“Perintah Baru”

BEBERAPA hari lalu kami mengunjungi dan menyapa orang-orang tua yang sakit di lingkungan. Selama pandemi ini mereka tidak bisa ke gereja. Beberapa sangat memprihatinkan kondisinya. Ada yang lumpuh, stroke, tidak bisa kemana-mana.

Bahkan ada ibu yang stroke, jatuh dari kursi tidak ketahuan. Mungkin mau ambil makanan lalu jatuh. Badan “semampir” di kursi dan makanan berserakan di lantai. Bau tidak sedap menyengat memenuhi ruangan.

Ada ibu yang tidak tahan dan keluar langsung muntah-muntah. Bersama Pak Sugeng dan Pak Muji, kami menolong agar ibu itu berbaring di alas yang bersih.

Pengalaman kunjungan ini menyentakkan rasa kemanusiaan. “Romo, kendati tidak enak, saya senang ikut kunjungan. kita perlu menindaklanjuti untuk menolong yang sakit.”

Mengasihi itu berani melakukan sesuatu kendati tidak menyenangkan diri sendiri. Kasih itu mau berkorban kendati tidak nyaman.

Dalam Injil Yesus bersama kesebelas murid-Nya memberi perintah baru. Mereka adalah komunitas yang masih setia pada-Nya. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Disebut perintah baru karena ada tekanan khusus yang berbeda dengan perintah sebelumnya.

Perintah yang lama dikatakan, “Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.” Dasar mengasihi sesama masih egosentris, keuntungan atau kebaikan diri sendiri.

Aku melakukan sesuatu demi diriku sendiri. Kalau baik untuk diriku ya aku lakukan. tetapi kalau baik untuk orang lain kadang tidak aku lakukan. Kalau menguntungkan untuk diri sendiri dilakukan, tetapi kalau untuk orang lain tidak dilakukan. Ini standar kasih yang lama.

Yesus menggunakan diri-Nya untuk standar kasih yang baru. “Seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Kalau standarnya kasih Kristus, dimungkinkan mengasihi musuh atau mereka yang membenci kita. Kalau standarnya kasih Kristus bisa terjadi kita berkorban, menderita, tidak dihargai, mau jadi pelayan, mau merendahkan diri.

Kalau standar kasih itu “seperti engkau mengasihi diri sendiri”, kasih itu masih ada pamrihnya. Ada motif keuntungan pribadi.

Inilah perintah Yesus yang baru tentang kasih. “Seperti Aku telah mengasihi kamu.” Modelnya adalah kasih Kristus. Seperti Kristus harus mati sekalipun demi mengasihi manusia, demikianlah kita juga diajak berani mengasihi seperti Dia.

Mengasihi punya nilai tinggi jika kita meneladan kasih Kristus. kasih tanpa pamrih, bukan demi kepentingan diri sendiri.

Lebaran tidak ada roti.
Gantinya kiriman uang kertas.
Cinta Yesus sampai mati.
Mengasihi kita tanpa batas.

Cawas, menanti fitrah….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr