SUATU malam pulang dari Stasi Ngaliyan, saya naik Jeep taft bersama bruder. Kami melewati kebun cengkeh yang luas. Waktu itu belum ada listrik masuk desa.

Gelap sepanjang perjalanan. Tetapi malam itu bulan purnama sedang bulat-bulatnya menyinari kesunyian malam. Saya bisa mematikan lampu mobil dan bisa melihat jalan karena terang bulan. Bulan purnama itu sangat indah dan menakjubkan.

Di pedalaman Kalimantan saya sering menikmati indahnya cahaya bulan dan bintang di depan halaman pastoran. Ketika cuaca cerah dan bulan bersinar penuh, malam itu terasa syahdu dan magis.

Teringat cerita nenek dulu di kampung. Di bulan yang indah itu konon ada bidadari cantik sedang duduk di bawah pohon rindang memangku seekor kucing.

Beberapa kali terlihat meteor melesat di langit. Galaksi Bima sakti terlihat jelas. Ada bintang salib di selatan penunjuk arah bagi para nelayan. Cahaya-cahaya di langit itu hiburan gratis di saat malam sepi.

Yesus berkata, “Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.”

Kita diminta oleh Yesus menjadi cahaya yang menerangi kegelapan. Cahaya sekecil apa pun akan sangat berguna bagi kegelapan sekitarnya.

Kalau kamu tidak bisa menjadi matahari, jadilah bulan. Jika tidak bisa menjadi bulan, jadilah bintang. Kerlap-kerlip bintang di langit akan mewarnai kegelapan.

Yesus mengajak kita, “Hendaklah cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”

Perbuatan-perbuatan baik kita itu akan membuat nama kita dicatat seperti bintang di langit. Kebaikan itu akan menjadi teladan yang bercahaya di saat hidup terasa gelap.

Kebaikan itu seperti bintang yang menjadi patokan di saat jalan terasa gelap. Kebaikan sekecil apapun akan bercahaya seperti bintang. Mari kita sebarkan kebaikan-kebaikan agar banyak cahaya seperti bintang di langit.

Sebagaimana kalau kita melihat keindahan bintang-bintang, kita hanya bisa mengagumi keagungan Tuhan. Begitu pula kebaikan-kebaikan kita akan membuat banyak orang memuliakan Tuhan. Jadilah bintang. Jadilah cahaya. Taburkan kebaikan. Kita akan memetik berkat.

Mengharapkan jatuhnya bulan.
Bintang-bintang indah bertebaran.
Kalau kita menanam kebaikan.
Nama Tuhan akan dimuliakan.

Cawas, menunggu dan menunggu…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr