“KITA akan mempunyai wakil presiden perempuan.” Seloroh orang menanggapi pencalonan Jokowi maju ke periode kedua. Ketika ditanya wartawan siapa bakal calon wakilnya, Jokowi hanya memberi inisial “M”.

Beredar nama-nama yang huruf awalnya “M”. Wartawan mencecar terus ingin tahu siapa “M” itu. Jokowi dengan tenang menjawab, “Mbok Sabar….”. Lalu muncul meme lucu yang mengatakan bahwa nama calon wakil presiden adalah Mbok Sabar.

Baru pada detik-detik akhir pendaftaran, Jokowi mengumumkan wakilnya adalah KH. Maaruf Amin. Banyak orang dibuat terkaget-kaget dan bertanya-tanya. Lawan politiknya dibuat terbengong diam.

Kawan seperjuangan dibuat terheran-heran dengan langkahnya yang tak terduga. Tetapi itulah Jokowi, seorang pemain catur ulung dengan pemikiran dan strategi serang yang hebat.

Hari ini Gereja merayakan Santo Barnabas rasul. Ketika jemaat di Anthiokia mulai tumbuh, pimpinan jemaat di Yerusalem mengutus Barnabas untuk memimpin umat di Anthiokia.

Di dalam Kisah Para Rasul ditulis, “Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasehati mereka, supaya mereka semua tetap setia pada Tuhan. Karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman, sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.”

Barnabas adalah orang yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Inilah pribadi seorang pemimpin. Ia mampu melihat hal-hal baik dalam diri jemaat maupun orang lain. Ia melihat kasih karunia Allah dalam diri umat.

Seorang pemimpin mampu melihat kebaikan-kebaikan dalam diri mereka yang dipimpin. Ia bukan pemimpin yang mau menangnya sendiri. Seorang pemimpin bukan menonjolkan kebaikannya sendiri.

Barnabas juga bukan orang yang otoriter atau “single fighter.” Maka ia pergi ke Tarsus mencari Saulus. Ia membawa Saulus ke Anthiokia. Walaupun waktu itu di Anthiokia sudah ada beberapa nabi dan pengajar.

Kehadiran orang baru dan “asing” pasti menimbulkan pro dan kontra. Apalagi Saulus dikenal sebagai “lawan” yang mengejar murid-murid Tuhan. Inilah kehebatan Barnabas. Ia mampu menyatukan kawan dan lawan untk melayani jemaat di Anthiokia.

Barnabas juga seorang yang rendah hati. Ia tidak gila kekuasaan atau hormat. Ketika awal perutusannya dengan Saulus, namanya ditulis di depan. Barnabas dan Saulus. Mulai di tengah Kisah Para Rasul, namanya berpindah ke belakang.

Paulus dan Barnabas. Ia tahu kapan waktunya mundur dan memberi tempat kepada orang lain untuk tampil ke depan. Seorang pemimpin yang berjiwa rendah hati. Kita bersyukur mempunyai pemimpin yang menjadi teladan bagi umat. Mari kita belajar dari Santo Barnabas, Rasul.

Mawar merah dan putihnya melati
Berjajar indah di taman yang rapi
Jiwa pemimpin yang rendah hati
Hanya mengutamakan yang dilayani

Cawas, hari yang indah…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr