KARDINAL Fulton Sheen mengatakan, “Tata cara Misa yang tidak pernah berubah adalah pemecahan roti untuk mengingatkan kita bahwa setiap kali kita merayakannya Tuhan “dipecahkan” sebagai kurban untuk dosa-dosa kita”.

Dalam Bukunya yang berjudul “Imam Bukan Miliknya Sendiri, Kardinal Sheen menulis, “Perjanjian Lama telah memberi petunjuk mengenai persembahan diri Kristus dalam wujud roti yang dipecahkan karena dijelaskan bahwa roti yang akan dipersembahkan oleh imam harus “dipotong-potong menjadi potongan kecil” (Im 2:6).

Bahkan kata Ibrani untuk “roti tidak beragi” yang digunakan di ayat ini diambil dari sebuah kata kerja yang berarti “ditusuk” atau “dilukai”. Dengan ini roti itu meramalkan kondisi dari kurban yang dilambangkannya. Sebagaimana roti itu diremukkan, demikian pula Kristus akan diremukkan.

Kalau hari ini dalam Injil, Yesus berkata, “Roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”, Kematian Yesus di salib adalah cara yang nyata memandang Roti yang diremukkan selama konsekrasi. TubuhNya diremukkan sebagaimana roti yang dipecah-pecah dalam ekaristi untuk keselamatan dunia.

Para muridNya mengenal Yesus yang sudah bangkit ketika Ia memecah-mecahkan roti. Dua orang murid Emaus itu mengenal Yesus ketika Ia mengambil roti, mengucap syukur dan memecah-mecahkannya di depan mereka. Terbukalah mata hati mereka.

Kata-kata konsekrasi, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu” dan “Inilah piala darahKu yang ditumpahkan bagimu” adalah benar-benar pemberian diri Kristus untuk keselamatan dunia. Barangsiapa makan roti ini, dia akan hidup untuk selama-lamanya.

Kepercayaan inilah yang menguatkan para murid dalam bacaan pertama, mewartakan Yesus yang bangkit kemana-mana. Bahkan kemartiran menjadi model bagi mereka untuk mengikuti Kristus yang telah bangkit.

Filipus menjelajah daerah Samaria. Kemanapun ia pergi dan berjumpa dengan siapa saja, Filipus selalu mewartakan Yesus yang telah bangkit.

Setelah kita mengikuti ekaristi, imam berkata, “Pergilah! Kamu diutus”. Nah, kita telah menerima Roti Hidup yakni Kristus, kita diutus untuk mewartakanNya. Siapkah kita?

Bunga melati masih kuncup
Indah dipandang saat mekar
Yesus berkata, “Akulah Roti Hidup”
Kita semua tak akan haus dan lapar

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr