SEORANG ayah akan buru-buru menolong, jika anaknya jatuh. Tidak mungkin seorang ayah “njlomprongke” atau mendorong anaknya jatuh ke dalam jurang.

Seorang ayah atau ibu akan susah jika anaknya mengalami kesusahan atau penderitaan. Jika anaknya sakit, seorang ayah atau ibu ikut merasakan. Bahkan mereka rela tidak makan atau minum, asalkan anaknya hidup baik.

Pak Anang dan Bu Anang adalah orangtua yang baik. Mereka sangat mengasihi anak-anaknya. Ketika Iber, anak sulungnya sakit, Pak Anang berusaha dengan sekuat tenaga mengobatinya.

Mereka membawanya ke rumah sakit di Pontianak yang jaraknya 300 km lebih dengan kondisi jalan yang sulit dan berat. Tidak cukup di situ. Berobat ke Penang pun diusahakan. Yang penting anaknya sembuh.

Begitulah seorang bapa yang baik, selalu mengusahakan keselamatan bagi anaknya. Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan sebuah doa yakni Doa Bapa Kami.

Bila kalian berdoa, katakanlah: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Yesus menyebut Allah itu Bapa kita, Bapa yang baik. Pertama kita diajak memuji dan memuliakan nama-Nya. Baru kemudian kita memohon rejeki dan pengampunan. Kita mohon supaya Bapa tidak membiarkan kita masuk ke dalam pencobaan, penderitaan.

Bulan Juni 2019, Paus Fransiskus telah mengijinkan adanya perubahan dalam teks doa Bapa Kami. Kalimat yang diubah dalam doa itu adalah “dan jangan masukkan kami ke dalam pencobaan” menjadi “dan jangan biarkan kami jatuh ke dalam pencobaan”. Doa yang lama itu seolah-olah menjelaskan Tuhan sendiri yang membuat pencobaan kepada manusia.

“Saya sendiri yang terjatuh. Dia (Tuhan) tentu tidak akan dengan sengaja mendorong saya ke dalam pencobaan hanya untuk melihat seberapa jauh saya terjatuh,” kata Paus Fransiskus.

Kita sebagai bapa yang berdosa saja tidak tega melihat anaknya menderita. Apalagi Allah sumber berbelaskasih, pasti tidak akan merelakan anaknya masuk ke dalam pencobaan atau ujian yang berat.

Awalnya teks doa Bapa Kami yang kita pakai berasal dari terjemahan bahasa Yunani. “Peirasmos” diterjemahkan sebagai pencobaan atau ujian. Bahasa asli doa Bapa Kami adalah bahasa Aram yang dipakai Yesus. Dari bahasa Yunani diterjemahkan oleh St.Hieronimus ke dalam bahasa Latin.

Kita semua yakin dan percaya, seorang bapa akan menjamin keselamatan dan kebahagiaan anak-anaknya. Demikian pun Allah pasti tidak akan menyiapkan pencobaan atau ujian bagi kita.

Kita sendirilah yang sering salah arah atau coba-coba menyeleweng mencari jalan sendiri sampai jatuh ke dalam pencobaan. Doa Bapa Kami meyakinkan kita bahwa Allah sumber belaskasih itu menjamin keselamatan kita.

Pergi ke pasar membeli mangga.
Lebih nikmat kalau diberi tetangga.
Bapa yang baik mengasihi anaknya.
Ia akan siap berkorban apa pun juga.

Cawas, punctanya laris manis….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr