AWAL Februari 2021, Junta militer pimpinan Jendral Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan dari tangan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi. Rakyat menentang dan jatuhlah kurban hingga hampir 50 orang tewas. Sampai sekarang masih terjadi demonstrasi di Myanmar.

Kudeta juga pernah terjadi di Mesir tahun 2013, dan di Pakistan Jendral Perves Musharraf menjatuhkan pemerintahan sipil PM Nawaz Sharif. Sebelumnya Jendral Zia Ul-Haq menjatuhkan PM Zulfikar Ali Butto.

Saling menjatuhkan dalam dunia politik itu hal yang biasa. Ada yang dengan cara demokratis, tetapi ada juga dengan kekerasan kudeta.

Nicollo Machiavelli pernah berkata, bagaimana cara memperoleh kekuasaan, “Lakukan dengan segala cara.” Zaman kolonial Belanda dulu memakai politik Devide et Impera untuk menjajah Nusantara.

Pecah belah dan kuasai, itulah yang dilakukan penjajah. Misalnya perjanjian Giyanti tahun 1755 yang memecah Mataram menjadi dua bagian.

Bagian timur Kali Opak, wilayah Prambanan ke timur dikuasai Sunan Pakubuwana III berkedudukan di Surakarta. Bagian barat Kali Opak diserahkan ke Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I) memerintah di Yogyakarta.

Dengan wilayah yang terpecah-pecah itu VOC semakin diuntungkan karena dapat mengontrol daerah jajahan dan Belanda punya kekuasaan yang semakin kuat mencengkeram Tanah Jawa.

Ada orang yang mengkritik Yesus bahwa Dia menggunakan kuasa Beelzebul, si penghulu setan untuk mengusir setan.

Yesus memberi gambaran, “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana kerajaannya dapat bertahan?”

Kuasa Yesus berasal dari Allah, bukan dari setan. Bagaimana setan bisa melawan setan, itu namanya kudeta, atau politik devide et impera.

Yesus datang dari Allah. Ia tidak menghancurkan, tetapi menyelamatkan. Itulah tanda hadirnya Kerajaan Allah.

Mari kita mengikuti Yesus menghadirkan Kerajaan Allah. Tanda kehadiran Allah yakni damai, sukacita, rukun bersatu, saling mengasihi, selamat jadi berkat untuk dunia sampai akherat.

Ke Kaliurang membeli jadah,
Campur tempe bacem enak sekali.
Jangan pernah mau dipecah belah,
Bangunlah kerukunan saling menghargai.

Cawas, pagi yang cerah…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr