Separuh Jiwaku Pergi.

KETIKA ditinggalkan Krisdayanti, istrinya, Anang menuliskan pengkhianatan itu dalam sebuah lagu berjudul “Separuh Jiwaku Pergi.”

Isi syair itu antara lain berbunyi:

Separuh jiwaku pergi. Memang indah semua. Tapi berakhir luka.
Kau main hati dengan sadarmu. Kau tinggal aku. Benar ‘ku mencintaimu
Tapi tak begini. Kau khianati hati ini. Kau curangi aku.

Kisah pengkhianatan tidak hanya dalam keluarga, namun hampir bisa dijumpai di mana saja.

Dalam dunia bisnis, militer, politik, persahabatan, bahkan nelikung pacar teman sendiri itu juga sebuah tindakan pengkhianatan.

William Shakespeare mengisahkan pengkhianatan Brutus kepada Julius Ceasar.

Kita mengenal semboyan “Veni, Vidi, Vici” berasal dari Julius Caesar. Berkat kemenangan menaklukkan Pompei, Caesar mengangkat dirinya menjadi Dictator Perpetuo atau Raja Roma seumur hidup.

Anggota senat Roma tidak senang. Mereka merencanakan pembunuhan terhadap Caesar.

Pada hari raya Idus Martii, Julius Caesar datang di Teater Pompei. Di situ para senat mengerumuni dan langsung menghujamkan tusukan belati ke tubuh Caesar.

Kata-kata terakhirnya “Et tu Brutus.” (dan engkau juga Brutus) lirih terucap saat melihat sahabatnya, Brutus juga menusukkan belati ke dadanya.

Julius tidak menduga bahwa sahabatnya mengkhianati. Caesar tidak mengetahuinya

Beda dengan Yesus. Kalau Yesus sudah tahu dari awal, bahwa salah satu dari duabelas murid akan mengkhianati-Nya.

Bagaimana perasaan kita jika mengetahui teman kita justru mengkhianati?

Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku.”

Yesus tetap konsisten dan menguasai diri-Nya. Ia tidak menunjukkan kemarahan, kebencian dan murka kepada Yudas.

Bahkan Yesus berkata, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”

Kasih-Nya kepada yang mengkhianati tidak berkurang. Yesus masih bisa menasehati para murid-Nya untuk berjaga-jaga.

Waktunya akan segera tiba bahwa Dia tidak akan bersama-sama lagi dengan mereka.

“Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang. Demikian juga Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.”

Mungkin kita pernah dikhianati. “Kaukhianati aku, kau curangi aku.” Lihatlah “Sakitnya tuh di sini.”

Kita bisa belajar bagaimana menghadapinya dari cara Yesus memperlakukan si pengkhianat.

Fokus Yesus adalah menjalankan kehendak Bapa. Bersama dengan Yesus selalu ada belas kasih. Sampai akhir Yesus menawarkan kasih dan pengampunan-Nya pada semua manusia.

Bisakah kita mengampuni kendati sudah dikhianati? Mungkin membutuhkan waktu…..

Embun bening ada di pucuk rerumputan.
Sebening kicau burung di ranting dedaunan.
Hanya belas kasih dan pengampunan,
Yang mampu mengalahkan pengkhianatan.

Cawas, belajar mengampuni….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr