“Pengantin Sudah Siap, Pesta Dibubarkan”
SEKARANG ini orang enggan diundang ke hajatan pesta. Bukan karena sibuk dengan pekerjaan di ladang. Bukan karena banyak usaha yang harus dijalankan. Tetapi karena takut menimbulkan penyebaran covid19. Pemerintah sudah menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyelenggarakan hajatan besar-besaran, karena bisa menimbulkan cluster baru penyebaran virus.
Tetapi tetap saja ada orang yang nekat mengelabui aparat. Di Jember pada akhir Maret lalu, polisi membubarkan acara hajatan yang tidak mengindahkan protokol kesehatan. Pengantin sudah naik ke pelaminan disaksikan ratusan warga yang hadir. Ada yang tidak jaga jarak. Ada yang tidak memakai masker. Aparat meminta supaya tamu-tamu bubar dan tenda dibongkar.
Pada waktu yang bersamaan, di Pangandaran lima resepsi pernikahan dibubarkan polisi karena menimbulkan kerumunan. Tiga acara digelar di Kecamatan Pangandaran. Satu acara di Kecamatan Kalipucang dan satu lagi di Kecamatan Padaherang. Lima resepsi tersebut kemudian dibubarkan.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengutarakan sebuah perumpamaan. “Hal Kerajaan surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya.”
Semua orang diundang. Pesta disiapkan. Hidangan tersedia. Lembu-lembu sudah disembelih untuk jamuan. Tetapi para undangan tidak mengindahkan dengan berbagai alasan. Ada yang ke ladang. Ada yang sibuk dengan usahanya. Para hamba memaksa para undangan untuk datang. Bukan karena takut covid, tetapi mereka tak mau peduli. Orang yang dianggap pantas ke pesta perjamuan tetapi malah tidak mau datang.
Maka raja itu mengundang siapa pun, orang-orang di pinggir jalan, orang jahat, orang baik, orang berdosa, orang benar. Semua dipersilahkan datang. Tetapi karena ini acara pesta, maka tetap harus berpakaian pesta. Ada ketentuannya.
Apakah kita punya karakter sebagai orang yang pantas diundang? Apakah kita peduli dengan undangan Tuhan? Atau dengan berbagai alasan menolaknya? Apakah kita masuk dengan pakaian pesta yang sesuai? Kalau kita tidak mau dipermalukan di dalam pesta, maka kita mengikuti ketentuan yang dibuat oleh empunya pesta, tuan rumah yang mengundang kita.
Bunga melati bunga cempaka.
Dipetik untuk hiasan meja.
Kalau kita ingin masuk surga.
Ikuti peraturan yang empunya surga.
Cawas, sekolah minggu…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr