Syekh Siti Jenar

SALAH satu ajaran yang kontroversial dari Syekh Siti Jenar di zaman para wali adalah konsep Manunggaling Kawula Gusti atau bersatunya hamba (manusia) sebagai ciptaan dengan Tuhan.

Syekh Siti Jenar punya banyak pengikut, salah satunya adalah Ki Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging yang punya murid bernama Joko Tingkir.

“Menyembah Allah dengan bersujud beserta ruku’-nya, pada dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga.” (Ngabei Ranggasutrasna, dkk, Centhini: Tambangraras Amongraga, Jilid I, 1991:120-123).

Konsep ini dianggap menyimpang terlalu jauh dari ajaran agama. Dalam forum sidang, Syekh Siti Jenar dituduh telah menganggap dirinya sama dengan Tuhan.

Karena melenceng jauh dari ajaran agama, Syekh Siti Jenar dan para pengikutnya bisa diancam hukuman mati.

Dalam ajarannya ini, para pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan.

Arti dari Manunggaling Kawula Gusti bukan bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah bersatu dengan Tuhannya.

Dalam ajarannya pula, Manunggaling Kawula Gusti bermakna bahwa di dalam diri manusia terdapat roh yang berasal dari roh Tuhan sesuai dengan ayat Kitab Suci yang menerangkan tentang kisah penciptaan manusia.

Pada saat mati roh itu akan bersatu dengan Roh Tuhan. Disitulah terjadinya manunggaling kawula Gusti.

Yesus diancam akan dibunuh dengan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi karena dianggap menghujat Allah dengan menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Yesus berkata, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?”

Jawab mereka, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.”

Konsep itu tidak bisa dipahami oleh kaum Yahudi. Kendati Yesus menjelaskan, “Jika Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya pada-Ku. Tetapi jika Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”

Hati mereka mengeras bagai batu dan tidak mau mengerti penjelasan-Nya. Mereka berusaha membunuh-Nya.

Namun di kalangan murid Yohanes ajaran Yesus diterima. Mereka lebih terbuka dan percaya. “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.

Ada pro dan kontra tentang ajaran Yesus. Ada yang menolak, tetapi tidak sedikit yang percaya.

Jika anda termasuk yang percaya, apa alasan yang mendasari kepercayaan anda pada Yesus? Iman harus bisa dipertanggungjawabkan.

Di kebun ada mawar merah,
Mekar berseri sepanjang masa.
Yesus adalah Anak Allah,
Kasih-Nya bukti nyata bagi kita.

Cawas, Kasih-Nya luar biasa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr