“Hati Yang Luka”
Berulang kali aku mencoba selalu untuk mengalah.
Demi keutuhan kita berdua walau kadang sakit.
Lihatlah tanda merah di pipi bekas gambar tanganmu.
Sering kau lakukan bila kau marah menutupi salahmu.
Samakah aku bagai burung di sana yang dijual orang?
Hingga sesukamu kau lakukan itu, kau sakiti aku.
SYAIR lagu Betharia Sonata ini menggambarkan hati seorang istri yang luka karena disakiti oleh suaminya. Suami yang membagi cinta, suka marah, menampar pipi dan mengingkari janji setia sungguh membuat hati sang istri menderita.
Begitu pun Allah, dalam bacaan pertama Allah menunjukkan kasih setia-Nya kepada Israel. Allah selalu setia tetapi Israel sering mengingkari Allah.
Hosea disuruh mengambil Gomer, si pelacur untuk dijadikan istrinya. Itu adalah lambang Allah yang mengasihi Israel, yang sering melacurkan diri dengan alah-alah lain.
“Hati-Ku berbalik dari segala murka. Belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala, tidak akan membinasakan Efraim lagi.” Allah sungguh mengasihi umat-Nya dan setia pada janji-Nya.
Puncak kasih Allah itu nyata dengan mengutus Yesus Putera Tunggal-Nya. Sabda, karya, tindakan Yesus menunjukkan Allah yang mengasihi tanpa batas. Ia menuntaskan kasih-Nya melalui wafat-Nya di kayu salib.
Hati Yesus ditikam oleh tombak menjadi lambang cinta-Nya yang total dikurbankan sampai mati.
Hati Yesus yang luka menunjukkan empathy dan belarasa-Nya dengan kedukaan dan penderitaan kita. Yesus tidak hanya menangisi dosa kita, tetapi Dia juga merasakan ditikam hati-Nya yang paling dalam. Sakit hati Yesus merasakan penderitaan kita.
Hanya orang yang pernah mengalami penderitaan bisa mengerti dan memahami apa artinya menderita. Yesus mengalami derita yang paling dalam. Bukan hanya derita fisik, tetapi Dia juga dikhianati, ditinggalkan murid-murid-Nya. Ia sangat mengerti penderitaan kita.
Jika kita sekarang sedang luka, sakit, menanggung derita, mari kita berlindung di bawah hati-Nya yang maha kudus. Mari kita datang kepada Dia yang mengerti derita dan beban hidup kita.
Hati Yesus yang Mahakudus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu.
Wangi mawar tak harum selamanya.
Indah dipandang hanya sesaat saja.
Jika beban hidup sedang mendera,
Hati Yesus terbuka merangkul kita.
Cawas, kuketuk hatimu….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr