“Rombak Bait Suci”

SEBELUM naik ke Gunung Sinai, ada ngarai luas di padang gurun, dekat Biara St. Chatarine. Dari kejauhan terlihat sebuah batu yang berbeda dari yang lainnya. Batu besar itu tergambar siluet seekor lembu. Achmad si guide lokal menceritakan kepada kami kepercayaan yang terjadi dalam Kitab Suci.

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, didapatinya Bangsa Israel menyembah seekor lembu emas. Mereka berpaling dari Yahwe. Musa marah dan melemparkan patung lembu emas itu ke batu. Sampai sekarang gambar lembu itu terpatri pada batu.

Achmad berkata, “Itulah peringatan kepada kita semua supaya hanya menyembah Tuhan Allah saja, jangan menyembah alah-alah lain.”

Dalam Injil hari ini, Yesus membuat tindakan dramatis dan simbolik. Ia mengusir para pedagang kambing, domba, lembu dan merpati. Ia menjungkirbalikkan meja-meja penukar uang di Bait Suci. Ia memperingatkan kepada orang banyak, “Jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.”

Yesus mencanangkan revolusi mental. Bait Suci bukan tempat bisnis transaksional. Bait Suci adalah tempat membangun relasi berdasarkan kasih Allah, bukan untung rugi demi kepentingan pribadi.

Logika dagang dengan prinsip untung rugi diganti dengan logika kasih dengan prinsip pengorbanan.

Yesus menganalogkan diri-Nya sebagai Bait Suci. “Rombaklah Bait Suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.”

Yesus mengingatkan kembali bagaimana relasi dengan Allah harus dibangun melalui Diri-Nya sebagai Bait Allah.

Dalam bacaan pertama, Musa juga mengingatkan Bangsa Israel untuk terus membangun relasi dengan Allah dengan mentaati hukum-hukum-Nya. Jangan pernah menyeleweng dan meninggalkan Allah. Jangan percaya pada dewa-dewa buatan tangan manusia.

Apakah kita masih sering bertransaksi dengan Allah? Apakah kita ke gereja masih dengan logika dagang? Kalau tidak menguntungkan, tidak mau berelasi dengan Allah?

Pengin jalan-jalan ke Pulau Bali.
Kangen nasi lawar dengan sup babi.
Dengan Tuhan jangan mikir untung rugi.
Kasih Tuhan bagi kita hanya ingin memberi.

Cawas, nyanyian jiwa….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, P