PENGALAMAN iman seorang Desy, Mahasisiwi Psikologi Universitas Indonesia, non katolik yang membuat skripsi berjudul, “Gambaran Resiliensi pada Imam Katolik Dewasa Muda Dalam Menjalani Hidup Selibat.”
Dia menuangkan pengalamannya di tweeter dengan sangat luar biasa. Pada awalnya dia punya gambaran bahwa selibat itu menyalahi kodrat manusia. Seorang imam katolik yang tidak menikah itu adalah hal yang tidak mungkin.
Namun oleh pembimbing skripsinya, dia diminta untuk mengubah image salah itu. Dia mulai baca Injil, KHK, keluar masuk gereja ikut misa, wawancara dengan pastor sebagai respondennya.
Dia mulai mengenal dan tahu banyak tentang kehidupan imam katolik. Bagaimana harus menjalani tiga kaul, pelayanan pastoral, dan aneka tantangan?
Walaupun harus tertunda sampai tiga semester, akhirnya skripsinya selesai dan lulus. Dia menulis, “Tapi yang gue syukuri, gue lulus dengan bonus pandangan baru. Pandangan soal manusia lain, soal agama, soal perbedaan, soal cinta dan komitmen, jadi beda.”
Melihat peristiwa kebangkitan Yesus, murid-murid membutuhkan proses. Para murid tidak langsung memahami. Maria Magdalena melihat makam kosong berpikir bahwa jenasah Yesus diambil orang.
“Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya, dan kami tidak tahu di mana Dia diletakkan.” Ia belum memahami bahwa Yesus harus bangkit. Begitu pula Petrus dan Yohanes yang diberitahu oleh Maria Magdalena.
Mereka tidak berkomentar apa-apa ketika diberitahu Yesus dicuri orang. Mungkin mereka bingung dan tidak langsung berpikir bahwa Yesus telah bangkit. Mereka berlari ke makam untuk melihat bukti makam kosong.
Tetapi kedua murid itu hanya melihat kain kafan dan kain peluh yang sudah tergulung. Jenasah Yesus tidak ada di makam. Dikatakan oleh penginjil,
“Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci, yang mengatakan bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.”
Untuk memahami Yesus yang bangkit harus membaca Kitab Suci. Baru setelah itu pandangan mereka berubah, dari mengira jenasah Yesus dicuri orang berubah menjadi Yesus sungguh bangkit.
Proses berbeda dialami oleh murid lain yang dikasihi Yesus. Ketika ia sampai di makam, ia menjenguk ke dalam, tidak langsung masuk. Ia menunggu Simon Petrus yang lebih tua.
Orangtua harus didahulukan karena punya wibawa. Lalu masuklah murid yang lain itu; ia melihatnya dan percaya. Karena ia sangat dekat dan dikasihi, maka proses imannya berjalan. Ia melihat dan percaya. Ia percaya bahwa Yesus bangkit.
Apakah kita juga punya proses beriman seperti itu? Kebangkitan Yesus membuat perubahan apa dalam hidup kita? Bagaimana kita menjadi orang Katolik yang trasnformatif dalam dunia sekarang ini?
Masker bentuknya segitiga merah.
Dibagi-bagi untuk menonton TV.
Selamat Hari Raya Paskah.
Tetap di rumah dan Tuhan memberkati.
Cawas, Nonton bulan di teras atas…
Rm. A. Joko Purwanto Pr