KALAU kita pergi ke Biara Nevers Perancis, kita akan menjumpai relikwi yakni tubuh St. Bernadete Soubirus.
Di Gereja Rotondo Italia kita bisa menjumpai relikwi Santo Padre Pio yang memperoleh stigmata (luka-luka Yesus).
Relikwi adalah suatu benda peninggalan orang-orang kudus. Benda itu bisa bagian dari anggota tubuh santo atau santa, barang yang melekat, menyentuh atau dipakai oleh orang kudus itu.
Misalnya jubah, baju, sepatu,dll. Relikwi dibagi menjadi tiga kelas. Yang pertama adalah semua bagian tubuh dari orang kudus tersebut.
Kedua, adalah pakaian atau semua barang yang dimiliki orang kudus itu. Ketiga, adalah barang-barang yang disentuhkan atau dihubungkan dengan orang-orang kudus itu.
Relikwi berguna untuk semakin mendekatkan kita kepada Tuhan yang melakukan karya-karya agung melalui santo-santa. Dengan melihat, menyentuh relikwi kita semakin mengimani Allah yang mahabesar dan mahakasih.
Dalam bacaan Injil hari ini, banyak orang memburu Yesus. kemanapun Yesus pergi, orang-orang itu membawa orang sakit di pasar, di pinggir jalan, agar mereka diperkenankan menjamah jumbai jubahNya saja. Dan mereka menjadi sembuh.
Menjamah jumbai jubahNya saja sudah bisa menyembuhkan penyakit mereka. Orang-orang itu mengejar Yesus supaya disembuhkan. Maka hanya dengan menjamah jumbai jubahNya saja sudah cukup.
Padahal yang paling penting adalah berjumpa dengan Yesus. Bukan cuma menyentuh jumbaiNya tetapi berjumpa dengan pribadiNya.
Orang-orang sakit itu hanya butuh jumbaiNya bukan Orangnya. Mungkin mereka tidak perlu ketemu atau berbicara dengan Yesus. mereka hanya ingin disembuhkan, asal saja dapat menyentuh jumbaiNya. Mereka percaya pada jubahNya yang mempunyai daya magis.
Percaya seperti itu belum tepat. Seolah-olah yang mempunyai daya penyembuh adalah barang-barangnya. Orang lalu mengkultuskan barang-barang itu menjadi jimat.
Yang dipercaya menyembuhkan bukan barangnya tetapi pribadiNya. Kuasa Yesuslah yang mampu menyembuhkan. Seperti kalau kita mengagumi patung Pieta yang indah.
Kita tidak hanya berhenti pada patungnya, tetapi kita lebih mengagumi Michael Angelo, sang penciptanya.
Begitu juga kita tidak berhenti pada relikwi atau barang-barang suci, tetapi kita lebih mengagumi karya Allah yang membuat orang suci itu bertahan dalam imannya.
Kadang kita seperti orang-orang Genesaret itu. Kita berdoa kusuk mohon penyembuhan. Fokusnya pada kesembuhan kita. Yang penting saya harus sembuh.
Fokus doa bukan pada Allah yang mahakuasa dan mengasihi kita. tetapi egoisme pribadi yang lebih utama.
Akibatnya, kalau tidak sembuh, lalu marah pada Tuhan, menyalahkan Tuhan. Kita sering lupa bahwa fokus doa itu bukan ego kita, tetapi kasih Allah yang tiada habisnya.
Ke sungai mancing ikan sepat.
Ikan yang kecil melompat-lompat.
Jangan hanya mencari mukjijat.
Berimanlah pada Yesus yang hebat
Gua Kerep, di sebuah Paviliun
Rm. A. Joko PurwantoPr