GUNAWAN Wibisana adalah adik bungsu Rahwana di Alengka. Rahwana merebut Dewi Sinta dari Rama. Hawa nafsu membuat Rahwana jadi gelap mata.
Peperangan besar antara balatentara Rama dan Rahwana tak terhindarkan. Wibisana menyarankan agar Sinta dikembalikan kepada Rama. Namun saran itu tak digubris oleh Rahwana.
Wibisana tak menyetujui perbuatan jahat kakaknya. Maka ia lari dari Alengka dan membela Rama. Ia memilih berpihak ke Rama, karena Rama berada di pihak yang benar. Oleh Rahwana, Wibisana dituduh sebagai pengkhianat.
Kalau Wibisana berkhianat kepada kakaknya demi membela kebenaran. Yudas Iskariot mengkhianati Yesus demi keuntungan pribadinya. Ia menjual Yesus kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dengan harga tigapuluh keping perak.
Petrus juga diingatkan oleh Yesus bahwa ia akan mengkhianati-Nya sampai tiga kali sebelum ayam berkokok. “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu; sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Wibisana meninggalkan kakak kandungnya. Ia lebih memilih berada di pihak yang benar, yakni Rama. Kebenaran itu mengatasi hubungan darah dan kebangsaan.
Kendati saudara atau satu garis darah, apalagi hanya satu bangsa, suku, ras atau kelompok, kalau ada di pihak salah, maka tidak perlu dibela. Itulah pilihan seorang ksatria. Berani membela yang benar.
Petrus ingin membela Yesus, tetapi caranya tidak tepat untuk saat ini. Akan ada saatnya, Petrus mati demi membela imannya pada Yesus. Yesus tidak ingin mengajarkan kekerasan dibalas dengan kekerasan. Ia mengajarkan cintakasih.
Dalam situasi sulit menghadapi lawan dan teman, Yesus tetap konsisten mengajarkan cintakasih. Kendati ada yang berkhianat, menyangkal, melarikan diri meninggalkan-Nya, Yesus tetap tenang dan menguasai diri. Kasih-Nya tidak berubah kepada yang memusuhi-Nya.
Kendati kita juga pernah dikhianati, dan betapa sakitnya hati ini, kita bisa belajar dari Yesus yang tidak berubah kasih-Nya. Mengasihi akan lebih bermanfaat daripada membenci, mendendam dan menghukum.
Merangkai bunga-bunga kertas.
Ditata di meja persembahan.
Belajar mengasihi tanpa batas.
Walaupun sulit dan butuh pengurbanan.
Cawas, menunggu saatnya tiba…
Rm. A. Joko Purwanto Pr