Hakekatnya menjadi guru adalah diteladani. Dedikasi dan pengorbanannya pantas dihargai karena dilakukan dengan tulus demi masa depan murid-muridnya.

Banyak guru yang harus berkorban demi murid-muridnya. Kendati masih harus menghidupi keluarganya karena gajinya sedikit, namun para guru tidak menyerah.

Walau sarana dan prasarana mengajar sangat minim, namun mereka tetap kreatif. Walau gedung sekolah hampir roboh, namun semangat mereka tetap teguh berdiri.

Di pundak para guru, nasib bangsa ini dipercayakan. Ada banyak guru yang jujur, tidak korupsi. Ada banyak guru yang miskin hidupnya, tidak berkelimpahan.

Ada banyak guru yang disiplin kerjanya, tidak seperti anggota Dewan yang digaji tinggi tetapi sering mangkir.

Masih ada pribadi-pribadi guru teladan, yang bisa “digugu lan ditiru.” Mereka itulah Pahlawan tanpa tanda jasa.

Berlawanan dengan ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi, Yesus mengingatkan murid-muridNya untuk tidak mencontoh atau meneladan mereka.

Mereka mengajarkan tetapi tidak melakukannya. Mereka meletakkan beban yang berat di pundak orang tetapi mereka sendiri tidak menyentuhnya.

Mereka suka pamer dan minta dihormati. Mereka ingin dilihat orang. suka memakai asesoris sembahyang dan jumbai yang panjang, biar dilihat saleh dan suci.

Suka berada di tempat-tempat terhormat di dalam perjamuan atau di rumah ibadat. Mereka itu “ora bisa digugu lan ditiru.” (Mereka tidak bisa dicontoh dan diteladani).

Spiritualitas kepemimpinan yang diajarkan Yesus adalah pelayanan. Jangan suka disebut Rabi. Jangan suka disebut pemimpin. Karena semua itu adalah status atau jabatan saja.

Yang penting bukan statusnya, tetapi karya nyata dari jabatan itu yakni pelayanan. Maka Yesus menghendaki agar kita tidak mencari kedudukan, popularitas, jabatan atau kehormatan.

Pelayanan, kejujuran dan dedikasilah yang membuat kita dihargai. Merendahkan diri menjadi pelayan itulah yang akan diapresiasi. Yesus mengajarkan kepada kita untuk merendahkan diri, mau menjadi pelayan bagi yang lain.

“Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”

Maukah kita melayani sesama kita? Maukah kita mengutamakan orang lain?

Gelap malam karena listrik mati.
Tersandung barang di kamar mandi.
Kalau kita mau merendahkan diri.
Banyak orang akan memberi apresiasi.

Cawas, Menatap Gondang Tower
Rm. A. Joko Purwanto Pr