarat hotel bintang lima. Hanya menjadi tempat meletakkan kepala.

Saya pernah mengajak berdialog, supaya keluarga lebih diutamakan daripada kesibukan di berbagai kegiatan. Jangan sampai keluarga dikurbankan. Sibuk di berbagai kegiatan hanya menjadi alasan untuk lari dari keluarga. Jangan merasa bangga kelihatan baik di luar, tetapi di dalam keluarga hancur berantakan.

Injil hari ini berbicara tentang Marta dan Maria. Marta sibuk melayani Yesus dan para murid-Nya. Ia lari kesana kemari menyibukkan diri dengan berbagai urusan. Ada orang yang bangga kalau dilihat sedang punya banyak kesibukan. Ia senang dipuji karena punya banyak prestasi. Kita tidak tahu bahwa di dalam hatinya sangat tertekan, entah karena tuntutan orangtua, keadaan atau takut dianggap gagal. Marta terlalu sibuk tetapi tidak tahu tujuannya.

Maria telah memilih bagian yang terbaik. Antara karya dan doa, gereja dan keluarga, aksi dan kontemplasi itu harus seimbang. Kita mesti pandai-pandai membuat keseimbangan antara kesibukan, kerja, tugas dengan doa, ibadah dan amal kasih. Tidak bijaksana juga terlalu sibuk pelayanan tetapi keluarga hancur berantakan. Jangan pernah mengorbankan keluarga. Jangan merasa paling penting dan dibutuhkan. Tuhan punya banyak tenaga dan cara untuk mengurus gereja-Nya.

Puncta sekarang sudah dibukukan.
Siapa berminat silahkan pesan.
Keluarga kita akan berantakan,
Kalau tidak ada cinta dan pengorbanan.

Cawas, menunggu 75 ribuan….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr