“Quo Vadis Domine?”

NOVEL klasik karya Henryk Sienkiewicz berkisah tentang jemaat Kristen awal yang dibangun Rasul Petrus sekitar tahun 60-70 di Roma. Ada banyak orang Roma yang mulai percaya kepada Kristus antara lain Petronius,

Marcus Vinicius seorang bangsawan yang menjadi pejabat militer di bahwa Kaisar Nero. Vinicius ini ingin mengambil Lygia, seorang gadis yang telah menjadi Kristen. Karena Lygia, Vinicius justru bertemu dengan Rasul Petrus dan diantar menjadi pengikut Kristus.

Nero adalah kaisar yang bengis, kejam, sadis, penuh nafsu brutal dan sinting. Demi ambisi kekuasaan, Nero membakar kota Roma untuk dibangun sesuai dengan keinginannya sendiri.

Orang Kristen dipersalahkan dan dijadikan “tumbal.” Maka banyak pengikut Kristus ditangkap, disiksa, dibunuh di tangan algojo, disalib, dibakar, diumpankan kepada hewan buas. Itu semua menjadi tontonan bengis yang memuaskan Nero.

Jemaat yang sudah lama dibangun Petrus dimusnahkan dalam sekejap. Petrus ingin melarikan diri keluar kota Roma. Tetapi di tengah jalan dia melihat cahaya yang menyilaukan. Ia berjumpa dengan Yesus dan bertanya, “Quo Vadis, Domine?” yang artinya mau kemanakah Engkau, Tuhan?

“Karena kini kau meninggalkan umat-Ku, Aku akan pergi ke Roma, untuk disalibkan yang kedua kalinya” Jawab Yesus (hlm. 513). Sebuah tamparan bagi Petrus yang langsung membalikkan langkahnya kembali ke Roma….

Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana jemaat (perahu) mengarungi kehidupan. Di tengah perjalanan ada badai topan, angin sakal. Jemaat perdana di Roma menghadapi badai keganasan Kaisar Nero.

Petrus bimbang dan mau lari keluar Roma. Petrus ingin meninggalkan perahu. Petrus takut dan mulai tenggelam, “Tuhan, tolonglah aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan dan mengajak Petrus masuk kembali ke dalam perahu. Angin badai reda dan semua orang mengakui Yesus sungguh Anak Allah.

Petrus disadarkan untuk kembali masuk ke Roma. Roma adalah perahu atau jemaat yang dibimbing oleh Kristus. Jika Kristus menyertai gereja (perahu) maka jemaat dengan tenang mengarungi zaman.

Kekuasaan dunia (Nero) hancur dan musnah. Tetapi Gereja melaju sepanjang zaman bersama Kristus sampai kini.

Dalam mengarungi kehidupan, kita pun tidak terlepas oleh badai dan topan. Tetapi jika kita mempersilahkan Kristus masuk dalam perahu, kita akan menang dan sampai ke tujuan yakni keselamatan kekal.

Bulan purnama mengintip di perbukitan.
Menjelajahi malam-malam yang panjang.
Jika badai menghadang kita di jalan.
Berpeganglah pada Kristus Sang Pemenang.

Cawas, menemani guru….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr