ADA seorang bendahara yang dituduh menghambur-hamburkan uang tuannya. Ia dipanggil untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Seorang bendahara bertugas mengelola seluruh harta tuannya. Ia dipercaya oleh tuannya atas semua harta kekayaannya. Maka kalau bendahara itu pandai, harta tuannya akan bertambah banyak.
Demikian dia juga ikut menikmati hasilnya. Bendahara itu tidak digaji. Tetapi dia bisa mengambil untung dari pekerjaannya itu. Yang terjadi dengan bendahara ini, ia menghambur-hamburkan harta tuannya. Maka dia akan dipecat.
Ia berpikir pintar sebelum dipecat. Ia berusaha menanam kebaikan kepada orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Ia bukan bermaksud memanipulasi.
Tetapi ia ingin menabur kebaikan dengan membuat orang lain berhutang budi kepadanya. Maka dia memanggil satu per satu orang yang berhutang kepada tuannya.
Ia meringankan beban utang orang-orang itu. Yang harusnya membayar seratus tempayan minyak, dia putuskan cuma membayar limapuluh tempayan saja. Yang harusnya membayar seratus pikul gandum, dia buat surat utang hanya delapan puluh pikul saja.
Dengan berbuat seperti itu, dia berharap orang-orang itu akan menolongnya saat dia mengalami kejatuhan. Ketika dia dipecat, akan ada orang yang menolongnya. Orang-orang itu telah berhutang budi kepadanya. Mau tak mau mereka akan menampungnya.
Tuhan Yesus bukan memuji kelicikan bendahara itu, tetapi tindakan menabur kebaikan kepada orang lain, supaya dia ditolong saat mengalami jatuh, itulah yang dipujiNya.
Kita harus bisa menanam kebaikan kepada banyak orang, sehingga hutang budi itu nanti akan dibalas dengan kebaikan pula. Kita tidak akan selamanya kaya, nyaman, sukses.
Hidup itu seperti roda. Kadang di atas tetapi kadang di bawah. Saat kita kaya, bantulah orang miskin. Saat kita sehat, kunjungilah orang sakit. Saat kita sukses, temani orang yang sedang gagal.
Saat kita nyaman, tolonglah mereka yang kurang beruntung. Saat sedang di atas, berbuatlah baik sebanyak-banyaknya. Ketika nanti sedang di bawah, kita akan memetik kebaikan kita itu.
Ke pantai menikmati mentari ke peraduan
Jalan-jalan berdua menikmati senja
Di saat sukses tanamlah kebaikan
Di saat jatuh kita tinggal memetiknya
Cawas, saat hujan belum tiba
Rm. A. Joko Purwanto Pr